Keunikan Peternakan di Geopark Tamb

Foto Bersama pihak Geo Park Tambiora denga Peternak
Visioner Berita Bima-Ribuan Sapi memadati padang Savana Doro Ncanga. Ada yang berwarna Putih,  Cokelat, dan Hitam. Tidak hanya Sapi, ada juga Kerbau dan Kuda. Ribuan hewan ternak itu dilepas bebas. Tidak dikandangi apalagi di ikat. Tapi bukan hewan liar. Cara beternak masyarakat Bima Dompu pada khususnya sedikit berbeda dengan daerah lain.

Daerah lain, ternak diikan dan dikandangi. Di Bima dan Dompu hewan ternak dibiarkan berkeliaran begitu saja. Walau demikian, ternak-ternak tetap tidak liar. Sehingga  tetap terlihat santai dan acuk ketika ada yang melewati dalam jarak dekat.

“Ternak kami lepas begitu saja. Tidak ada yang diikat. Biar tidak diikat atau dikandangi, tidak ada yang liar,” kata Dae Sam,  salah satu peternak di kawasan Geopark Tambora, tepatnya di Padang Savana Doro Ncanga, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu.

Setiap ternak diberi tanda dengan cap menggunakan kode nama pemilik. Sehingga tidak akan pernah tertukar. Setiap pemilik memiliki tanda masing-masing yang mudah diingat.

Uniknya, bukan hanya peternak yang menanda hewan ternaknya. Sebaliknya, hewan ternak tidak ingin kalah mengenal tuannya. “Bauh setiap pemilik ditanda oleh mereka (Ternak, Red). Termasuk juga cara kami memanggil ternak masing-masing,” tandasnya.

Setiap hewan ternak, akan merespon secara berbeda-beda setiap ada panggilan. Jika yang memanggil bukan pemilik, tidak membutuhkan waktu terlalu lama hewan ternak menghilang dari pandangan. Berbeda  ketika sang pemilik yang memanggil. Hewan ternak tidak akan lari. Bahkan akan mendekat. “Biasanya kalau saya memanggil ternak saya, mereka (ternak, red) akan langsung datang,” akunya.

Dae Sam mengaku, saling tandanya peternak dan hewan ternak, karena sudah terbiasa dan sering bersama-sama dalam waktu yang lama. Sehingga kebiasaan pemilik dan kebiasaan ternak sudah saling mengenal dengan baik.

Keunikan cara beternak ini tidak hanya di Savana Doro Ncanga saja, melainka juga hampir di seluruh kawasan Geopark Tambora. Termasuk salah satu yang kawasan pelepasan ternak yang sangat luas ada di Padang Savana Piong.

Bahkan di Savana Piong lebih unik, peternak kadang berlaga seperti Koboi. Menggunakan kuda untuk menggembala sapi ternak mereka. “Keunikan cara beternak kita di Bima dan Dompu ini,  saya yakin akan menjadi jualan yang laku bagi dunia periwisata. Bayangkan bagaimana pengunjung menjadi Koboi ikut menggembala ternak menggunakan kuda. Mungkin di daerah lain tidak ada, tapi kita di Geopark tambora ini ada,” tambah Amirulmukminin, Menejer Kebudayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Geopark   Tambora.

Hanya saja, pengembangan ternak menjadi pariwisata saat ini belum dimaksimalkan. Sehingga perlu ada campur tangan dari pemerintah daerah agar pengembangan berjalan maksimal. “Kita sama-sama jalan. Biar pelan, tapi pasti. Sebab, tidak hanya untuk pariwisata saja, namun juga dapat dilihat dari kacamata kebutuhan peneliti bahkan wisata edukasi bagi pelajar juga,” jelasnya pria yang akrab disapa Amir ini.

Dia berharap, hadirnya Geopark Tambora dan lembaga yang foksu pengembangan kawasan Tambora ini dapat menambah nilai jual bagi masyataat yang tinggal sekitar kaki Gunung Tambora. Salah satunya para peternak. Jika selama ini, peternak hanya mendapatkan keuntungan dari penjualan hewan ternak saja. Namun kedepan, peternak juga mendapatkan dari imbalan penggunaan jasa kuda dan lain-lain. (Rizal/Buyung/Wildan)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.