Fakta Kisruh PKL di Amahami Dibelokan, Oknum Wartawan Juga Caleg Diduga Kuat Sumbang Kebohongan

Tampak jelas salah satu Rombong Bantuan CSR dari Bank NTB Syari'ah Yang Dirusaki di Amahami
Visioner berita Kota Bima-Rabu (25/12/2018), sebuah peristiwa “aneh yang juga miris” terjadi di Taman Amahami sebagai salah satu destinasi wisata lokal Kota Bima. Sejumlah PKL, menghancurkan rombongan yang bersumber dari bantuan CSR Bang NTB Syari’ah tahun 2018 yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dibawah kendali Walikota-Wakil Walikota, H. Muhammad Lutfi, SE-Feri Sofiyan, SH (Lutfi-Feri).

Total jumlah rombongan yang dibagikan dan didahului oleh intensitas koordinasi Pemkot Bima dengan pihak Bank NTB Syari’ah tersebut, yakni sebanyak 20 unit dan sudah diterima oleh PKL itu sendiri. Sementara bentuk kekisruhan yang terjadi pada Rabu itu, yakni sejumlah PKL menghancurkan rombong bantuan. Dalihnya, mereka enggan dipindahkan ke jalan lingkar pasar Amahami. Kecuali, dinilai masih betah beroperasi di taman Amahami yang justeru kian merusak nilai estetika taman itu sendiri.

Padahal, jauh sebelumnya para PKL setuju pindah ke jalan lingkar pasar dengan catatan Pemkot Bima siap mefasilitas sekaligus memasang listriknya. Dan komitmen tersebut, juga telah dipublikasikan melalui Media Online Visioner pada saat itu. Sementara tuntutan mereka soal listrik, pun sudah dipenuhi oleh Pemkot Bima melalui Dinas PUPR setempat.

Postingan Oknum Wartawan Plus Caleg
itu Pada Akun Medsosnya
Namun seiring dengan perjalanan, komitmen tersebut pun berubah menjadi sebuah peristiwa yang sampai kini masih menjadi topik paling viral di Media Sosial (Medsos) maupun di dunia nyata. Dokumentasi foto pengrusakan rombong bantuan CSR Bank NTB Syari’ah tersebut diposting oleh para nitizen di Medsos.

“Seorang oknum Wartawan media lokal Bima sekaligus caleg pada salah satu Parpol”, pun diduga ikut menyumbang kebohongan besar soal peristiwa itu. Pasalnya, fakta tentang kebenaran terkait kekisruhan tersebut disinyalir kuat sengaja dibelokan. Oknum dimaksud, juga ikut memostingan gambar dimaksud yang dibubuhi dengan kalimat yang justeru jari dari fakta sesungguhnya.

Pada postingannya, salah satunya ia menuding Pemkot Bima tidak pro rakyat dimana kekisruhan di Amahami itu sebagai landasannya. Masih soal postingan yang jauh dari fakta itu, Pemkot Bima melalui Sat Pol PP yang diback up oleh aparat Polri dan TNI diduganya merusak rombong bantuan untuk PKL dimaksud.

Padahal, kasus pengrusakan rombongan itu dilakukan sendiri oleh sejumlah PKL di sana. Akibatnya, para nitizen dan pihak Sat Pol PP yang justeru sangat tahu fakta sesungguhnya dari peristiwa tersebut justeru menyerang oknum Wartawan yang juga Caleg pada salah satu Parpol itu melalui Medsos.

“Jangan menebar fitnah jika tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Rombong itu bukan dirusaki oleh Sat Pol PP. Tetapi, dilakukan sendiri oleh sejumlah PKl di sana. Mereka enggan pindah ke lokasi baru di jalan lingkar pasar Amahami. Sekali lagi, postingan oknum itu di Medsos adalah kebohongan besar yang dinilai sesat serta menyesatkan banyak orang,” tegas salah seorang anggota Sat Pol PP Kota Bima bernama Faruk Rangga melalui akun Medsosnya.

Bantahan keras Faruk Rangga ini, juga diapresiasi dan praktis saja mendapat dukungan kebenarannya oleh Nitizen lainnya di Medsos. Kata-kata kasar sebagai bentuk kekecewaannya terhadap oknum tersebut, pun muncul melalui akun Medsos mereka masing-masing. Pantauan langsung Visioner menjelaskan, hingga larut malam ini para nitizen terlihat masih tak henti-hentinya menyerang oknum dimaksud melalui Medsos.  

Celoteh Ncuhi Parewa Melalui Akun Medsosnya
Sayangnya, yang diserang (oknum itu), terpantau tak berani merespon para nitizen yang menyerang. Kecuali, dari pantauan Visioner mengungkap bahwa yang bersangkutan hanya berani memposting status pada akun Medsosnya sendiri. Tak pelaku, ia pun diserang oleh Medsos pada postinganpada akunnya sendiri.



Postingan yang dinilai syarat dengan provokasi terkait kekisruhan di Amahami tersebut, juga muncul dari akun Medsos abal-abal bernama Ncuhi Parewa. ““Perubahan mulai muncul..pedagang kali lima di Amahami mulai dihancurkan. Tanpa solusi mereka ditata atau ditempatkan bagaimana. Dan solusi tanpa menghilangkan lapangan pekerjaan mereka...#TAROAAA...Ta’i,” begitu celoteh pemilik akun dimaksud (Ncuhi Parewa).

Kekisruhan yang terjadi pada di Amahami tersebut, bukan sekedar peristiwa merusak rombong bantuan dari bank NTB melalui dana CSR oleh sejumlah PKl. Tetapi, juga disertai dengan aksi pemblokiran jalan dengan durasi waktu tak terlalu lama karena kesigapan aparat keamanan untuk membubarkannya.

Bukan hanya itu, “mereka yang kecewa atas pemindahan lokasi PKl” di jalan lingkar pasar Amahami pun diduga mengeluarkan kata-kata tak lazim kepada Walikota Bima, Muhammad Lutfi, SE. Kata-kata yang dinilai tak lazim itu, juga sempat didengar oleh sejumlah warga di tempat kejadia perkara (TKP).

Seorang sumber yang identitasnya dirahasiakan mengungkap, diduga ada oknum tertentu yang hadir di Amahami tepatnya beberapa saat sebelum terjadinya kekisruhan hingga aksi pemblokiran jalan dimaksud. “Diduga mereka hadir memberikan sesuatu yang berbeda,” duga sumber yang mewanti-wanti agar identitasnya tidak dimediakan ini kepada Visioner, Rabu malam (26/12/2018). “Usut tuntas peristiwanya, dan ungkap pula pemicu utamanya,” desak sumber tersebut.

Klarifikasi Arif Mbojo Melalui
Akun Medsosnya
Seiring dengan kian menajamnya penyerangan para nitizen di Medsos, spontan saja muncul klarifikasi dari Arif Mbojo melalui Akun Medsosnya. “Terkait insiden yang terjadi di PKL di taman Rona Alam yaitu di Amahami, dengan ini saya sebagai perwakilan dari teman-teman PKL menyatakan bahwa kejadian itu bentuk kekesalan dari para pelaku usaha dengan terbitnya Perda yang konon mengatur tentang pedagang khusus di Amahami yang sebelumnya tidak diberitahu secara detail oleh Dinas-Dinas terkait sehingga memicu insiden tersebut. Demikian adanya, terimakasih,” jelas Arif Mbojo.

Catatan penting lainnya jauh sebelum terjadi kekisruhan tersebut menjelaskan, Pemkot Bima merelokasi PKl di Amahami dengan alasan agar Taman Amahami tetap memberikan nilai estetika sebagaimana mestinya. Dan upaya relokasi tersebut, pertama kali muncul karena para PKl saat itu beroperasi di atas Taman yang dibangun dengan anggaran Rp8 M. Catatan lainnya, saat itu ada PKL yang setuju pindah ke jalan lingkar pasar dengan syarat Pemkot Bima mefasilitasnya sekaligus memasang listrik yang dibutuhkan oleh PKL karena bersifat kebutuhan.

Selain itu, upaya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Diskoerindag maupun Sat Pol PP setempat termasuk Dinas PUPR tentang upaya relokasi tersebut, dilakukan lebih dari satu kali kepada para PKL. Hasilnya, Pemerintahpun memenuhi tuntutan PKL yakni dalam bentuk memasangkan listriknya dan sudah bisa dioperasikan.

Memindahkan PKL ke lokasi yang sudah disediakan oleh Pemerintah tersebut karena pertimbangan pentingnya nilai estetika, bukan saja muncul dari Pemkot Bima. Tetapi hal yang sama, juga muncul dari dominan pengunjung yang berkunjung ke kawasan Amahami dan sekitarnya. Hingga berita ini ditulis, para dominan nitizen melalui Medsos menyatakan setuju jika PKL dipindahkan ke lokasi baru. Dasar pertimbangnya, lebih kepada menjaga sekaligus mempertahakan nilai estetika bagi taman itu sendiri.

Jawaban Tegas Faruk Rangga Lewat Akun Medsosnya
Pasalnya, mereka (nitizen) menilai, bahwa keberadaan PKl di taman itu justeru mengaburkan nilai estetika. Akibatnya, justeru mengaburkan nilai estetika dan filosofis taman itu sendiri. Dan, para Nitizen pun meberikan dukungan penuh terhadap upaya yang dilakukan oleh Walikota-Wakil Walikota terkait relokasi para PKL dari taman Amahami ke jalan lingkar pasar Amahami. Bukan itu saja, ada juga Nitizen yang berharap kepada Walikota-Wakil Walikota Bima agar secepatnya menyelesaikan kekisruhan tersebut, dan menyuguhkan solusi terbaik bagi para PKL di sana.

Secara terpisah, Pimpinan Cabang Bank NTB Syari’ah Bima melalui Wakilnya yakni Erni Rosdiana, kepada Visioner meluruskan tentang asumsi yang muncul terkait bantuan yang telah diserhkan kepada para PKl di Amahami. “Itu bukan bantuan dari Pemkot Bima, tetapi bersumber dari Bank NTB Syari’ah melalui dana CSR tahun 2018. Tolong ini diluruskan ya, Pemkot Bima dalam hal ini hanya bersifat mefasilitas pemberian bantuan. Namun sebelumnya, kami dari pihak Bank melalukan komunikasi dan koordinasi dengan Walikota-Wakil Walikota Bima,” tegas Erni di kantornya, Rabu (26/12/2018).

Erni kemudian menyatakan kekagetannya ketika mendengar adanya peristiwa pengerusakan terhadap rombong bantuan dari pihaknya itu. “Masa sich rombong itu telah dirusaki, lho kok bisa begitu ya,’ tanya Erni dengan nada keheranan. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.