Satu Lagi Penderita Gizi Buruk di Bima, Terindikasi Serang Hati

         
Inilah Adam dalam pangkuan ibu kandungnya
 Visioner Berita Bima-Setelah membongkar kasus gizi buruk yang menimpa Julfa, warga asal dusun Sorimbani Desa Tangga Kecamatan Monta-Kabupaten Bima, kini Tenaga Kerja Sosial Kecamatan (TKSK) monta, Kisman Dua Ribu kembali mengungkap peristiwa yang sama di wilayah Monta pula.

Yakni Adam (5), warga dusun Tanjung Baru Desa Tangga Baru Kecamatan Monta. Jelas Kisman, sudah sekitar lima kali korban ini dirawat oleh pihak medis, namun tak kunjung sembuh. "Bahkan sekarang, penderita yang satu ini sudah mulai menyerang bagian parunya. Kondisi fisiknya yang kian lemah, juga mulai rentan didera oleh penyakit lainnya," ungkaonya, Senin (19/3/2018).

Adam ini ujar Kisman, merupakan anak dari pasangan suami-istri, Edi Jotdan-Ernawati, warga RT 08/05 Desa Tangga Baru. "Kondisi ekonomi keluarganya pasien ini, juga berada dibawah garis kemiskinan. Selama ini, mereka hidup dari bantuan Asing. Maksudnya, dibiayai oleh keluarganya yang bekerja sebagai TKI di luar negeri," beber Kisman.

Perhatian serius Pemerintah tegasnya, sangat dibutuhkan terkait penderitaan Adam ini. Kisman kembali bertanya tentang sejauhmana keseriusan pihak Dikes Kabupaten Bima sehingga kondisi Adam tak kunjung berubah sampai saat ini. "Pada satu sisi kita decak kagum dengan keberhasilan Pemerintah Daerah, namun dilain pihak juga ditemukan potret sosial macam ini. Ingat, sudah dua kasus gizi buruk di Monta ini Bung," timpalnya.

Kisman kembali menegaskan, Ada dan Julfa merupakan potret sosial tak terbantahkan. Tak hanya itu, keduanya juga cerminan dari potret pelayanan kesehatan yang jauh dari kata maksimal.

"Adam didera penyakit gizi buruo sejak tangga 24/5/2013. Artinya, sudah lima tahun Adam menderita dan hingga kini belum kunjung sembuh. Penanganan macam apa ini," tanya Kisman.

Warga Monta diakuinya kebanyakan berprofesi sebagai TKI di luar negeri. Mereka dominan diakuinya hidup dari keringat para TKI di luar negeri. "Yang dikhawatirkan, suatu waktu warga Monta akan berterimakasih kepada Negara Asing, bukan justeru kepada Pemerintah di Indonesia. Pasalnya, sumber kehidupan terbesar mereka adalah dari jasa para TKI," terang Kisman.

#Pakar Angkat Bicara#

Kasus Gizi Buruk dari Sudut Pandang Dr. Hermawan Saputra,-

Dr. Hermawan Saputra
Salah satu yang menyebabkan rendahnya IPM di semua Kabupaten di Pulau Sumbawa karena rendahnya Angka Harapan Hidup. Proxy variabel pembentuknya yang utama status gizi..stunting dan gizi buruk.

Belakangan ini, muncul di media terkait kondisi seorang Bayi dari kecamatan Monta yg telah berulang kali di periksa bahkan di rujuk ke RS. Dalam kasus gizi buruk, pelayanan kesehatan apalagi perawatan di RS adalah aspek hilir, hulu nya adalah kemiskinan, pendidikan, budaya dan prompt attention (perhatian dini).

Untuk itu jalan terbaik mencegahnya adalah dengan optimalisasi surveilance oleh PKM dan tanggap cepat melalui Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT) yang hemat saya ini yg belum ada di Kabupaten Bima, padahal Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan nomor 19 sudah mencanangkannya sejak 2016.

Melalui alert system ini dimungkinkan, potensi gizi buruk tertangani sejak kehamilan beresiko seorg ibu, post natal dan 1000 hari awal kelahiran. Di samping itu, penguatan promosi edukasi dan pendidikan oleh petugas Puskesmas dan kader maupun Bidan Desa harus gencar dilakukan.

Memang komitmen Pemerintahlah hulu dari semua keterbelakangan mental..kebodohan dan kesakitan yg disebabkan oleh kekurangan Gizi. Tata Kelola Kesehatan harus Komprehensif yaitu Promotif dan Preventif (Peran Puskesmas yg Utama) serta Kuratif dan Rehabilitatif (Peran RSUD yg utama) dan yang paling utama political will Pemda untuk penganggaran dan kecerdasan strategi pembangunan kesehatan utamanya implementasi SPGDT sebuah keniscayaan. Sekedar Catatan penting, Dr.Hermawan Saputra, SKM, MARS juga merupakan Pakar Perumahsakitan Nasional. Dia juga Kandidat Profesor termuda asal Kecamatan Sape-Kabupaten Bima. Pun Hermawan adalah S3 jebolan Universitas Indonesia (UI). (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.