Butuh Garam Beryodium, Kota Bima Akan Bantu PD Wawo Rp300 Juta Per Tahun

Walikota Bima Terpilih, H. Muhammad Lutfi Iskandar, SE
Visioner Berita Kota Bima-Indonesia telah menetapkan bahwa garam beryodium merupakan kebutuhan Nasional. Kegunaan garam beryodium, antara lain untuk mengantisipasi terjadinya penyakit gondok, mengatisipasi agar tubuh anak-anak dari kependekan dan lainnya. Oleh karenanya, di berbagai daerah di Nusantara diharuskan untuk mengkonsumsi garam beryodium.

Di Kabupaten Bima misalnya, kebutuhan garam beryodium teah ditetapkan oleh Pemerintah melalui SK Bupati Bima. Pemberlakuan hal tersebut sudah berlangsung lama dan masih berlangsung sampai saat ini. PD Wawo yang merupakan perusahaan daerah, tiap bulannya mendrooping garam beryodium untuk kebutuhan kepada seluluruh instansi.

Hanya saja, kondisi PD Wawo saat ini dirasakan belum mampu mengembangkan produksi garam beryodium untuk masyarakat yang disebabkan oleh sejumlah kekurangan kendati Pemkab Bima melakukan penyertaan modal. Kekurangan tersebut bukan terletak pada ketersediaan garam baku. Tetapi, juga pada alat modern untuk mengelola garam baku menjadi garam beryodium.

Tampaknya garam beryodium juga sangat dibutuhkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. Hal tersebut, dikemukakan langsung oleh walikota Bima terpilih yakni H. Muhammad Lutfi, SE. “Kita sangat membutuhkan garam beryodium ini. Sebab, garam beryodium telah ditetapkan sebagai kebutuhan Nasional. Soal garam beryodium ini, Pemkot Bima akan membangun kerjasama dengan PD Wawo. Dan itu tidak masalah, sebab masyarakat Kota Bima sangat membutuhkan garam beryoidum,” tegas Lutfi kepada Visioner, Jum’at (3/8/2018).

Membangun kerjasama soal garam beryodium ini, diakuinya bukan sajan ikut berpartisipasi menghidupkan perusahaan daerah. Tetapi, lebih kepada garam beryodium yang juga menjadi kebutuhan masyarakat Kota Bima. “Sinerghitas itu sangat diperlukan dengan tanpa mendikotomi wilayah. Untuk kebutuhan garam beryodium ini, Pemkot Bima akan menyuntik anggaran Rp300 juta per tahun kepada PD Wawo. Dan, seperti hal itu sudah dianggarkan,” jelas Lutfi.

Hanya saja yang sangat dibutuhkan dalam kaitan itu tegas Lutfi, pengelolaan garam beryodium harus profesioonal seiring dengan perkembangan teknoologinya. Ketersediaan alat produksi bagi garamj beryodium ini, juga harus canggih seperti yang terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia.

“Sebab dengan teknologi yang memadai, maka sudah pasti akan melahirkan garam beryodium sesuai harapan kita semua. Dan dengan menghadirkan peralatan yang canggih untuk pengelolaan garam tersebut, tentu saja kualitas garam beryoidum yang dihasilan di Bima tidak juga kalah dengan daerah-daerah lain,” imbuhnya.

Kerjasama dengan Pemkab Bima terkait garam beryodium ini paparnya, juga akan dibaha dengan Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri. Pembahasan tersebut, lebih kepada persoalan sarana dan faslitas yang mendukung produksi garam beryodium sehingga melahirkan hasil yang berkualitas seperti garam beryodium di daerah-daerah lainnya.

“Bima merupakan salah satu daerah yang memproduksi garam. Selanjutnya, kita yang harus merubah bahan bakunya menjadi garam beryodium. Ketimbang kita membuang uang ke daerah lain untuk menghadirkan garam beryodium, akan lebih bagus kita gunakan uang tersebut untuk mengelola garam sendiri di Bima. Oleh karenanya, selain menghasilkan PAD-maka angka pengangguran di daerah juga Insya Allah akan terkikis dengan sendirinya. Artinya, kita bukan saja bicacara soal garam beryodium, tetapi juga bicara lapangan kerja bagi mereka yang nganggur,” terangnya.

Direktur Umum PD Wawo, Sudirman SH (Topan)
Kemampuan teknologi untuk merubah bahan baku garam menjadi garam beryodium tersebut ujarnya, harus berjalan berbarengan dengan kemampuan yang dimiliki SDM yang bekerja di dalamnya. “Mereka harus dilatih dan diberikan penyuluhan untuk mengelola garam baku menjadi garam beryodium.

“SDM yang bekerja di dalamnya harus dilatih, bila perlu study tentang pengelolaan garam beryodium di sejumlah daerah di Indonesia. Sebab, masalah teknologi harus berjalan seiring dengan kemampuan ilmu yang dimiliki oleh SDM yang ada di dalamnya. Sekali lagi, Pemkot Bima akan membangun kerjasama dengan PD Wawo ini. Pun akan membahas langkah-langkah strtaegis pengelolaan dan pengembangan garam beryodium dengan Bupati Bima,” pungkasnya.

Secara terpisah, Direktur Umum (Dirum) PD Wawo Sudirman SH yang akrab disapa Topan membenarkan adanya upaya Pemkot Bima untuk menyuntik anggaran Rp300 juta per tahun kepada pihaknya yang dimanfaatkan untuk kepentingan garam beryodium di Kota Bima. “Alhamdulillah, Pak Lutfi sudah membicarakan hal itu dengan kami. Insya Allah, kerjasama tersebut akan dalam waktu segera. Sekali lagi, kami sampaikan apfresiasi dan terimakasih serta rasa bangga terhadap Pemkot Bima ini,” jelas Topan, Jum’at (3/8/2018).

Topan mengaku, terkait kerjasama dengan Pemkot Bima tersebut juga akan disampaikan dalam waktu segera kepada Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri. Rencana selanjutnyaa, pihaknya juga akan terus mengembangkan garam beryodium ini, selain untuk kebutuhan Kota dan Kabupaten Bima-juga akan membangun kerjasama dengan sejumlah daerah.

“Seperti KSB, Sumbawa, Dompu dan Manggarai Barat (Mabar)-NTT. Kepada media massa khususnya Visioner, tolong bantu kami untuk mengembangkan usaha ini. Intinya, PD Wawo tidak boleh macet, sebab potensi garam baku kita sangat berlimpah. Maka yang sangat dibutuhkan adalah sokongan dana, baik untuk gaji karawan, pembelian bahan baku, pengelolaan garam beryodium hingga menghadirkan alat produksi yang canggih,” pungkasnya. (Rizal/Buyung/Wildan/Nana/AL/Gilang)  

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.