Pawai Budaya HUT Bima ke 377 dan Wanita Bima Dalam Bungkusan Rimpu
Foto: Dari arena pawai budaya
Visioner Berita Bima-Pelaksanaan
Hari Ulang Tahun (HUT) Bima, dilaksanakan pada setiap tahunnya. Berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan budaya dan instrumen pendukungnya, pun diikutkan pada
moment dimaksud. Diantaranya, rimpu (jilbab tradisional wanita Bima yang
terbuat dari tenunan asli Bima), Sambolo (topi khas pria Bima), keris pusaka
yang tersimpan pada pingga, adegan taji tuta (adu kepala), gantao (silat
tradisional), pasukan berkuda dengan tampilan tradisional, kareku kandei, buja
kadanda, penuntunan pengantin bermodel tradisional, dan masih banyak lagi
instrumen budaya lainnya yang diperankan pada moment sakral itu.
Bukan itu saja, instrumen budaya
leluhur Bima seperti gambus dan biola yang didukung oleh lagu Bima, juga ikut
mewarnai pawai budaya. Penampilan senui budaya tersebut, tercatat berlangsung
pada setiap pelaksanaan HUT Bima setiap tahunnya. Masih di pelaksanaan
kegitawan pawai budaya, kegiatan tradisional seperti Hadrah dengan menampilkan
permainan remaba oleh beberapa orang serta pentas seni yang dilakukan oleh
sejumlah Sanggar Seni di kabupaten Bima, juga diiukutsertakan.
Tahun lalu, Bupati-Wakil Bupati Bima
Hj. Indah Dhamayanti Putri-Drs. H. Dahlan M. Noer-berhasil melaksanakan
kegiatan HUT Bima ke 366 yang didalamnya juga dirangkaikan dengan pelaksanaan
kegiatan pawai budaya yang menampilkan berbagai instrumen budaya sebagai salah
satu cara memperlihatkan kepada dunia sekaligus obsesi utama mendukung
pengembangan dunia pariwisata Kabupaten Bima yang tak hanya mengandalkan
ratusan destinasi.
Hari ini, Selasa (4/7/2017)
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, kembali melaksanakan kegiatan pawai budaya
dalam rangka menyambut HUT Bima yang ke 377 yang puncak pelaksanaannya di
kantor Bupati Bima persiapan di Kecamatan Woha. Kegiatan pawai budaya kali ini,
melibatkan seluruh pegawai di semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),
Organisasi Pemerintah Daerah (OPD), pihak Kecamatan, kalangan Desa, Ormas, TNI,
Polri dan lainnya termasuk kalangan pelajar di Kabupaten Bima. Masing-masing
organ termasuk para peguyuban dari luar daerah seperti Bali dan lainnya,
terlihat menampilkan kekhasan kekhasan yang berbeda.
Misalnya,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, menampilkan potensi pertanian.
Dan demikian pula halnya dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) yang
menampilkan kekhasan sesuai instansinya. Pada moment itu, kegiatan yang menampilkan
seluruh instrumen seni budaya, juga ditampilkan. Beragam hal-hal menarik
tersebut, praktis disambut dengan senyum penuh kebangaan oleh Bupati-Wakil
Bupati Bima dan para pihak penting lainya.
Namun yang tak kalah menariknya lagi, kalangan
Wartawan dari beberapa Organisasi Profesi, juga ikut sebagai peserta pawai
budaya kali ini (sebelumnya tidak diiukutkan). Kalangan Wartawan, tampil dengan
menggunakan Samolo Tradisional Bima yang dipoles dengan sarung songket khas
Bima (tembe Salungka) sebagai penghias tubuhnya. Kemeriahan pawai budaya, juga diusung oleh
penampilan Drum Band asal Sektetariat daerah (Setda) Kabupaten Bima.
Liputan langsung Awak Media baik
cetak maupun elektronik pada moment tersebut melaporkan, acara pawai budaya
kali ini bertitik star di perepmpatan Desa Nisa KecamatZAn Woha dan berakhir di
perempatan Talabiu Kecamatan setempat. Bupati-Wakil Bupati Bima, Kapolres Bima
Kabupaten AKBP M. Eka Fatur Rahman SH, SIK, Dandim 1608 Bima, Ketua DPRD
Kabupaten Bima Murni Suciyanti dan jajarannya, Ketua Pengadilan dan Kepala
Kejaksaan setempat, anggota Komisi I DPR RI dari PAN H. Muhammad Syafrudin-terlihat
secara bersama-sama nmenyambut peserta pawai budaya di atas panggung utama di
cabang Talabiu.
Masih dalam liputan Wartawan,
pelaksanaan pawai budaya menyambut HUT Bima ke 377 ini, berlangsung sejak pagi
hari. Dan hingga berita ini ditulis, kegiatan tersebut masih berlangsung. Berdasakan
kebiasaan sebelumnya, acara pawai budaya berakhir hingga sekitar 15 menit
sebelum Adzan Maghrib. Aparat keamanan yang melibatkan Sat Pol PP Kabupaten
Bima, Polres Bima Kabupaten yang diback up kalangan intelijen-terlihat
melakukan pengamanan serta pengawasan secara ketat bagi pelaksanaan kegiatan
dimaksud.
Dalam liputan langsung kalangan
Wartawan juga menjelaskan, resiko yang dilahirkan oleh kegiatan sakral
tersebut, berhasil membuat jalan raya dari Desa Nisa menuju cabang Talabiu dan
termasuk jalan negara praktis lumpuh total. Betapa tidak, kemacetan arus lalu
lintas tersebut, karena jalan raya diopenuhi oleh puluhan ribu manusia dari
berbagai kalangan. Dan pada moment pawai budaya tersebut, seluruh peserta
terlihat jalan kaki (long march) dengan jarak sekitar 5 KM.
Selama pelaksanaan kegiatan tersebut
berlangsung, para peserta pawai juga tak terlihat lelah. Dan, merekapun
terlihat sudah menyiapkan air minum untuk mengantisipasi terjadinya rasa haus
selama long march itu dilaksanakan. Tiba di depan panggung utama, para peserta
juga terlihat bersalaman dengan Bupati-Wakil Bupati Bima. Bahkan, ada yang
memanfaatkan kesempatan tersebut dengan Bupati-Wakil Bupati Bima.
Pawai budaya kali ini, juga berhasil
memunculkan pemandangan-pesona terindah, dan praktis mengusung kekaguman hadiri
termasuk Bupati-Wakil Bupati Bima. Yakni, tampilnya wanita Bima dalam polesan rimpu
yang terbuat dari tenunan asli Bima-membungkus kepala dan bagian wajah mereka. Jilbab
tradisonal Bima tersebut, mulai digunakan oleh para leluhur Bima, dan tradisi
tersebut masih berlaku hingga sekarang ini.
Yang tak kalah uniknya, di moment pawai budaya
itu, para Wanita Bima berhasilkan rimpu dengan style modern, selah satunya
melengkapinya dengan penggunaan kacamata gaya. Pengguna rimpu tersebut, adalah
wanita yang berasal dari seluruh instansi Pemerintah, Ormas dan lainnya.
Sementara kaum pria yang berbarengan dengan pengguna rimpu tersebut, terlihat
menggunakan peci hitam, baju biasa, dan celana panjang dalam bungkusan sarung
songket khas Bima (menambahan keindahan dan pesona dalam pandangan mata).
Dan
rimpu dalam sejarahnya, diakui dicetus oleh orang Bima. Sehingga suku Bima
dimanapun termasuk di Kabupaten Dompu, juga masih menggunakan rimpu, baik pada moment
penting maupun pada hari-hari biasa. Dalam catatan penting Wartawan juga
menyebutkan, tradisi penggunaan rimpu juga diakui sebagai ciri khas wanita yang
berasal dari suku Bima (ikan rimpu-ingat perempuan Bima.
Bupati Bima Hj. Indah Damayanti
Putri, pada moment tersebut hanya mengutarakan sejumlah penjelasan. Penjelasan tersebut,
lebih kepada kuatnya korelasi opawai budaya yang menampilkan beragam model
instrumen pendukungnya dengan pengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Bima.
“Berbagai
instrumen yang ditampilkan pada pawai budaya, tentu saja sangat erat dan kuat
hubungannya dengan pengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Bima. Sebab,
dunia wisata bukan hanya bicara destinasi. Tetapi, juga membutuhkan istrumen
lainnya seperti senibudaya sebagai pendukung pentingnya,” jelas Bupati.
Bupati kemudian menyatakan
kebanggaan dan rasa harunya atas pelaksanaan pawai budaya menyambut HUT Bima,
baik sebelumnya maupun sekarang. Oleh karenanya, berbagai instrumen budaya yang
ditampilkan perlu disentuh untuk mengembangkannya. “Sebab, mempertahankan
nilai-nilai termasuk seni dan budaya adalah samahalnya dengan mempertahankan
tradisi daerah (Bima juga memiliki ciri khas),” urainya.
Pengembangan seni budaya yang sangat
kuat korelasinya dengan obsesi pengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Bima,
juga membutuhkan adanya jaminan keamanan-kenyamanan daerah, dan berbagai
lapisan masyarakat di Kabupaten Bima memiliki tugas dan tanggungjawab selain
aparat keamanan, baik Polri maupun TNI.
“Mimpi kita dan generasi kedepan, adalah maju
dan terus berkembang. Hal itu, juga membutuhkan keamanan dan kedamaian. Oleh
karenanya, pertikaian yang berakibatkan kepada terjadinya kerusuhan harus
dihindari. Sekali lagi, ini menjadi tanggungjawab kita semua. Dan soal itu,
semua elemen ditutnut untuk berperan aktif sebagai terjemahan dari tugas dan
tanggungjawabnya,” harap Bupati. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda