Diduga Tak Lagi Menghargai Nyawa Mahluk Hidup, Tiga Ekor Sapi Betina Ditengarai Tewas Karena Diracun
Sahrir:Pencurian Ternak Dengan
Modus Diracuni terlebih Dahulu Sering Terjadi
Salah seorang petugas Poskeswan melakukan pengambilan sampel pada bangkai sapi untuk kepentingan uji Laboratorium. Foto Lokasi:So Kewo Kecamatan Asakota |
Visioner Berita Kota Bima-Peristiwa yang diduga sadis alias tak
menghargai nyawa mahluk hidup seperti ternak dengan cara meracuni terlebih
dahulu sebelum diangkut dan kemudin dagingnya dijual oleh pelaku pencurian,
mungkin saja jarang terjadi. Tetapi, kejadian tersebut diduga terjadi di Kota
Bima. Tiga ekor sapi betina yang diantaranya dua ekor sebagai induknya dan
satunya lagi belum melahirkan, tewas di Tempat Kejadian Perkara (TKP) di jalan
raya dekat jembatan-tepatnya di sebelah utara gudang pupuk Kelurahan Ule
Kecamatan Asakota-Kota Bima.
Sahrir warga asal Lingkungan
Tolotongga Kelurahan Ule Kecamatan Asakota Kota Bima mengungkap, ia mendengar
bahwa tiga ekor sapinya tergelatak dalam kondisi pingsan setelah mendengar ada
informasi yang diterimanya dari keluarganya yang pada Minggu malam (21/10/2018)
sekitar pukul 21.30 Wita.
“Saya menerima laporan tersebut,
saya langsung bergegas ke TKP. Tiba di TKP, saya melihat tiga ekor sapi sedang
tergelat pingsan dan mengeluarkan suara jelang kematian dengan kondisi mulut
berbusa. Saat itu, seekor induknya tergelat di pinggir jalan, sesekor induk
lainnya tergeletak di got dan satu sapi betina itu juga tergeletak di got,”
ungkapnya kepada Visioner di Tolotongga, Senin (22/10/2018).
Sesaat sebelum petugas turun ke jurang untuk melakukan pengambilan sampel pada bangkai sapi yang diduga diracun tersebut. Moment tersebut, juga disaksikan pemilik sapi, Polisi dan warga |
“Kejadian pencurian ternak
khususnya sapi yang didawali diracuni terlebih dahulu seringkali terjadi di
wilayah ini. Hanya saja, kami tidak berhasil menemukan pelakunya. Malam saat
kejadian sapi saya tergeletak dan kemudian akhirnya mati, kami sempat menunggu
orang yangdidugab sebagai pencuri. Namun, yang diduga itu tidak nongol-nongol
di TKP karena tidak berani mengambil tiga ekor sapi tersebut. Hanya saja, malam
itu ada sebuah mobil pick up yang larinya perlahan. Hanya saja, kami tidak
berani bertindak karena tidak memiliki bukti,” tandasnya.
Kasus pencurian sapi oleh pelaku
ungkapnya, belu lama ini terjadi di wilayah Gindi Kelurahan jatiwangi Kecamatan
Asakota Kota Bima. Dugaan modus pencuriannya sama, yakni diduga kuat sapi
diracuni terlebih dahulu dan selanjutnya dagingnya dijual oleh pelaku. “Kasus
yang terjadi di Gindi itu, dua ekor sapi hanya ditinggalkan bagian kepalanya
oleh pelaku. Dan satu ekornya lagi, tidak sempat dibawah-kecuali dibiarkan mati
di tempat. Kejadian tersebut, yakni sekitar empat bulan silam,” bebernya.
Rombongan kembali pulang dari pengambilan sampel dari bangkai sapi untuk selanjutnya di uji di Laboratorium |
Sahrir kemudian menjelaskan, dua
ekor induk sapi yang tewas tersebut merupakan sumber kehidupannya yang masih
tersisa. Sebab, masing-masing sudah melahirkan lebih dari epat kali dan
kemudian hasilnya dipelihara dan dijual untuk biaya kehidupan keluarganya.
Sementara satu ekor betina yang diduga tewasd diracun tersebut, belum
melahirkan. Tetapi, ketiga ekor sapi tersebut tewas dalam kondisi sangat gemuk.
“Sebelum tewas, tiga ekor sapi
tersebut keluar dari kandangnya dan mencari makan di wilayah di TKP. Beberapajam
kemudia, saya mendapatkan informasi dari salah seorang keluarga yang
menyebutkan bahwa tiga ekor sapi tersebut sedang tergeletak pingsan dan pada
akhirnya tewas di TKP dalam kondisi mulut berbusa,” terangnya.
Babinkamtibmas Melayu Brigadir Mulyadin (paling kiri) bersama petugas Poskeswan Asakota sedang santai usai pulang dari pengambilan sampel dari bangkai sapi di atas gunung dimaksud |
“Kami tidak sempat melaporkan,
karena kondisi sapi yang sudah satu malam berada di TKP akhirnya saya putuskan
untuk membuang bangkainya di gunung itu. Saya segera pindahkan bangkai tiga
ekor ternak tersebut, karena takut baunya akan mencemari warga dan lingkungan
di TKP dan sekitarnya,” tuturnya.
Peristiwa naas yang menimpa tiga
ekor sapi tersebut, pun diakuinya tidak dilaporkannya kepada Dinas Pertanian
dan Peternakan Kota Bima melalui UPT Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) yang Kecamatan
Asakota. “Ya, saya tidak melaporkan kejadian itu kepada pihak Poskeswan Kota
Bima. Dan tiga ekor sapi tersebut sama sekali tidak kami asuransikan,” akunya.
Kecuali, pihak Poskeswan Kota
Bima mengetahui kejadian tersebut setelah mendapatkan informasi dari Visioner
pada Senin (22/10/2018). Dan ada siang itu, tiga orang dokter hewan (drh) yang
didampingi langsung oleh Babinkamtibmas Melayu Brigadir Mulyadin langsung
bergegas ke lokasi pembuangan bangkai tidak ekor ternak tersebut untuk
mengambel sampelnya untuk kemudian di bawa ke Labarotorium guna memastikan
apaka kematiannya karena menderita sakit semacam antarx atau diracuni oleh
oknum tertentu.
Rombongan personil Poskewan dan
Babinkamtibmas tersebut, berangkat ke gunung menggunakan mobil pick milik
pemilik ternak dimaksud dan di dalamnya juga ada Visioner. Sementara jalan raya
menuju lokasi pembuangan tiga ekor bangkai ternak tersebut, selain belum di
aspal secara keseluruh juga kondisinya tanjakan tajam dan bahkan penuh
bebatuan. Kendati demikian, kendaraan yang disupiri oleh pemilik tersebut
berhasil sampai ke tujuan utama.
drh. Ety Suryaningsih |
“Alhamdulillah kami sudah berhasil mengambil
sampel dalam bentuk telinga dari tiga ekor ternak dimaksud. Sampel telinganya
tersebut, selanjutnya akan dibawa ke Laboratorium guna memastikan apakah ketiga
ekor ternak tersebut tewas karena sakit atau karena diracuni. Namun, saat ini
kita menganggapnya sebagai saspek antrax. Untuk itu, sekarang kita belum bisa
memastikan apakah ternak tersebut tewas karena sakit atau diracun karena belum
ada keputusan dari hasil tes laboratorium,” jelas salah seorang delegasi dari
UPT Poskeswasn Asakota, drh. Ety Suryaningsih.
Ety kemudian menjelaskan, butuh waktu sekitar tiga
bulan untuk memastikan apakah ketiga ekor ternak tersebut tewas karena
menderita sakit atau karena keracunan. Alasannya, pihaknya harus mengirim
terlebih dahulu sampelnya ke pihak Laboratorium dimaksud dan lokasi Laboratium
itu yang diakuinya berada di luar kota alias jauh dari daerah ini (Kota Bima,
Red). Lepas dari itu, kami harap bangkai tiga ekor sapi yang dibuang di gunung
itu agar segera dikuburkan oleh pemiliknya. Sebaliknya, justeru akan
menimbulkan bau dan rentan terhadap penyakit baik terhadap manusia maupun
lingkungan sekitar,” desak Ety. (TIM
VISIONER)
Tulis Komentar Anda