Walikota Bima Jelaskan Strategi Penanganan Covid-19 dan Mungkin Saja Ini Metode Satu-Satunya di Indonesia

Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE
Visioner Berita Kota Bima-Semua orang tahu bahwa bangsa Indonesia sedang dihadapkan dengan sebuah peristiwa yang dinilai besar. Yakni Covid-19 yang diakui telah memakan korban meninggal dunia, ada yang masih berstatus PDP dan ditangani oleh Tim Medis, dan belum lagi dihadapkan denganm keresahan akibat terus meningkatnya jumlah warga dari luar daerah ke Kota Bima baik melalui jalur darat, udara maupun jalur laut.

Namun sampai dengan dengan detik ini, Kota Bima disebut-sebub sebagai satu daerah dimana masyarakatnya belum ada yang dinyatakan positif Covid-19, bahkan yang sebeumnta berstatus PDP sudah kembali ke rumahnya dengan status negatif Covid-19 atas kerja keras tim Medis RSUD Bima sebagai Rumah Sakit (RS) rujukan yang ditunjuk secara resmi oleh Pemerintah.

Sementara upaya antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah setempat agar masyarakat Kota Bima terhindar dari serangan Covid-19, tercatat sejak awal dan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Soal pertanyaan tentang strategi penanganan sekaligus mengantisipasi agar warg setempat terhindar dari serangan Covid-19, kini dijelaskan secara umum oleh Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE kepada Visioner di kediamanya, Jum’at siang (9/4/2020).

“Model penangananya adalah membangunkan semua pihak terutama SKPD dan OPD di Kota Bima, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) setempat, Lurah, Camat, RT, RW, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, Karang Taruna, Organisasi di luar Pemerintah untuk bergerak secara serentak sejak awal hingga saat ini merupakan salah satu strategi yang kami gunakan agar masyarakat Kota Bima terhindari dari serangan Covid-19. Tak hanya itu, kita juga menggerakan daerah binaan mulai dari masing-masing Satuan Kerja (Satker) sampai ke kelurahan, Babinsa, Bhabinkamtibmas untuk melakukan hal yang sama sejak awal sampai dengan saat ini,” terangnya.

Jikaada warga Kota Bima yang datang dari luar daerah dengan status OTG atau ODP maka langkah penting yang dilakukan adalah memerintahkan untuk mengisolasi diri selama 14 hari.  Hal itu tegasnya, sangat penting dilakukan dan berlaku secara nasional. “Masing-masing di rumah mereka ditempel stiker sekaligus dicatat dan diawasi baik oleh Pemerintah melalui Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan lainya. Tujuanya, agar mereka tetap mengisolasikan diri selama 14 hari,” jelasnya.

Jika ditemukan adanya warga pendatang ke Kota Bima baik melalui jalur darat, udara maupun laut yang ditemukan adanya indikasi mencurigakan oleh Petugas Medis Gugus Covid19 Kota Bima, diakuinya lanmgsung diisolasi sementara di Pantai Lawata. “Di sana mereka diinapkan untuk sementara waktu sambil dilakukan observasi. Jika statusnya dari ODP meningkat ke PDP maka akan langsung diisolasi ke RSUD Bima. Namun, Alhamdulillah sampai dengan sekarang belum ada satupun warga Kota Bima maupun yang datang dari luar daerah yang dinyatakan positif Covid-19. Jumlah OTG memang banyak, PDP juga hampit tidak ada,” tandasnya.

Memperketat pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan di wilayah Perbatasan Kota dengan Kabupaten Bima dilakukan sejak awal dan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Bagi warga yang datang dari luar daerah terutama di daerah terpapar ke Kota Bima menggunakan angkutan umum, tetap dilakukan pemeriksaan secara medis pada Posko yang disediakan sejak awal.

“TNI, Polri, Sat Pol PP, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Dinas Perhubungan dan lainya sejak awal hingga saat ini masih bekerja di perbatasan Kota. Saya selaku Walikota Bima, Wakil Walikota Bima, Ketua DPRD Kota Bima. Kapolres Bima Kota, Dandim 1608/Bima, Ketua Pengadilan dan Kajari Bima, kawan-kawan dari intelijen baik TNI maupun Polri juga ikut terlibat langsung dengan Tim Gugus Covid-19 di batas Kota. Itu semua dilakukan demi menjaga sekaligus mengantisipasi agar warga Kota Bima terhindari dari Covid-19,” urainya.

Upaya-upaya nyata lain untuk tujuan mengantisipasi masyarakat Kota Bima terhindari dari serangan Covid-19, yakni melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh wilayah, pemberlakukan jam malam, hanya memberika kesempatan kepada pedagang kaki lima untuk berjualan mkulai dari pagi hingga pukul 22.00 Wita dan selanjutnya dibubarkan, sosialisasi tentang pentingnya mengantisipasi serangan Covid-19 dengan melibatkan berbagai elemen baik Pemerintah maupun masyarakat membagikan masker secara gratis baik kepada Puskesmas dan Rumah, pelaku pasar maupun pembelinya, pengguna jalan raya maupun kepada para pengendara, menghadirkanRapid Test dan lainya.

“Berbagai upaya penanganan dalam mengantisipasi serangan Covid-19 yang sudah dan sedang dilakukan di Kota Bima tersebut, ini merupakan metode satu-satunya di Indonesia. Dengan metode ini pula, kita bisa memudahkan untuk memastikan apakah ada warga yang terjangkit Covid-19 atau sebaliknya. Dan dengan metode itu pula, kita tidak membutuhkan banyaknya ruangan isolasi mengingat kekurangan-kekurangan yang sedang dihadapi. Sementara tugas para Dokter khususnya pada Tim Gugus Covid-19 Kota Bima, lebih kepada pemeriksaan sekaligus pengawasan, pusat konsultasi,” urainya.

Upaya penting lainya dalam rangka mengantisipasi lonjakan jumlah pasien PDP yang disiolasi di RSUD Bima sebagai RS rujukan yang ditunjukan secara resmi oleh Pemerintah, Walikota Bima menjelaskan bahwa sekarang pihaknya sedang membangun 10 ruang isiolasi di Puskesmas Paruga dan beberapa ruang isiolasi di RS Asakota.

“Kebijakan ini lebih kepada mengantisipasi ketika terjadi lonjakan penanganan pasien dengan status PDP oleh Tim Medis RSUD Bima. Tetapi, mari kita terus berikhtiar dan berdo’a keras agar non negatif Covid-19 untuk warga Kota Bima dan Kabupaten Bima serta Kabupaten Dompu dan pada umumnya di Pulau Sumbawa ini dapat dipertahankan sampai kapanpun,” harapnya.

Semenetara upaya cepat untuk mengetahui suhu badan warga khususnya yang datang dari luar daerah ke Kota Bima dan memastikan yang bersangkutan terjangkit Covid-19 atau sebaliknya, di Kota Bima diakuinya sudah memiliki sebanyak 2000 unit rapid tes dan 200 buah swab laboratoirum.

“Sementara anggaran yang dipersiapkan bagi penanganan Covid-19 di Kota Bima, kita sudah sidapkan sebesar Rp3,2 miliar. Dana tersebut dimanfaatkan untuk pengadaan APD dan lainya yang berkaitan dengan penanganan Covid-19. Sumber anggaran lainya untuk penanganan Covid-19 ini, juga kita ambil dari Dana Kelurahan. Maksudnya, masing-masing Kelurahan diambil anggaranya sebesar Rp100 juta untuk penanganan Covid-19. Hal itu disebut sebagai penanganan yang bersinergi, sehingga penangananya sangat cepat,” tuturnya.

Tantangan tersebut sejak awal hingga saat ini dalam penanganan Covid-19 di Kota Bima, diakuinya lebih kepada kesadaran masyarakat yang seutuhnya belum terlihat nyata. “Indikator itu terlihat masih adanjya warga yang keluyuran di malam hari kendati sudah diberlakukan jam malam. Namun kinerja aparat Kepolisian, TNI dan Sat Pol PP dalam membubarkan mereka pada malam hari juga harus diapresiasi. Selanjutnya, saya selaku Walikota Bima berharap agar kedepan dan seterusnya untuk tetap berada di rumah khususnya pada malam hari. Pesan ini disampaikan sebagai bentuk nyata adanya rasa cinta kami kepada seluruh warga Kota Bima,” imbuhnya.

Selama tiga hari berturut-turut mulai Jum’at (9-12/4/2020), Walikota Bima menghimbau kepada seluruh warga Kota Bima agar tetap berada di rumah. Hal itu penting untuk dimaknai sebagai salah satu cara memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

“Selama penanganan Covid-19 di Kota, kita tidak menemukan adanya kendala dan hambatan yang berarti. Namun, tantangan kita semua yakni lebih kepada kesadaran utuh dari masyarakat yang sejak awal hingga saat ini belum nampak secara nyata. Misalnya, diminta tetap di rumah khususnya untuk malam hari namun tetap seja terlihat keluyuran di luar rumah. Untuk itu, sekali lagi saya berharap agar kesadaran utuh tersebut dapat diwujudkan demi terhindari dari serangan Covid-19. Bagaimana kemudian kita bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19 jika masih ada masyarakat yang berkeliaran di luar rumah,” tanyanya dengan nada serius.  

