Polisi Menjelaskan Ada Kejanggalan Dibalik Kematian Putri, Dan Ini Pengakuan Saksi Mata

Jenazah Korban di Dalam Peti Sebelum Diangkut Menggunakan Ambulance Untuk Diotopsi di Mataram-NTB (15/5/2020)
Visioner Berita Kota Bima-Tragedi kematian Katrin Roslina alias Putri (9), warga Ruteng (NTT) di sebuah rumah kos di wilayah Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima (14/5/2020) praktis saja menggemparkan Kota Bima. Bocah nan cantik kelas 3 pada SDN 55 Kota Bima yang dikenal pendiam dan sangat disayangi oleh kedua orang tuanya itu, tewas dalam kondisi tergantung di depan pintu kamar kosnya.

Pada peristiwa mengenaskan itu, publik terutama di Media Sosial (Medsos) hingga kini masih meyakini bahwa korban diduga dibunuh oleh pelaku tak bertanggungjawab. Dugaan publik tersebut, terindikasi melalui cara korban “digantung” dengan kain di tali jemuran yang teramat kecil dan kakinya menyentuh langsung dengan lantai.

Ketidakpercayaan publik tersebut, juga mengacu kepada berbagai analisa bahwa hal mustahil bagi korban menyimpulkan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri karena usianya baru mencapai 9 tahun walau sedang menghadapi masalah sebesar apapun. Dan dalam kasus ini pula, Polisi menyebutkan adanya sejumlah kejanggalan mulai dari cara gantung diri, alat yang digunakan untuk menggantung, luka lebam pada loeher bagian depanya, luka pada bagian tanganya hingga kakinya yang bersentuhan langsung dengan lantai.

Kapolres Bima Kota AKBP haryo tejo melalui Kasat Reskrim setempat, Iptu Hilmi Manossoh Prayugo, S.IK nampaknya masih berhati-hati memberikan keterangan kepada media massa. Namun, pihaknya membenarkan adanya kejanggalan atas kematian korban.

“Ya, jika dilihat secara seksama memang ditemukan adanya kejanggalan. Namun, kita belum bisa memastikan apakah korban dibunuh atau menggantung dirinya sendiri, sebab polisi masih bekerja secara serius menangani kasus ini,” terang Hilmi menjawab Visioner pada Kamis malam (14/5/2020).

Tangisan Histeris Ibu Kandung Korban Saat Mengantarkan Jenazah Putri Menggunakan Ambulance Untuk Diotopsi di Mataram NTB (15/5/2020)
Sementara berbagai tahapan dalam menangani kasus ini, pun diakuinya sudah dan sedang dilaksanakan. Yakni mulai dari olah TKP, penyelidikan, pemeriksaan terhadap sejumlah saksi termasuk kedua orang tua korban. “Sementara seseorang yang diambil kemudian diamankan pada Kamis malam (14/5/2020), masih dimintai keteranganya sebagai saksi,” tandas Hilmi.

Sementara hasil visum RSUD Bima terhadap korban, diakuinya belum diterima oleh pihaknya dari tim medis RSUD Bima. “Kendati demikian, secara kasat mata kami menemukan adanya luka lebam pada leher bagian depan korban. Sedangkan hal-hal lain yang telah diamankan, antara lain tali gantungan, kain yang digunakan untuk menggantung leher koban, celana anak kecil yang berada di bagian kepala korban alias dibawah tali jemuran dan lainya. Karena kasus ini masih ditangani, maka kami belum bisa menyimpulkan apakah kasus tersebut sudah mengarah ke peristiwa pidana atau sebaliknya,” tegas Hilmi.

Sedangkan upaya lain yang dilakukan dalam menangani kasus ini, korban telah dibawa ke Mataram-NTB untuk dilakukan otopsi. Upaya itu dilakukan, diakui untuk memastikan apakah korban dibunuh atau sebaliknya. “Korban dan keluarganya (ayah kandungnya) ikut ke Mataram bersama aparat Polres Bima Kota. Keikutsertaanya dalam kaitan itu, yakni menyaksikan upaya otopsi terhadap korban oleh Polda NTB pada Minggu (16/5/2020),” jelas Hilmi.

Liputan langsung Visioner pada moment pengangkutan jenazah korban menggunakan mobil ambulance milik unit PPA Polres Bima Kota di wilayah Kelurahan Dara pada Jum’at pagi (15/5/2020) melaporkan-isak tangis ibu kandung korban tak terhindari. Hal yang sama juga terlihat pada keluarga korban serta sahabat kecilnya. Isak tangis kedua orang tusa korban dan keluarga serta sahabatnya tersebut, terlihat berlangsung sekitar 20 menit lamanya. Sementara kondisi fisik ibu kandung korban, masih terlihat sangat lemas. Namun, ayah kandungnya terlihat masih tegar.

Tangisan Histeris Sahabat Main Putri di Masa Hidupnya. Ia Menangis Sesaat Sebelum jenazah Putri Diangkut Menggunakan Mobil Ambulance Untuk Diotopsi di Mataram NTB (15/5/2020)
Pertanyaan tentang seseorang yang diduga sebai pelaku pembunuhan dalam kasus tersebut, hingga kini masih diamankan di Mapolres Bima Kota. Selain itu, terduga yang hingga kini belum dijelaskan identitasnya tersebut masih dimintai keteranganya sebagai saksi.

Masih soal peristiwa mengenaskan yang menimpa bocah kelas 3 pada SDN 55 Kota Bima ini, Jum’at siang (15/5/2020) Visioner bersama pihak LPA Kota Bima dibawah kendali Juhriati SH, MH kembali menyambangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) di sebuah rumah kos di wilayah Kelurahan Tanjung. Pada moment tersebut, selain melihat secara langsuyng cek TKP oleh pihak PPA Sat Reskrim Polre Bima Kota-juga sempat memintai keterangan sejumlah orang termasuk seorang saksi mata berinisial A.

Pada moment cek TKP tersebut, Visioner dan LPA sempat mendengarkan pernyataan saksi mata berinisial A. Beberapa menit sebelum mengetahui peristiwa bahwa Putri tewas dalam kondisi tergantung tersebut, A mengaku masih berada di dalam kamar kosnya. “Saya keluar dari kamar kos dan kemudian menuju TKP tergantungnya Putri yakni setelah mendengar adanya teriakan anak-anak kecil di luar kamar kos ini. Setelah keluar dari kamar kos ini, saya menuju TKP dan syok melihat tubuh Putri dalam kondisi tergantung dalam kondisi lidahnya yang menjulur keluar,” ungkap A.

Kendati demikian, A mengaku belum sepenuhnya percaya bahwa Putri sudah meninggal dunia. “Dengan kondisi itu, saya belum percaya bahwa Putri sudah meninggal. Maksud saya, kemungkinan Putri sengaja mempermainkan adiknya dengan cara berpura-pura menggantung diri. Namun setelah melihat lebih dekat dekat, baru saya tahu bahwa Putri sudah tidak bernyawa. Saat itu pula saya syok dan kemudian mengetuk pintu pasangan suami istri yang juga sekampung dengan Fitri (Ruteng) untuk memberitahukan kejadian tersebut,” ungkapnya.

Moment Penyerahan Berita Acara Persetujuan Otopso Sebelum Jenazah Putri Dibawa Untuk Diotopsi di Mataram NTB (15/5/2020)
Berkali-kali A mengetuk pintu kamar kos nomor 1 paling ujung (sebelah selatan) itu, A mengaku tidak diindahkan oleh orang yang ada di dalam kamar kos itu. “Berkali-kali saya mengetuk pintu itu, nakmun seorang laki-laki yang ada di dalamnya tidak mengindahkanya. Dan saat itu saya sangat percaya bahwa ada orang di dalam kamar kos paling ujung itu,” bebernya.

Saat itu pula, secara berakngsur-angsur warga datang ke TKP untuk menyaksikan mayat Putri dalam kondisi tergantung. Dan dimoment itu, ada warga yang mengintip dari jendela kamar kos paling itu. Hasilnya, dari balik jendela kos itu warga menemukan adanya kaki seorang laki-laki di dalam kamar kos tersebut yang diduga sedang jalan (bukan tidur).

“Melihat hal itu, warga kemudian menggedor pintu kamar kost tersebut dan akhirnya seorang laki-laki itu membuka pintu sembari menyatakan tidak mendengar panggilan warga karena alasan sedang mandi. Saat itu pula, warga memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa Putri sudah tewas dalam kondisi tergantung,” ungkap A lagi.

Masih di moment itu, A kemudian meminta nomor HP ayah kandung Putri kepada lelaki tersebut. Namun, lelaku tersebut mengaku tidak mengantungi nomor HP ayah kandung Putri. “Tidak ada nomor HP bapaknya Putri di saya. Biar saya saja yang menguhubungi pemilik Toko tempat kerjanya ayah kandung Putri,” ungkap A menirukan suara lelaki itu.

Polisi Kembali Melakukan Cek TKP (15/5/2020)
Tak lama kemudian kata A, lelaki tersebut langsung pergi meninggalkan kamar kos dimaksud. Namun sebelum ia meninggalkan kamar kos tersebut, A menjelaskan bahwa yang bersangkutan sama  sekali tidak meyempatkan diri untuk melihat secara langsung Putri yang dalam kondisi tewas tergantung. “Dia langsung pergi, dan sama-sekali tidak menyambangi mayat Putri dalam kondisi tergantung itu,” sebut A.

Namun sebelum lelaki tersebut meninggalkan kamar kosnya, A mengaku sempat meminta kepada warga yang datang untuk menahan lelaki tersebut agar tidak meninggalkan kamar kosnya. “Karena ada perasaan yang berbeda dan bersifat spontan, saya meminta kepada warga agar menghentikan lekai itu untuk tidak keluar dari kamar kosnya. Namun permintaan saya tersebut, mungkin saja tidak didengar oleh warga hingga akhirnya yang bersangkutan pergi. Dan di dalam kamar kos tersebut hanya ada seorang laki-laki, sementara istrinya sudah pergi kerja beberapa jam sebelum peristiwa ditemukanya mayat Putri dalam kondisi tergantung,” katanya lagi.

A kemudian mengaku, kedua orang tua Putri datang ke TKP yakni setelah sekitar satu jam setelah dirinya dan warga menemukan kondisi Putri yang tewas tergantung di kamar kosnya. “Kedua orang tua Putri hadir di TKP setelah ratusan warga terlebih dahulu ada di TKP. Melihat kondisi anaknya yang tewas tergantung, keduanya menangis histeris. Dan yang saya tahu, ayah dan ibunya ini sangat menyayangi dan mencintai Putri di masa hidupnya. Dan selama saya tinggal di sini, sama sekali tidak menemukan adanya kejadian pemukulan atau percekcdokan antara Putri dengan kedua orang tuanya,” jelas A.

Lepas dari itu, ada hal menarik yang diungkap oleh salah seorang anggota LPA Kota Bima (Yuni). Yuni mengungkap adanya keterangan dari ayah kandung Putri yang diperoleh pihaknya. Yakni, ayah kandung Putri mengaku sempat mengeluarkan pernyataan menitipkan Putri dan adiknya kepada seorang lelaki yang tinggal di kamar kos paling ujung bagian selatan itu. Kata Yuni, ayah kandung Putri menitipkan anaknya pada lelaki tersebut yakni sebelum berangkat kerja di Toko Anugerah. “Kepada kami, ayah kandung Putri tersebut mengaku sempat menyatakan menitipkan Putri dan adiknya sebelum berangkat kerja,” ungkap Yuni. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.