Pasien Kritis Yang Diduga Dianiaya Oknum Pimpinanya Dirujuk ke Mataram Lantaran CT Scan RSUD Bima “Tak Berfungsi”

Jika ada Biaya Pemeliharaan CT Scan Telah Digunakan Untuk Apa?

Ade Indramawan Saat Dirawat di Ruangan ICU RSUD Bima

Visioner Berita Kota Bima-Beberpa hari terakhir ini Bima dinilai dihebohkan oleh sebuah peristiwa. Yakni kasus dugaan penganiayaan tenaga teknik (ASN) pada RSUD Bima, Ade Indramawan oleh oknum Pimpinanya berinisial G. Tercatat sudah beberapa hari lamanya Ade Indramawan “terkapar” di ruang ICU setempat. Terlihat jelas adanya selang dan alat bantu pernfasan terpasang pada bagian hidung dan mulut korban.

Sejak berada di ruang ICU RSUD Bima, korban belum berbicara. Tetapi pihak keluarganya mengaku, perubahan kondisi yang dialami tergolong sedikit. Pihak keluarga juga memstikan bahwa sampai saat ini korban belum bisa bicara. Sementara soal makan dan minum bagi korban, dijelaskan disalurkan melalui selang yang sejak awal dipasang oleh Tim Medis RSUD Bima.

Namun untuk memastikan luka yang diderita korban, hingga kini belum diketahui. Pasalnya, Computed Tomography (CT scan) milik RSUD Bima, dijelaskan kini sudah “tidak berfusngsi alias mengalami kerusakan serius”. Setelah berhari-hari menginap di ruang ICU dalam kondisi kritis tersebut, Minggu sore (24/8/2025) korban dibawa ke RSUP Mataram menggunakan mobil Ambulance RSUD Bima.

“Untuk memastikan “luka” dan penyakit yang dideritanya, suami saya harus dibawa untuk dilakukan CT scan di RSUP Mataram-NTB. Pasalnya, pihak RSUD Bima menjelaskan bahwa CT scan di sini tidak bisa digunakan untuk mendeteksinya karena alasan rusak,” ungkap istri korban yakni Sri Astuti kepada Media Online www.visionerbima.com, Minggu (24/8/2025).

Astuti mengaku tidak menafikan adanya pelayanan terhadap suaminya oleh pihak RSUD Bima selama berhari-hari dirawat di ruang ICU setempat. Yakni mulai dari upaya kontrol tiap hari, pemasangan alat bantu pernafasan serta alat bantu pendistribusian makan dan minum bagi suaminya pula. Tak hanya itu, Tim Medis setempat juga memberikan obat-obatan kepada suaminya, antara lain penghilang rasa nyeri.

“Soal sejak kapan CT scan itu rusak, tentu saja kami tidak tahu. Namun yang pasti, Tim Medis setempat mengaku tidak bisa mendeteksi luka dan penyakit yang diderita suami saya karena alasan CT scan rusak. Untuk itu, Tim Medis RSUD Bima meminta kepad kami untuk merujuk suami ke RSUP Mataram,” ulas Astuti.

Terkait Ct scan “tak berfungsi” tersebut, salah seorang keluarga korba  yang meminta identitasnya tidak dipublikan bicara keras dan lantang. Kerusakan CT Scan tersebut, ditegaskanya tak selaras dengan perubahan status RSUD Bima ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Bima.

“Status RSUD Bima telah lama berubah menjadi BLUD Bima. Mestinya pasca perubahan status tersebut terjadi, berbagai kebutuhan pasien harus terpenuhi. Namun sayangnya, urusan CT scan yang rusak saja hingga kini tak mampu mereka perbaiki. CT Scan itu dibeli dengan anggara Negara yang tergolong besar. Lha, memang tak ada biaya pemeliharaanya untuk memperbaiki kerusakan CT scan tersebut,” tanyanya denhgan nada serius kepada Media ini, Minggu (24/8/2025).

Menurutnya, pengadaan Alat Kesehatan (Alkes) dimaksud juga ditindak lanjuti dengan kebijakan yakni Pemerintah (BLUD) Bima menyiapkan anggaran pemeliharaanya. Namun fakta terkait CT scan rusak tersebut, pihaknya mempertanyakan secara serius soal biaya pemeliharanya telah digunakan untuk apa (jika ada anggaranya).

“CT scan itu tentu saja dibeli dengan biaya mahal. Dan dalam kaitan itu, biasanya Pemerintaj juga telah menyiapkan anggaran pemeliharaanya. Hal itu dimaksud untuk mengatasi ketika Alkes tersebut mengalami gangguan serius atau kerusakan. Jika benar ada anggaran pemeliharaan bagi CT scan tersebut, lantas telah digunakan apa,” tanyanya dengan nada serius.

Ia kemudian mengeluhkan kelambanan merujuk Ade Inramawan ke RSUP Mataram-NTB lantaran “luka” dan penyalit yang dideritanya yang hingga kini tak mampu dideteksi oleh pihak RSUD Bima lantaran kerusakan yang dialami oleh CT scan tersebut. Mestinya kata dia, sedari awal pihak RSUD Bima harus sigap, sehingga korban tidak bertada di ruang ISU setempat dalam waktu lebih dari dua hari lamanya.

“Jika ada pasien lain dengan kondisi yang sama, tentu saja harus dirujuk lagi ke RSUP Mataram hanya karena alasan CT scan milik RSUD Bima rusak. Jangan-jangan kerusakan CT scan tersebut terjadi jauh sebelum Ade Indramawan di rawat di ruang ICU RSUD Bima?. Kami berharap agar masalah serius ini menjadi pintu masuk bagi pihak terkait untuk mendalaminya. ,” imbuhnya.

Secara terpisah, DIRUT RSUD Bima melalui Sekretarisnya yakni Suriansyah yang dimintai tanggapanya mengatakan, bukan CT scan yang mengalami kerusakan. Tetapi UPS sebagai salah satu instrument pendukung  CT scan yang mengalami gangguan.

“Bukan CT scan yang rusak, tetapi UPS sebagai salah satu instrumen penggeraknya. UPS itu menggunakan baterai dengan jumlah banyak. Karena UPS itu rusak, maka dengan sendirinya CT scan itu tidak bisa bekerja,” katanya dengan nada singkat kepada Media Online www.visionerbima.com, Sabtu sore (23/8/2025). (RIZAL/JOEL/AL/RUDY/DK/DINO) 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.