Untuk menjawab tantang dimaksud, Walikota Bima menekankan kepada seluruh aparat Kelurahan,, Camat serta para Tokoh agar senantiasa mengedukasi masyarakat dengan berbagai cara, salah satunuya melalui pengumuman di Masjid dan Musholah. Dan dalam kaitan itu pula, RT dan RW juga diharapkan akan mengedukasi masyarakat secara intensif melalui pola door to door. “Itu juga merupakan salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” urainya.  

Walikota Bima menandaskan, berbagai upaya penanganan-pengantisipasi agar warga setempat terhindari dari penyebaran Covid-19 sama sekali tidak memutuskan perputaran roda ekonomi. Misalnya, pasar-pasar dan pertokoan dibiarkan dalam keadaan tetap beraktivitas seperti biasanya. Dan dengan itu pula, masyarakat dan para pelaku usaha tidak diresahklan oleh isu hoax yang berseliweran dari oknum tak bertanggungjawab tentang pasar dan pusat pertokoan ditutup oleh Pemerintah.

“Selama penanganan Covid-19 ini, baik sejak awal maupun hingga saat ini Pemerintah tidak pernah mengatakan penutupan pasar dan pusat pertokoan. Oleh karena itu, kami meminta kepada masyarakat Kota Bima untuk tidak percaya terhadap isu-isu tak bertanggungjawab tersebut. Kecuali, kita hanya memberilakukan jam malam dan memberikan ruang kepada para pedagang kaki lima untuk beraktivitas hingga pukul 22.00 pada setiap harinya,” desaknya.

Masih soal penanganan sekaligus pengantisipasian penyebaran Covid-19 di Kota Bima, Walikota Bima mengapresiasi berbagai pihak yang telah membagikan masker secara gratis kepada masyarakat. Kegiatan mulai tersebut, diharapkan agar terus dilakukan alias jangan pernah berhenti. Untuk PKK Kota Bima dibawah kendali Hj. Ellya H. Muhammad Lutfi, tercatat sudah tiga kali melakukan aksi mulia tersebut yang dimulai dari para pengguna jalan raya dan pengendara, seluruh Puskesmas dan RS di Kota Bima dan di Pasar Tradisional Amahami Kota Bima.

“Kami dari Forkopimda Kota Bima juga melakukan hal yang sama. Terimakasih kepada semua pihak yang telah menciptakan sekaligus memanfaatkan ruang berbagai terhadap sesama di saat masyarakat membutuhkanya. Jangan pernah berhenti untuk membagikan APD, sebab sampai hari ini masyarakat masih sangat membutuhkanya. Dan soal mengantisipasi penyebaran Covid-19, Pemkot Bima juga sudah mengeluarkan edaran resmi tentang wajib menggunakan bagi seluruh warga Kota Bima ,” pungkasnya.

Lepas dari itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bima Drs. Azhari, M.Si memastikan bahwa sampai dengan saat ini tidak ada satupun warga Kota Bima yang dinyatakan positif Covid-19. Namun angka Orang Tanpa Gejala (OTG), diakuinya semakin bertambah pada tiap harinya baik yang datang melalui puntu masuk di perbatasan Kota dengan Kabupaten Bima, Pelabuhan Bima dan Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima. “Mereka adalah rata-rata Mahasiswa dari luar daerah, termasuk di daerah-daerah terpapar Covid-19. Kendati berstatus OTG, mereka tetap dilebeli dengan status ODP untuk terus dipantai. Kepada mereka, kita tegaskan agar mengisolasi diri sampai 14 hari di rumahnya masing-masing,” tegas Azhari.

Sementara upaya penyemprotan, diakuinya sudah dan sedang dilakukan di seluruh wilayah di Kota Bima. Dalam kaitan itu, pihaknya menggunakan pasukan Damkar pada Sat Pol PP Kota Bima. Sampai sekarang upaya penyemprotan disinfektan di semua wilayah di Kota Bima, diakuinya  masih dilakukan. Sementara upaya penanganan terhadap para pendatang dari luar daerah dengan menggunakan kapal laut, juga masih intens dilakukan di Pelabuhan Bima.

“Di Pelabuhan Bima tetap diawasi oleh Tom Gugus Covid-19 yang melibatkan Pelindo III (Persero) Cabang Bima, ASDP, TNI, Polri, BPBD Kota Bima, Dinas Sosial Kota Bima, Dinas Kesehatan Kota Bima, KP3 Polres Bima Kota dan Pol Airut Polres Bima Kota, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan pihak Pelni. Dari beberapa kali pengendalian, pengawasan dan pemeriksaan dilakukan-Alhamdulillah ratusan warga dari luar daerah menggunakan laut tak ada satupun yang berstatus PDP. Maksudnya, semuanya berstatus OTG,” tandas Azhari.  (TIM VISIONER

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.