Lawata ‘Jauh Dari Estetika’, Bangunan Kumuh Tak Terurus Terlihat Masih Berdiri Kokoh
POTRET, sebuah bangunan lama di bukti Lawata yang tak terurus. Lokasi di bukit bagian utaranya |
Visioner Berita Kota Bima-Upaya Pemkot Bima dalam membenahi salah satu
destinasi wisata yakni Lawata, patut diakui adanya. Sejumlah infrastrtuktur
terlihat telah dibangun di sana. Antara lain barugak, pengaspalan sebahagian
dari jalan lingkar di dalamnya hingga upaya pembersihan pantainya.
Upaya-upaya yang sudah dilakukan
oleh Pemerintah dengan menggunakan APBD 2 Kota Bima di Lawata, dinilai
sedikit-demi sedikit berhasil merubah keadaannya dari kumuh menjadi sedikit
lebih baik dari sebelumnya. Atas dasar hal tersebut, dinilai sebagai salah satu
pemacu bagi kian ramainya kunjungan wisatawan lokal ke Lawata.
Namun dibalik itu, terdapat
sejumlah pemandangan kurang menarik di Lawata. Antara lain adanya sejumlah
bangunan tua yang sudah rapuh namun tak terurus. Atapnya sudah hancur,
temboknya penuh dengan “goresan nakal” dan bangunan tersebut acapkali
disebut-sebut “salah dimanfaatkan oleh oknum tertentu”.
Tak hanya itu, di bukit-bukit
dalam kawasan Lawata juga masih terlihat pepohonan yang dinilai taki terurus,
lampu penarangan dan lainnya. Masalah tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
disebut-sebut bahawa Lawata masih jauh dari estetika.
“Kekumuhan itu sudah lama
terjadi, hingga kini tak pernah diurus juga. Lawata hanya indah di tepi
pantainya saja, sementara di bukit-bukit yang ada masih sangat kumuh dan sampai
kini tak pernah diurus,” ungkap sejumah petugas di Lawata saat visioner
melakukan investigasi beberapa hari lalu.
Upaya pembersihan Lawata oleh
Pemerintah, diakuinya dilakukan pada setiap minggunya. Hal tersebut dapat
dilihat dari keindahan tampilan dari jalan lingkarnya, dan pantainya yang kian
hari semakin bersih. Namun, upaya pembersihat dan penataan terhadap bangunan
lama dimaksud hingga kini belum pernah disentuh. “Yang terlihat sekarang,
Lawata hanya indah pada bagian pinggir saja. Namun jika anda berada di bukitnya,
tentu saja kekumuhannya tak terhindari.
Salah satu bangunan pada bukit bagian selatan di dalam lokasi Lawata |
“Potret tersebut mencerminkan
uang negara dibuang percuma, kita hanya bisa membangun tetapi tidak bisa
merawat dan menjaganya. Harapannya, segera lakukan penataan di bukit-bukit
Lawata agar keindahannya terlihat sama dengan yang di pinggir-pinggirnya,”
harapnya.
Pihaknya pernah membaca
pemberitaan pada Media Online (visioner) yang menyorot sebuah bangunan di
sebelah barat Lawata yang dipenuhi coretan dan sudah lama tidak pernah
digunakan. Bangunan tersebut, dulu sering digunakan untuk pentas kegiatan-kegiatan
oleh Dinas terkait.
“Beberapa bulan setelah
diberitakan, akhirnya kini bangunan tersebut sudah diperbaiki. Konstruksi
bangunan pada bagian depannya kini terlihat tinggi, dan bangunan tersebut sudah
mulai diperindah. Rencananya, bangunan tersebut dipergunakan untuk pentas
kegiatan-kegiatan penting. Alhamdulillah dengan berita itu, akhirnya Pemerintah
membenahi bangunan tersebut dan sekarang bisa anda saksikan sendiri,”
tandasnya.
Para petugas ini kemudian
mengungkap adanya hal menarik di Lawata, yakni Banana Boath yang sudah lama
tidak dioperasikan. Hal tersebut dipicu oleh adanya sesuatu yang bocor pada
salah satu baguian body dari Banana Boath itu sendiri. Padahal katanya,
kebocoran tersebut bisa diatasi dengan lem dengan harga yang tidak mahal.
Namun sampai detik ini, hal
tersebut tak kunjung diperbaiki. Akibatnya, para pengunjung tak lagi bisa
mengelilingi teluk Bima dengan Banana Boath. “Padahal, dulu waktu Banana Boath
beroperasi-uang yang masuk ke kas daerah lumayan banyak khusus pada hari Sabtu
dan Minggu. Karena pada hari-hari tersebut, jumlah pengunjung di Lawata
sangatlah banyak,” bebernya.
Bangunan lainnya di bukti Lawata yang dinilai jauh dari estetika |
Catatan visioner sebelumnya,
pembangunan Lawata terkoneksi dengan penataan lokasi wisata Amahami dan
kemudian memadukannya dengan Pulau Kambing dalam kemasan tujuan besarnya yakni
pengembangan kawasan teluk Bima dan pembanguna pintu masuk Kota Bima
(perbatasan di Niu). Namun penataan yang lebih digenjot oleh Pemerintah, hanya
terletak pada kawasan Wisata Amahami, antara lain pembangunan Masjid Terapung,
pembangunan Pasar Tradisional Modern, pembangunan taman dan ada pembangunan
semacam reklamasi pantai dikawasan itu pula.
Sementara Lawata dan kawasan
perbatasan, masih saja terkesan kumuh. Di perbatasan Kota Bima misalnya,
terdapat beberapa lot bangunan yang sudah dibangun dengan uang negara namun
sampai detik ini tidak pernah diurus alias kian saja kumuh. Catata lainnya, pembangunan
di perbatasan tepatnya di sebelah selata Gapuranya tercatat sekitar dua kali
dibongkar.
Pembongkaran pertama dilakukan ketika bangunan lama
tersebut baru sekitar dua tahun lebih dibangun dengan anggaran ratusan juta
rupiah. Selanjutnya, kini diganti dengan bangunan baru yang juga terungkap
memakan anggaran miliaran rupiah. Kendati demikian, hasilnya dinilai belum juga
maksidmal. Indikasi itu ditemukan melalui kondisi perbatasan masih saja
terlihat gersangm, dan bangunan disekitarnya yang sudah sangat rapuh alias tak
terurus. Hingga berita inin ditulis, Kadis Pariwisata Kota Bima Drs. H. Sukri
M.Si belum berhasil dikonfirmasi guna memperoleh penjelasan kongkriet terkait
masalah-masalah dimaksud. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda