Suara Keras Dari Makassar Untuk Pemkab dan Pemkot Bima

Muhammad Dzul Fadly
Visioner Berita Makassar, Sulsel-Jumlah anak-anak Bima yang kuliah di berbagai Kampus, tercatat bukanlah sedikit. Angka ini, tercatat tiap tahun makin bertambah. Seiring dengan kian bertambahnya jumlah mahasiswa-mahasis asal Kota dan Kabupaten Bima di Makassar, maka angka keluhan mereka pun makin meningkat saja.

Ini bukan soal materi, tetapi tuntutan lain yang diakui mampu membuat mereka nyaman selama melaksanakan study di Kota Daeng itu (Makassar). Salah satunya, yakni soal Asrama Bima yang sudah sangat lama dikeluhkan. Dan soal itu, pun tercatat sudah sangat lama mereka sampaikan kepada Pemerintah baik Kota maupun Kabupaten Bima. Namun fakta yang terjadi, mereka hanya kenyang dengan janji yang sampai saat ini tak kunjung nyata.

Karena sekian lama menanti antara harapan dan ketidakpastian, pun kini akhirnya mereka bersuara keras. Pemkot maupun Pemkab Bima, diharapkan agar segera terbuka mata hatinya untuk anak-anak Bangsa asal Bima yang berdomisili di Makassar-Sulsel. Dan inilah isi hati mereka,-

Dari banyaknya diinamika kedaerahan yang hadir diwilayah Bima saat ini menjadi perenungan tersendiri bagi mahasiswa Bima Makassar. Lebih-lebih adanya konflik individual hingga terjadinya konflik kelembagaan yang terjadi di mahasiswa Bima di Makassar. Hal ini membuat sebagian pimpinan Bima Makassar prihatin. ini dilihat dari konflik yang tidak mampu diselesaikan antara organisasi desa dengan desa, kecematan dengan kecematan hingga organisasi skup perguruan tinggi.

Hadirnya banyak lembaga kemahasiswaan Bima mulai dari lembaga kemahasiswaan desa, kecematan, sampai kampus seakan menunjukan banyaknya perbedaan hingga banyaknya kubu mencerminkan ketidakmampuan menyatu dalam wadah yang lebih besar. Ini merupakan salah satu masalah yang tidak bisa diselesaikan sampai sekarang. Mulai dari matinya PB HMB dari 2007 sehingga mengakar pada junior-junior sekarang. Seakan senior-senior alumni makassar yang ada di bima lepas tangan dan membuat wabah yang tidak mampu diobati. Dan itu dosa sejarah

Hal ini ditambah peran pemda dalam mendukung semua kegiatan, mulai dari pada dukungan moril maupun dukungan materi. Bukan lagi kurang tapi sama sekali tidak ada, seakan Pemda menganak tirikan semua mahasiswa Bima Makassar. Hal lain juga bahwa asrama Bima Makassar sampai sekarang tidak mendapat perhatian dari Pemda, sudah tidak layak untuk dihuni dan ditempati. Apa konsep Pemda dalam mengkader generasi muda.?

Mereka Anak-anak Bima di Makassar, Mendesak Terbukanya Mata Hati Pemkab dan Pemkot Bima
Hal-hal yang terjadi diatas membuat Ketua dan demisior Lembaga Bima Makassar angkat bicara. Mulai dari mantan Ketua KPMR-Makassar pada skala desa, mantan ketua Kecamatan Palibelo atau dikenal Permatapabel-Makassar, ketua KMW Woha, dan Mantan Ketua lembaga Kampus Imam UMI. Maka mereka menyatakan sikapnya masing masing. Adapun sikap mereka adalah sebagai berikut.

Mantan Ketua KPMR-Makassar periode 2017-2018 atas nama Yusuf Malik menyatakan, ini terjadi karena tidak adanya wadah penyatu antara mahasiswa bima makassar untuk saling membagi cerita memperkuat ikatan kekeluargaan serta harmonisasi hubungan yang lebih baik, regulasi yang dibuat Pemda tidak ada untuk membantu membangun kembali suara persatuan dan persaudaraan. Pemda Bima seakan menutup mata dan sibuk dengan jalan-jalan yang tidak mempunyai asas manfaat terhadap pembangunan daerah, mulai dari infastruktur sampai pada suprastruktur.

Peran mahasiswa saat ini sangat berperan penting terhadap kemajuan daerah dimasa yang akan datang maka perlu adanya ruang yg merawat para generasi penerus, karna tidak bisa kita pungkiri bahwa mahasiswa bima makassar yang saat ini tengah merantau akan kembali ke tanah kelahirannya untuk mengabdikan diri ditanah kelahiran.

Maka peran pemerintah sebagai lembaga eksekutif wajib memperhatikan generasi pemuda khususnya mahasiswa dalam melakukan kegiatan pendidikan formal maupun nonformal, dan dinamika yang lahir pada daerah hingga dunia kemahasiswaan menjadi tanggung jawab mahasiswa Bima Makassar dalam mengawal kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah yang menguntungkan atau bahkan merugikan masyarakat. Maka dari banyaknya lembaga Bima Makassar, perlu adanya lembaga besar yang menaungi seluruh lembaga tersebut. Demikian tegas Rahmansyah Fikry selaku Demisioner Ketua Imam-UMI Makassar periode 2017-2018.

“Kegelisahan inipun kami takutkan akan merambat kepada generasi yang akan datang. Banyaknya Mahasiswa Bima di Makassar tak jarangpun banyak dinamika yang selalu menghadang. Hal demikian di karenakan tidak adanya wadah yang menghimpun mahasiswa Bima di Makassar. Hal lain pun banyak kesenjangan yang melanda daerah Bima tercinta, dan kamipun mendesak Pemda Bima agar sesekali memperhatikan keberlangsungan generasi pelanjut estafet kepemimpinan yang ada di Kota Daeng ini (Makassar). Cukup kita yang menghadapi dosa sejarah,” ujar Rangga selaku mantan Ketua Ummum Permatapabel periode 2018-2019.

Adapun sikap dari Ibrahim Rifait yang sekarang menjabat sebagai ketua KMW, “ini adalah berita hangat yang di dengar oleh telinga kita semua sebgai mahasiswa yang berdomisili di Makassar. PB HMB sebagai Payung bagi Lembaga Paguyuban Bima, saat ini tidak memiliki taring untuk bersuara di Pemkab Bima maupun Pemkot Bima,” timpalnya.

Ibrahim menambahkan, "Saya sangat setuju ketika kita semua mahasiswa Bima Makaassar untuk mengaktifkan kembali PB HMB. Melihat segala situasi Bima tidak baik-baik saja. Kenapa kemudian saya sangat sepakat perihal Ini, itu semua karena niat kita secara kolektif untuk menjadikan instrumen apapun yang menjadi segala kerisauan kita selaku mahasiswa. Saya yakin, lewat PB HMB bisa mengluarkan segala aspirasi kita bersama-dengan sikapnya yang tegas. Salam Persaudaraan, dan apa kabar HMB Bima,” tanyanya. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.