Bima “Darurat Pembalakan Hutan Secara Liar’, Sejumlah Elemen Ini Hadir Dengan Aksi Mulia

Dari arena MHK bersama sejumlah elemen dalam aksi menanam Pohon pada kawasan hutan gundul

Visioner Berita Bima-Kota dan Kabupaten Bima khususnya, setiap tahunnya tercatat sebagai daerah “langganan bagi bencana banjir bandang”. Pun demikian halnya dengan Kabupaten Dompu dan bahkan Kabupaten Sumbawa. Pemicunya, diduga karena “program jagungnisasi” yang membuat kawasan hutan termasuk lahan tutupan negara menjadi gundul oleh ulah sebahagian besar petani jagung, dan aksi pembalakan hutan secara liar dan lahan-lahan yang telah digundulkan itu juga ditanami padi.

Catatan media massa mengungkap fakta-fakta tak terbantah sebagai akibat dari aksi penggundulan hutan termasuk pada kawasan tutupan negara di sejumlah wilayah khususnya di Bima, yakni banjir bandang yang menghajar Kota dan Kabupaten dalam beberapa tahun terakhir ini hingga masyarakat melahirkan dampak kerugian maha dahsyat, dan bahkan sukses memakan korban jiwa (meninggal dunia) karena terseret banjir bandang.

Kendati telah mengetahui dampak buruk dari aksi pembalakan hutan secara liar hingga kondisi kawasan dimaksud hanya menyisakan kegundulan plus bencana banjir bandang kerap menimpa dua daerah ini, namun aksi ilegal tersebut masih saja terjadi, pun mengesankan adanya proses pembiaran oleh pihak terkait. Camat Parado Kabupaten Bima misalnya, secara gamblang telah menguak sejumlah kelemahan mendasar sebagai pemicu bagi kian maraknya praktek illegal loging itu.

Yakni, diperparah oleh peralihan kewenangan soal kehutanan dari Kota/Kabupaten ke Pronvinsi, lemahnya sistim pengawasan karena keterbatasan personil hingga lemahnya proses penagakan hukum kepada oknum-oknum warga yang melakukan pembalakan hutan secara liar khususnya pada kawasan hutan tutupan negara. Pun secara gamblang, Camat Parado menuding bahwa kepentingan jagung sebagai pemicu paling dominan terkait aksi pembatan hutan secara liar dengan tanpa memikir resiko terburuknya baik saat ini maupun datang.

Dan Camat Parado kembali memperjelas kondisi kekinian, yakni aksi perambahan hutan oleh masyarakat hingga ke kawasan tutupan negara masih berlangsung, namun sedikit-demi sedikit sudah mulai bisa diredam dan kemudian Pemerintah serta berbagai elemen masyarakat saat ini giat melakukan penanaman kembali pohon-pohon pada kawasan hutan yang telah digundulkan secara sengaja itu (tindakan pasca).

Masih, dari arena penanaman pohon di kawasan hutan gundul oleh Komunitas MHK bersama sejumlah elemen di Bima
Catatan lain Media Massa juga menjelaskan, aksi pembalakan hutan secara liar hingga berdampak pada terjadinya bencana banjir bandang di sejumlah daerah khususnya di Pulau Sumbawa-NTB itu, sesungguhnya bukan hal baru. Tetapi, masalah serius yang satu itu terkesan menjadi suatu “kelaziman’ dengan indikator bahwa aksi-aksi liar tersebut hingga kini belum mampu dibendung.

Anehnya, hanya sedikit elemen yang terhimpun dalam Komunitas tertentu yang memiliki keprihatinan dengan cara melakukan penanaman pohon pada kawasan hutan gundul berbasikan pemikiran penyelamatan masa depan daerah dan rakyat terutama pada sumber-sumber mata air. Pun catatan media mengungkap, sejak dulu hingga sekarang jumlah aktivis jalanan yang menyuarakan baik melalaui media maupun di jalanan soal gundulnya hutan di berbagai wilayah khususnya di Bima ini dinilai hanya bisa dihitung dengan jari.

Hutan gundul di mana-mana adalah fakta terbantahkan, namun sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Komunitas-Komunitas tertentu hadir dengan aksi mulianya, salah satunya bernama Mbojo Hijau Kembali (MHK). Komunitas ini, tercatat sudah berkali-kali melakukan penanaman berbagai jenis pohon pada kawasan hutan gundul di sejumlah wilayah baik di Kota maupun di Kabupaten Bima, termasuk pada sumber-sumber mata air yang dirasakan kian hari semakin berkurang sebagai akibat dari tindakan perambahan hutan secara liar dimaksud.

Beberapa hari lalu, pihak MHK kembali menggelar aksi mulai-menanam sekitar puluhan ribu pohon pada sejumlah kawasan hutan gundul di wilayah Kecamatan Parado Kabupaten Bima dengan luas lahan sekitar puluhan ribu hektar. Gerakan nyata nan mulia ini, juga melibatkan Polres Bima Kabupaten, Kodim 1608 Bima, Wakil Bupati Bima, Drs. H. Dahlan M.Noer beserta sejumlah OPD setempat, kalangan pelajar, pegiat lingkungan asal Kabupaten Dompu, mahasiswa, KPH dan lainnya.

“Kami menanam atas panggilan moral untuk tujuan menyelamatkan daerah dan masyarakat dari ancaman bencana khususnya banjir bandang. Kami menanam bukan saja pada kawasan hutan yang telah digundulkan secara liar, tetapi lebih khusus pada sumber-sumber mata air yang kian berkurang karena tindakan liar dimaksud,” jelas salah seorang dari Komunitas MHK yakni Muhaimin kepada Visioner, Sabtu (8/12/2018).

Lagi, Komunitas MHK dalam aksi penanaman pada kawasan hutan gundul di Bima
Usai melakukan penanaman berbagai jenis pohon di sejumlah kawasan hutan yang sudah gundul diwilayah Parado, MHK kembali menggelar aksi yang sama di kawssan hutan Ncai Kapenta Kota Bima dan di Lentolamara dengan luas lahan sekitar 5 Hektar. Jumlah bibit pohon yang telah di tanam di dua wilayah itu, diakuinya sebanyak 1.500 pohon dari berbagai jenis.

Yakni Mahoni, Beringin, dan Trambesi. “Teman-teman yang melakukan penghijauan berasal dari volunteer dan komunitas pecinta lingkungan, dasar pemikirannya yakni karena melihat tingkat kerusakan hutan di Kabupaten dan Kota Bima berada pada kondisi kritis yang berpotensi bagi terjadinya banjir bandang. Kami melakukan ini murni  atas nama kemanusiaan. Karena itulah kami bekerja tanpa ada bantuan dari Pemerintah. Kami juga berharap ada langkah tegas dan kongkrit dari Pemerintah Kabupaten Bima maupun Kota Bima. Bravo,dan Salam Lestari,” ujar Tokoh Muda yang juga tergabung dalam Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Bima yang akrab disapa Rangga Bima ini.

Rangga kemudian menjelaskan, MHK adalah gabungan dari anak-anak muda pada berbagai elemen termasuk kalangan pelajar dan mahasiswa. Di dalam Komunitas ini, sama sekali tidak keterlibatan unsur dari Pemerintah. Aksi penanaman pohon pada kawasan hutan gundul yang sudah,sedang dan akan dilakukan oleh pihaknya, diakuinya semata-mata bersifat relawan.

“Kami hadir dan melakukan penanaman karena cinta terhadap lingkungan. Dan dalam catatan kami, tidak banyak orang melakukan aksi penanaman pohon pada kawasan hutan gundul baik di Kabupaten maupun Kabupaten Bima ini. Padahal, peristiwa gundulnya kawasan hutan hingga lahan tutupan negara di dua daerah ini adalah fakta yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir ini, dan bahkan sekarang masih saja terjadi,” tandas Rangga.

Catatan penting MHK memiliki dokumen dari hasil identifikasinya terkait peristiwa penggundulan hutan terkategori terparah baik di Kota maupun Kabupaten Bima. Yakni di wilayah Kecamatan Woha, Palibelo, Parado, Monta, Latu, Donggo bagian Barat, Lambitu, Ambalawi, Wawo, dan di beberapa wilayah lainnya.
“Di sejumlah kawasan hutan gundul dalam kategori terparah itu, kami sudah melakukan aksi penanaman, dan masih ada diidentifikasi lagi untuk selanjutnya akan melakukan aksi yang sama (menanam). Selain menanam pada wilayah-wilayah yang kondisinya kritis, kami juga melindungi mata air,” terangnya.

Ekspresi Cinta Lingkungan Komunitas MHK saat menanam pada kawasan hutan gundul di Bima
DAM Pela Parado, diakuinya dalam kondisi ancaman. Pasalnya, kawasan hutan lindung di sekitarnya sudah habis dirambah secara liar oleh oknum warga. “Itu fakta tak terpungkiri. Maka langkah yang kami ambil adalah melakukan penanaman berbagai jenis pohon di sana.Kami lakukan itu berbasikan pemikiran jangka panjang, jika tidak diantisipasi dari sekarang maka ancaman bencana banjir bandang akan terus menghantaui kita semua,” ujar Rangga.

“Bima darurat bencana karena dipicu oleh gundulnya kawasan hutan hingga ke lahan tutupan negara”, diakuinya bukan sekedar pengamatan kosong. Sebab, bencana banjir bandang khususnya yang menimpa Kotda Kabupaten Bima, pun diakui dipicu oleh gundulnya hutan atas ulah oknum warga di sejumlah Kecamatan. Kepada Pemerintah, kami hanya berharap agar menginstruksikan kepada seluruh SKPD/OPD agar melakuka penanaman pohon pada masing-masing lokasi yang ditetapkan oleh Walikota Bima maupun Bupati Bima. Dan setelah menanam, maka SKPD/OPD dimaksud harus melaporkan progresnya pada tiap minggunya,” saran Rangga.

Dan dengan cara itu pula, maka Bupati maupun Walikota Bima akan tahu tentang SKPD/OPD mana yang terlibat secara serius terkait aksi menanam ini. “Bima ini darurat bencana, dan itu faktanya. Oleh karenanya, gerakan menanam itu adalah tugas dan tanggungjawab kita mulai dari sekarang-setersunya. Aksi menanam harus melibatkan semua stakeholder seperti Pemerintah, kawan-kawan Komunitas dan rekan-rekan Wartawan. Sebab, Bima ini milik kita bersama. Oleh sebab itu, mari bergerak secara bersama-sama dalam aksi menanam pohon,” harapnya.

Terkait aksi penanaman pohon dimaksud, pihaknya menemukan adanya tantangan dan hambatan yang dihadapi. “Tantangannya adalah kesadaran kita orang Bima ini masih sangat rendah, pun sangat besar. Hambatannya, yakni lebih kepada stok bibit yang sangat terbatas. Bantuan bibit dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) masih terbatas. Untuk menanam saja, kadang kita mengambil bibit di Kabupaten Dompu,” keluhnya.

Terkait aksi menanam tersebut, sepenuhnya pihaknya belum melakukan koordinasi koordinasi deengan Pemerintah. Tetapi setidaknya dengan gerakan yang telah dilakukannya berkali-kali, Pemerintah dituntut untuk bisa memahaminya. “Yang terjadi selama ini hanya bersifat serimonial, sementara keinginan kita semua adalah aksi penghijauan itu harus berkelanjutan. Sementara antusiasme masyarakat soal penanaman phon tersebut harus diakui luar biasa. Indikasinya, berbagai elemen masyarakat dan berbagai latar belakang ikut terlibat bersama kami saat aksi menanam pohon, salah satunya adalah Laskar Masjid,” jelas Rangga.

Komunitas MHK saat aksi menanam pada kawasan hutan Ncai Kepenta Kota Bima
Rangga kemudian memaparkan tentang kesan-kesan yang dirasakan oleh pihaknya selama melakukan aksi penanaman pohon di sejumlah kawasan hutan gundul dan pada sumber mata air. “Dulu Bima ini tidak gersang-geras amat. Dan dulu Bima ini hampir tidak kita temukan kawasan hutan maupun gunung-gunung yang gundul. Namun semenjak munculnya program

“Jangungnisasi’, praktis semuanya berubah. Dulu kita sulit memegang ruang Rp80-Rp100 juta. Tetapi sekarang, untuk mendapatkan uang sebesar itu adalah perkara gampang. Caranya, yakni dengan usaha jagung dan hal itu sangat mudah untuk dilaksanakan. Intinya, kini kawasan hutan sudah beralih fungsi menjadi kawasan jagung. Jadi, stigma soal “jagungnisasi berbuah bencana” itu dapat dibenarkan. Maka langkah aktual untuk tujuan penyelamatan kedepan adalah, antara lain hentikan “jagungnisasi”, penegakan supermasi hukum terkait perambahan hutan secara liar, dan saatnya kita secara bersama-sama melakukan penanaman kembali pada kawasan hutan gundul,” desak Rangga.

Aksi penanaman pohon untuk tujuan menyelamatkan daerah dan masyarakat baik dalam jangka pendek, menengah hingga panjang juga dilakukan oleh pihak DPD 2 KNPI Kota Bima yang didalamnya melibatkan seluruh OKP dibawah kendali Ketua Organisasi dimaksud yakni Hj. Mutmainnah Haris. Aksi penanaman ratusan pohon di Dana Teraha (Gunung Raja) Kota Bima beberapa hari lalu itu, juga melibatkan Ketua Forum Pengurus Pengurus Karang Taruna (FPKT) Kota Bima, Diah Pravitasari (Dita).

Sabtu (8/12/2018), DPD 2 KNPI Kota Bima kembali bterlibat pada aksi penanaman pohon di Kawasan hutan Ncai Kapenta Kota Bima bersama Komunitas MHK. Sejumlah OKP yang tergabung pada DPD 2 KNPI Kota Bima, pun terlibat pada gerakan penyelamatan lingkungan dari ancaman bencana dimaksud. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.