Kiprah Dandim 1608 Bima Dalam Melestarikan Sejarah Bima


Dandim 1608 Bima, Letkol Czi Yudil Hendro
Letkol Czi Yudil Hendro adalah seorang yang dipilih dan terpilih untuk menjabat Dandim 1608 Bima. Yudil Hendro bukanlah warga kelahiran Bima. Tetapi, ia adalah warga yang lahir dari salah satu daerah di Sumatera. Kendati demikian, kiprahnya dalam melestarikan sejarah dan budaya Bima, diakui cukup tinggi. Terminologinya, ia banyak memberikan kontribusi pada sejumlah persoalan yang bernuansa seni budaya di Bima. Tak hanya itu, ia pun memiliki perhatian dalam melestarikan nilai sejarah di Bima. Kiprahnya tersebut juga diamini oleh Tokoh Agama dan sejarah Bima yakni, KH. Gani Maskur yang berumur 103 tahun masih jernih ingatan dan pemikirannya, berikut catatanya;

Visioner Berita Kota Bima-Bangunan bersejarah yang dibangun sejak zaman Belanda dan Jepang, bukan saja berada di Kota-Kota besar di Indonesia. Tetapi, hal tersebut juga ada di Bima. Lazimnya, bangunan bersejarah di daerah lain di Indonesia, dirawat dan bahkan dilestarikan-juga masuk kedalam cagar budaya. Tetapi, kondisi yang demikian justru berbeda dengan di Bima. Terdapat banyak sekali bangunan yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang yang terkesan dibiarkan hingga kehilangan estetika alias semakin kusut.

Untuk membuktikan ada atau tidaknya bangunan yang dibangun sejak zaman Belanda dan Jepang di Bima, beberapa waktu lalu visioner melakukan penelusuran. Penelusuran tersebut, yakni Tokoh Agama sekaligus yang paham sejarah-sebut saja KH. Gani Maskur yang di dampingi oleh puterinya, Nur Farahati dan Dandim 1608 Bima, Letkol Czi Yudil Hendro.

Penelusuran pertama, dilakukan di Asrama Kodim 1608 Bima yang berlokasi di sebelah selatan lapangan Pahlawan Raba-Kota Bima. Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1939 yang peruntukan sebagai Pesanggrahan. Pesanggrahan ini pernah dihuni oleh Sultan Baabullah (Pahlawan Nasional dari Ternate) selama 2 tahun, Raja Bone dan Ulama Besar dari Minangkabau yaitu Abdul Karim Angkumodo yang memiliki jasa besar dalam menyebar agama Islam di Bumi Bima yaitu membangun Darul Tarbiyah.

Setelah Belanda menyerah dan diganti pendudukan oleh Jepang, Bangunan Pesanggrahan berubah fungsi sebagai Gedung Komite Nasional Indonesia (KNI): hasil penuturan dari KH. Gani Masykur. Barulah pada saat setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini digunakan oleh TNI.
Pemugaran yang dilaksanakan oleh Dandim 1608/Bima, tidak merubah bentuk aslinya yang semula bangunan ini tahun 1939 berwarna cat hijau, saat ini berwarna hijau muda.

Bangun lama bernilai sejarah dan budaya sebelum direnovasi
Pesanggrahan, itu bukan saja di Asrama Kodim. Tetapi, saat itu juga dibangun di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bima. Yakni di Wawo, Monta dan Parado. Di zaman itu, juga mau dibangun Pasang Geragan di Kecamatan Sape. Tetapi, tidak jadi dibangun karena dianggap tak layak,” terang KH. Gani Maskur.

Penelusuran kedua, dilakukan di rumah jabatan Dandim 1608/Bima yang berlokasi di Jalan Raya Soekarno Hatta Raba-Kota Bima. Rumah dinas Dandim 1608 Bima, Dulunya pada zaman Belanda ditempati oleh seorangAsisten Resident, yang mana Residentnya berkedudukan di Kupang-Nusa Tenggara Timur (NTT). Kedudukan Asisten Resident ini menguasai wilayah kerja se-Pulau Sumbawa. Rumah dinas ini pernah juga dikunjungi oleh Gubernur Jenderal yang berada di Surabaya-Jawa Timur.

Bangunan ini dibangun pada tahun 1930-an, bangunan yang kedua yang dibangun setelah Asi Mbojo yang dibangun pada tahun 1928-1929. Konstruksi bangunan tersebut, terlihat masih sangat kokoh dan apik. Tembok bangunan dibuat, terlebih dahulu dipasang ancaman kawat baja pada bagian tengahnya. Setelah semua anyaman kawat dipasang di sekeliling temboknya, selanjutnya dcoor dengan semen dengan cara lama yakni menyemburnya (dilempar) dengan tangan, bukan dicor dengan menggunakan alat berat seperti zaman sekarang.

Tampak KH. Gani Maskur (paling depan), Nurfarahati (tengah) dan Dandim (paling belakang) di Pasanggarahan yang sudah direnovasi tanpa menhilangkan nilai sejarah dan budaya Bima
“Karena anyaman kawatnya yang sangat apik berada dilapisan tembok, maka bangunan ini sangat susah ditembusi oleh peluru. Sementara material kayu yang digunakan pada bagunan rumah dinas Dandim ini, adalah berasal dari satu pohon jati besar yang diambil di Tololai-Wera saat itu. Pohon jati tersebut bernama Kasi Pahu,” ungkap KH. Gani Maskur. 

“Rumah dinas Dandim ini adalah bangunan yang dibangun sejak zaman belanda. Sampai sekarang bangunan ini terlihat masih sangat kokoh dan apik. Kiprah Letkol Czi Yudil Hendro dalam merawat bangunan ini dengan baik, juga harus diapresiasi. Hal tersebut, mencerminkan upaya yang bersangkutan di dalam melestarikan sejarah dan budaya Bima. Sekali lagi, kita harus apresiatif dan mengucapkan terimakasih serta penghargaan terhadap Dandim kita ini,” ujar KH. Gani Maskur.

Apalagi dibagian kiri bangunan rumah dinas Dandim, dibangun Jompa (lambang kemakmuran orang Bima) yang mana saat ini Jompa banyak dilupakan oleh Orang Bima, mereka lebih senang membangun “berugak” rumah khas orang lombok, dibandingkan membangun “Jompa” ciri khas adat Bima.

Inilah Rumah Jabatan Dandim 1608 Bima yang sudah direnovasi dengan tetap mempertahankan nilai sejarah dan budaya Bima
“Nilai-nilai sejarah ini, sejatinya harus dirawat dan di dilestarikan seperti di daerah-daerah lain di Indonesia. Semua pihak terutama Pemerintah, harus memiliki perhatian khusus terhadap bangunan-bangunan bersejarah yang masih tersisa ini. Dandim 1608 Bima ini saja punya perhatian terhadap nilai-nilai sejarah dan budaya kita di Bima, masa kita sendiri justeru tidak. Padahal, Dandim kita ini adalah bukan warga Bima. Tetapi, dia memiliki perhatian terhadap nilai-nilai sejarah dan budaya Bima. Setidaknya kiprah Dandim Bima ini,  dapat membuka cakrawala berpikir kita semua,” imbuhnya.

Himbauan tersebut diakuinya sangat penting, tujuannya lebih kepada mengabarkan kepada dunia bahwa sesungguhhnya di Bima masih ada bangunan-bangunan besejarah yang dibangun sejak zaman penjajahan dan hingga kini masih berdiri kokoh.
Inilah Jompa Mbojo (Lumbung) yang dibangun oleh Dandim 1608 Bima-memadukan sejarah, budaya dan modern
Sekedar catatan, KH. Gani Maskur ini merupakan salah salah satu Tokoh Agama berpengaruh di Bima. Umurnya, kini sudah lebih dari 90 tahun. Kondisi kesehatannya, masih terlihat cukup sehat. Ingatannya, juga terlihat masih sangat peka. KH. Gani Maskur, dulu pernah menjabat sebagai badan Pemerintahan Harian (BPH) dari sekitar tahun 1960-an-1972. Namun sebelumnya, KH. Gani Maskur pernah menjabat sebagai anggota DPRD utusan Partai Masumi, dari tahun 1955-1968. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.