Budaya Donggo Kini Terciderai Oleh Kasus Pembunuhan Keji

                                      Arkam (kiri).Dewa/korban (kanan)
                                     
Visioner Berita Bima-Donggo adalah sebuah wilayah Kecamatan yang terletak di bagian barat Kabupaten Bima. Wara Donggo dengan jumlah penduduk puluhan ribu jiwa, selama ini tercatat sangat taat dan patuh pada berbagai aspek nilai bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tokoh di berbagai sigman, memiliki peran sangat penting dalam menyikapi berbagai dinamika atas beragam warna-memutuskan setiap masalah tanpa harus ada yang sakit maupun tersakiti.
            Atas dasar kekentalan nilai agam Islam yang dianutnya, Warga Donggo selama dikenal sangat kauh dari hiruk-pikuk duniawi. Gotong-royong muali dari masalah besar hingga kecil dan penyelesaian setiap sengketa dengan cara musyawarah untuk mencapai kata mufakat, adalah tradisi luhur warga Donggo yang sampai hari ini masih berlaku secara kuat. Dan tradisi ini, tercatat masih berjalan seiring dengan ketegasan Tokoh-Tokoh hingga mampu mempengaruhi peran warganya pada masing-masing wilayah.
            Karena itu, Donggo sukses membuka mata Indonesia, dan berhasil diakui sebagai wilayah teraman di Kabupaten Bima. Sebab, selama ini Donggo jauh dari konflik baik perorangan, kelompok dan horizontal. Dengan kondisi yang demikian, Donggo diposisikan sama dengan Kecamatan Wawo-Kabupaten Bima. Atas pengakuan tersebut, muncul sebuah slogan yang amat sejuk. Yakni, jika ingin damai maka “bergurulah kepada Donggo dan Wawo”.
            Tetapi, tertanggal 29 Juni 2017 (Kamis) sekitar pukul 17.00 Wita yang bertepatan dengan masih harumnya hari Raya Idul Fitrih 1438 H, muncul sebuah fakta tragis sekaligus menyedihkan yang juga distigmakan telah “menciderai kekuatan tradisi dan agama” di Donggo. Yakni, kasus pembunuhan keji terhdaap Dewa (25) yang juga anak kandung mantan wartawan (Fahri).
Dewa adalah warga asal Desa O.o, dibunuh dengan cara ditikam oleh sekelompok remaja dibawah kendali Arkam Abdul Rajak (pemuda asal Desa Doridungga, Kecamatan Donggo). Sementara seorang rekan Dewa, langsung kabur ke gunung ketika melihat korban ditikam oleh pelaku. Dan dari saksi mata itulah, sejumlah nama termasuk pelaku utama yang terlibat dalam kasus tersebut diketahui.
            Usai ditikam pada bagian punggung bagian belakangnya, Dewa pun terkapar di Tempat Kejadian Perkara (TKP)-sebut saja di tanjakan jalan raya Dusun Kamunti Desa Mpili, Kecamatan Donggo. Usai terkapar akbat hantaman benda tajam, para pihak membawa Dewa ke Puskesmas Donggo dengan harapan agar nyawanya dapat diselamatkan. Namun, azal berkata lain. Nyawa Dewa tak tertolong lagi.
            Kronologis umum atas kejadian tersebut berdasarkan data dari aparat menyebutkan, sekitar pukul 16.30 Wita, Dewa pulang ke Donggo dari rumah keluarga ibunya yang berlokasi di Desa Sila, Kecamatan Bolo-Kabupaten Bima. Tiba di TKP sekitar pukul 17.00 Wita, Dewa dihadang oleh sekelompok pemuda asal Desa Doridungga dibawah kendali Arkam Abdul Rajak. Saat itu, Dewa sedang mengendari sepeda motor dan berboncengan dengan seorang rekannya.
            Masih berdasarkan kronologis dalam catatan aparat, usai dihadang dan kendaraan korban dibiarkan di pinggir jalan-terjadilah perkelahian Dewa dengan kelompok pemuda tersebut. Akibatnya, Dewa tak berdaya dan kemudian terkapar di jalan raya. Sementara rekan Dewa (saksi mata), harus lari menyelamatkan diri menelusuri hutan dan kemudian memberitahukan keluarganya yang ada di Desa O,o.
            Sementara Arkam dengan kelompoknya, langsung kabur dari TKP setelah menghabisi Dewa. Keluarga Dewa, spontan saja marah besar. Merekapun berkumpul sejak usai kejadian hingga malam hari, bertujuan ingin menyerang Desa Doridungga. Namun Polisi sangat sigap mengatasi keadaan. Ratusan personil kekuatan lengkap anggota Polres Bima Kabupaten dibawah kendali Kapolres AKBP M. Eka Fatur Rahman SH, SIK yang dilengkapi dengan senjata, langsung mengamankan kondisi di Dua Desa (O’o dan Doridungga). 
            Kapolres yang didampingi Wakapolres setempat Kompol Abdi Maulidan S.Sos, tampaknya tak pernah tidur karena mengamankan situsi agar tetap stabil seperti sediakala. Alhasil, atas perjuangan keras Kapolres memberikan pemahaman terhadap warga di Dua Desa itu, praktis aja situasi dapat dikendalikan sampai sekarang.
“Kami harus menginap dan berkantor di Mapolsek Donggo, dari usai kejadian berlangsung hingga Jum’at subuh (30/6/2-17). Alhamdulillah, situasi keamanan pasca kejadian penikaman terhadap Dewa hingga sekarang, sudah berlangsung kondusif. Namun, sampai dengan saat ini aparat masih terus bersiaga di sana. Tujuannya, mengantisipasi agar tak terjadi kemungkinan lain pada Dewa dikebumikan pada Jum’at siang,” jelas Kapolres Bima Kabupaten melalui Wakapolres Kompol Abdi Maulidan S.Sos.
            Situasi keamanan yang kondusif tersebut, dicapai atas daar perjuangan kapolres memberikan pemahaman tentang hukum dan sekaligus mampu menjawab tuntutan warga O’o, yakni segera membekuk pelakunya.
“Alhamdulillah, Arkam yang diduga sebaga pelaku utaanya berhasil dibekuk dalam waktu tiga jam setelah kejadian berlangsung. Seluruh kekuatan dari Kasat Intelkam dan Kasat Reskrim, diturunkan untuk memburu pelaku. Hasilnya, Arkam berhasil dibekuk dan kini berstatus sebagai tahanan Polres Bima Kabupaten. Sementara terduga lainnya, akan berkembang setelah terduga pelaku utama diperiksa oleh penyidik Reskrim. Yang terpenting, terduga pelaku utamanya sudah diciduk,” terang Abdi.
            Menurut keterangan awal saksi yang dimintai keterangan oleh penyidik, menyebutkan terdapat 9 terduga pelaku yang ditengarai menghabisi Dewa. Dari keterangan saksi inilah pihaknya langsung bergerak. Dan dari saksi itu pulalah, pihaknya akan terus mengembangkan kasus ini.
“Nanti pada saat pemeriksaan terhadap terduga pelaku utamanya, yang bersangkutan juga akan menyebutkan siapa saja orang yang ikut-serta bersamanya untuk menghabisi Dewa. Berikan kesempatan kami untuk bekerja. Yang jelas, kami akan sangat serius menangani kasus ini. Terimakasih kepada warga Donggo yang telah berperanserta membantu Polisi, khususnya mengamankan situasi pasca kejadian berlangsung,” paparnya.
            Wakapolres kelahiran Bima asli yang akrab disapa Deni ini, juga memnyatakan apesiasinya terhadap seorang anggota DPRD Kabupaten Bima Dapil I Kabupaten Bima yakni Drs. H. Mustahid H. Kako yang telah mampu memberikan pemahaman kepada warga O’o dan Doridungga untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada pihak Polres Bima Kabupaten.
“Beliau bersama Tokoh-Tokoh penting di Donggo, benar-benar bekerja keras membantu Polisi dalam memberikan pemahaman terhadap warga di dua Desa itu. Oleh karenanya, atas nama Polri-kami menyatakan apresiasi dan terimakasih tak terhingga kepada H. Mustahid,” tandas Deni.
            Deni juga menyatakan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri yang juga ikut berperan memberikan pemahaman kepada keluarga korban sehingga tak terjadi gejolak yang berkepanjangan. “Malam setelah kejadian berlangsung, Bupati Bima dengan rombongannya langsung turun ke Donggo, mendatangi rumah keluarga korban sekaligus memberikan santunan. Bupati berada di Donggo, sekitar 40 menit. Sekali lagi, terimakasih dan aprfesiasi yang tinggi, kami sampaikan kepada Bupati Bima,” tuturnya.
            Singkatnya, situasi keamanan pasca kejadian berlangsung baik di O’o maupun di Doridungga berlangsung aman dan terkendali. Pasca Dewa dikebumikan, Deni mengharapkan kepada warga Donggo khususnya O’o dan Doridunggan berperan aktif mememberikan pemahaman kepada warga sebagai upaya untuk menghindari konflik.
“Kami percaya, warga Donggo adalah sangat baik, taat dan patuh. Mereka memiliki kekuatan agama dan budaya yang sangat ketal. Dan dengan itu, mereka sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada penegakan hukum. Ya, hukum harus ditegakan tanpa pandang bulu. Untuk itu, berikan kesempatan kepada kami untuk bekerja. Dan, hindari terjadinya masalah baru yang dapat mengganggu proses penegakan hukum dan keamanan daerah,” imbuhnya.
            Selain itu, pertanyaan publik tentang motif kejadian pembunuhan terhadap Dewan, pun kini terjawab. Terduga pelaku yang ditengarai secara bergotong-royong membunuh Dewa, diduga dilatari oleh dendam lama. Yakni, sebulan silam (Mei 2017), terduga pelaku ditengarai berselisih dengan Dewa pada acara orgen tunggal hingga harus mengalami luka tusukan pada bagian perutnya. “Itu informasi awal yang kami terima. Tetapi, akan kami dalami pada pengembangan selanjutnya,” ungkap Deni. 
            Ada yang menduga bahwa pihak Polsek Donggo lamban menangani laporan kasus yang menimpa Arkam. Karena diduga tak sabaran atas kinerja Polisi, Arkam dan sekelompok rekannya mengambil jalan pintas. Yakni, hukum rimba dengan cara menghabisi Dewa. “Tudingan itu tidaklah benar, buktinya penanganan kasus yang dilaporkan oleh Arkam masih terus berjalan sampai sekarang. Penjelasan soal itu, kami dapatkan dari BAP terkait kasus yang dilaporkan oleh Arkam di Mapolsek Donggo,” urainya.
            Berdasarkan keterangan saksi, Deni juga menyebutkan sejumlah nama yang dduga ikut-serta sebagai pelakunya. Diantaranya HB, MAR, SG, SL dan masih beberapa nama lagi. Tentang dugaan keterlibatan sejumlah nama tersebut, diakuinya tentu saja akan berkembang selama penanganan kasus ini berlangsung.
“Soal terduga pelakunya, ada yang menyebutkan 9 orang, dan ada pula yang menyebutkan 6 orang. Namun untuk membuktikan kebenaran dan apa yang mereka perankan saat kejadian, tentu saja akan berkembang dalam proses penyidikan. Sekali lagi, kami bekerja dan sangat serius menangani kasus ini,” janjinya.
            Sekedar catatan, Almarhum Dewa adalah anak pertama Fahri dengan isterinya Rosdiana. Korban tewas mengenaskan diujung senjata tajam (Sajam) pelaku, dan meninggalkan seorang anak serta isteri yang sedang hamil. Atas kematian tragis yang menimpa Dewa, Tokoh Donggo di seluruh Indonesia termasuk di Jakarta, mendesak Polisi agar seluruh terduga pelakunya segera dibekuk. Sikap dan ketegasan tersebut, terungkap melalui Group WA Keluarga Besar (KB) Donggo.
            Tak hanya itu, KB Donggo di seluruh Indonesia, juga meminta agar seluruh warga Donggo di seluruh Desa khususnya O,o dan Doridungga agar menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada pihak penegak  hukum. Sebab, KB Donggo juga merasa sangat yakin bahwa Polisi dapat bekerja dengan baik, baik soal penegakan hukum maupun menangkap semua terduga pelaku dalam kasus ini. (Rizal/Must/Buyung/Wildan)

1 komentar:

  1. hampir di semua segmen kehidupan masyarakat Bima tengah mengalami pergeseran nilai, budaya MAJA LA'BO DAHU yang semestinya menjadi rel pengontrol nilai-nilai sosial yang ada di tataran greesh roath, justru tengah ditinggalkan oleh dou mbojo itu sendiri, digantikan oleh budaya Pop, Rokerst, Vandalism, dan yang berbau Westernisasi. sudah saatnya Pemerintah Daerah membuka cara pandang terhadap berbagai fenomena sosial di Kota dan Kabupaten Bima 10 tahun terakhir ini.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.