Panti Asuhan At Thoybah Aisyiyah Tak Terjamah Oleh Bantuan Pemerintah?
Dody: Mereka Hanya Datang Foto-Foto Saja di Sana dan Kemudian Pulang
Pantisan Asuhan tersebut
ungkapnya, berdiri sudah sangat lama berdiri di Pane. Dan kata Dody, Panti
Asuhan tersebut sudah berdiri sejak dirinya masih duduk dibangku Sekolah Dasar
(SD). Dodi menjelaskan, semula Panti Asuhan tersebut diperuntuk bagi anak-anak
yatim-piatu dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tampak Bangunan Panti Asuhan itu di Belakang Polwan Polres Bima Kota |
Visioner Berita Kota Bima- Panti Asuhan At Thoybah Aisyiyah milik
Ormas Islam yakni Muhammadiyah yang terletak di RT 05/RW 02 Kelurahan Pane
Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima-NTB, tercatat menampung belasan orang warga
yang terdiri dari Lanjut Usia (Lansia) dan juga terlihat adanya anak-anak.
Mirisnya, terpampang sebuah kondisi memprihatinkan pada Panti Asuhan ini.
Yakni, kondisi fisik bangunan yang terbuat dari kayu dan di dalamnya terdapat
beberapa kamar tidur penghuninya, selain rapuh juga kumuh.
Pemberitaan Visioner sebelumnya,
menyebutkan bahwa Panti Asuhan ini “bak kandang kambing”. Kondisi
memprihatinkan bukan saja terlihat dari fisik bangunannya, tetapi juga adanya
pengakuan bahwa belasan orang penghuninya tak pernah dijamah dengan bantuan
oleh Pemerintah Kota Bima. Namun belum lama ini, belasan Polisi Wanita (Polwan)
asal Polres Bima Kota hadir membagikan sebahagian rezekinya kepada belasan orang
penghuni Panti Asuhan ini, tepatnya pada kegiatan HUT Polwan ke 70 tahun 2018.
Dody yang menjabat sebagai Ketua
RT 05/RW 02 Kelurahan setempat, secara gamblang megungkap bahwa Pemerintah
tidak pernah hair memberikan bantuan kepada warga yang tinggal di Panti Asuhan
ini. “Panti Asuhan ini merupakan milik sebuah Yayasan yang bernaung dibawah
panji sebuah Ormas Islam di Bima yakni Muhammadiyah. Sebelumnya, para
penghuninya juga pernah memperoleh bantuan dari Ormas Islam Muhammadiyah, dan
itu tidak bisa kita nafikan,” tandas Dody kepada Visioner, Senin (12/9/2018).
Yang diketahuinya, selama Panti
Asuhan ini berdiri di Kelurahan Pane tak pernah mendapatkan bantuan dari
Pemerintah. Pengakuan salah seorang penghuni Panti Asuhan tersebut bahwa Pemerintah
setempat tidak pernah hadir memberikan bantuan disaat terjadinya banjir bandang
bandang tahun 2016, pun dapat dibenarkan oleh Ketua RT yang dari dulun hingga
sekarang tetap berjuang ranah realitas sosial ini (Dody).
“Suatu waktu saya pernah
menemukan ada beberapa personil berseragam keki dari Pemkot Bima hadir di Panti
Asuhan ini. Yang saya tahu, saat itu mereka hanya data melakukan pendataan
sekaligus berfoto-foto saja di sana,” tandas Dody.
Sebagai Ketua RT setempat, Dody mengaku
sering memberikan bantuan alakadarnya kepada belasan penghuni Pani Asuhan ini. Hanya
saja, hal tersebut tidak dilakukan secara terus menerus. Oleh karenanya,
kekurangan terkait kebutuhan makanan dan lainnya bagi mereka di Panti Asuhan
ini terjadi sejak lama dan bahkan masih berlangsung sampai sekarang.
“Untuk menutupi kebutuhannya sehari-hari,
mereka berjualan jagung bakar dan lainnya di depan Panti Asuhan ini.
Penjualannya, kadang laku dan kadang juga tidak. Tetapi sampai sekarang, mereka
juga masih berjualan demi memenuhi kebutuhannya setiap hari,” terang Dody.
Kondisi bangunan Panti Asuhan
ini, diakuinya bukan saja telah rapuh. Tetapi, justeru telah hancur. Kendati
demikian, para penghuninya masih saja berdomisili di atas sebuah kondisi paling
memprihatinkan ini. “Kamar-kamar tidur mereka tak tak luput dari genangan air
saat terjadinya banjir bandang tahun 2016. Kondisi tersebut berlangsung lumayan
lama. Sebab, posisi Yayasan tersebut berada di atas tanah yang kondisinya
melengkung kebawah sehingga genangan air di sana bisa berlangsung beberapa hari
lamanya,” jelas Dody.
Lepas dari Panti Asuhan tersebut merupakan
milik sebuah Yayasan Ormas Islam Muhammadiyahb atau bukan milik Pemerintah
tegasnya, belasan orang penghuni di dalamnya sudah pasti membutuhkan sentuhan
kemanusiaan dari siapapun juga.
“Melalui saya selaku Ketua RT di
sini, Wakil Ketua DPRD Kota Bima utusan Partai Gerindra yakni Sudirman Junaidin,
SH juga memberikan bantuan terhadap belasan penghuni Panti Asuhan ini. Bantuan tersebut,
yakni berupa uang senilai jutaa rupiah, dan anggaran tersebut digunakan oleh
mereka untuk berjualan. Namun, yang namanya pedagang bakulan ya jarang
mendapatkan keuntungan, melainkan modalnyapun habis. Sementara anggota Dewan
lainnya asal Daerah Pemilihan (Dapil) Rasanae Barat, sejak dulu hingga sekarang
tidak pernah hadir memberikan bantuan kepada belasan warga di Panti Asuhan ini,”
papar Dody.
Sekitar lima bulan lalu, ibu-ibu
dari Yayasan yang menaungi Panti Asuhan ini juga datang menyerahkan bantuan belasan
warga di maksud. Pada saat itu, Dody mengaku melihat adanya selembar spanduk
bertuliskan menyerahkan bantuan. “Usai menyerahkan bantuan dan berfoto-foto di
sana, ibu-ibu tersebut langsung pulang. Sementara dari Dinas Sosial (Disos)
Kota Bima, selama ini tidak hadir menyerahkan bantuan dalam bentuk apapun
kepada belasan orang penghuni Panti Asuhan ini. Kecuali, kesan yang terjadi terkait
kondisi ini adalah Disos Kota Bima hanya melakukan penciteraan saja,” duganya.
Ketua RT 05/RW 02 Kelurahan Pane, Dody |
“Dulu ada Paguyuban warga NTT di
sana, dan mereka menampung sendiri anak yatim-piatu yang berasal dari NTT pula.
Kalau tidak salah, kegiatan tersebut
berlangsung puluhan tahun oleh Paguyuban warga NTT. Setelah kegiatan tersebut
tak lagi berjalan, akhirnya Panti Asuhan tersebut dijadikan sebagai tempat
tinggal bagi belasan warga Pane. Penghuni yang tinggal di sana adalah semuanya
warga Kelurahan Pane, ada yang bisu, pincang dan ada pula yang buta,” terangnya
lagi.
Dodi kembali membeberkan, belasan
warga itu sengaja ditempatkan oleh pihaknya pada Panti Asuhan tersebut karena "hal tertentu". Namun kata Dodi, rata-rata mereka yang tinggal di Panti Asuhan tersebut masing-masing
memiliki rumah sendiri. “Namun karena pada masing-masing rumahnya dihuni oleh
jumlah keluarga yang banyak, sehingga orang-orang tuanya mengalah dan memilih
tinggal di Panti Asuhan itu.
Jika ada yang menyerahkan bantuan
kepada belasan penghuni Panti Asuhan ini, tentu saja akan digunakannya sebagai
modal untuk usaha bakulan, salah satunya penjualan jagung bakar di depan Panti
Asuhan itu sendiri. Namun dengan kondisi fisik yang dinilainya serba
kekurangan, Dody mengakui jarang sekali mereka mendapatkan keuntungan dari hasil
usaha bakulannya. “Karenanya, berkali-kali mereka mengeluhkan kekurangan beras
kepada saya. Selanjutnya, sayapun menyerahkan bantuan berupa beras kepada
mereka,” tutur Dody.
Dody kembali mengugkap adanya hal
menarik lainnya, sejumlah anggota DPRD Kota Bima asal Dapil Rasanae Barat
seringkali melakukan kegiatan Reses di depan Panti Asuhan ini. “Beberapa kali kegiatan
Reses anggota Dewan asal Dapil Rasanae Barat, juga pernah dipusatkan di depan
Panti Asuhan ini. “Setelah itu, saya tidak menemukan adanya konten kegiatan
yang menyentuh belasan penghuni Panti Asuhan ini,” sebut Dody.
Menjawab pertanyaan tentang
adanya para pegiat kemanusiaan seperti, Aktivis, LSM maupun NGO lainnya yang
datang menyerahkan bantuan kepada para penghuni Panti Asuhan ini-Dody
menyatakan tidak pernah. “Selama saya menjadi Ketua RT di sini, belum pernah menerima laporan bantuan yang diberikan oleh sejumlah pihak terhadap warga yang tinggal di Panti Asuhan ini. Kecuali, belasan
warga yang hidup pada Panti Asuhan ini merasakan adanya intensitas bantuan
setelah saya menjadi Ketua RT di sini,” akunya.
Atas kondisi miris sekaligus
memprihatinkan dan menggugah nurani kemanusiaan tersebut, Dody mendesak adanya para
pihak termasuk Pemerintah dengan harapan dapat merubahnya menjadi sesuatu yang
sangat layak baik dari sisi kemanusiaan maupun pada aspek lingkungan yang
sehat.
“Terimakasih kepada Visioner yang telah
menyuarakan masalah ini, dan selanjutnya mendesak para pihak terutama
Pemerintah untuk menjawabnya sesuai harapan kita semua. Pasalnya, yang tinggal
di Panti Asuhan ini adalah manusia yang wajib hukumnya diperlakukan sama layaknya
orang lain-termasuk warga yang ada di sekitarnya. Sekali lagi, semoga hati
nurani akan terketuk atas kondisi nyata ini,” pungkas Dody.
Sementara itu, Pemerintah Kota
Bima melalui Kadisos setempat, Drs. H. Muhidin M.Si yang berkali-kali hendak
dimintai tanggapannya melalui saluran selulernya justeru diduga bersikap
abai. Pasalnya, beberapa kali dihubungi
yang bersangkutan justeru enggan mengangkat Handphonenya (HP). Oleh karenanya,
Visioner pun mencoba meminta tanggapan melalui saluran Short Massanger Service
(SMS). Sayangnya, sama sekali SMS tersebut tidak pernah dibalas oleh Muhidin. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda