Sumur Diduga Dicemari Limbah Solar Pertamina, Warga Wadumbolo Ngaku Batuk-Gatal-Gatal

Karena Rumah Tak Layak Huni, Seorang Warga Tempati PAUD Pertamina

Inilah Salah Satu Sumur Warga di Wadumbolo Yang Diduga Dicemari Solar Pertaminan Setempat

Visioner Berita Kota Bima-Di RT 14/05 tepatnya di dusun Wadumbolo Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima, hampir semua sumur milik warga diduga telah dicemari oleh limbah solar milik Pertaminan Cabang Bima.

Peristiwa ini, diduga terjadi hampir tiap tahunya. Dan sampai detik ini, diduga seolah dibiarkan. Sementara langkah yang diambil oleh pihak Pertamina setempat, yakni hanya mengambil sampel air dari sumur warga untuk duji laboratorium guna memastikan apakah yang mencemari sumur warga tersebut solar atau bukan.

Untuk membuktikan kebenaran tentang dugaan pencemaran solar dari pertaminan di sumur warga tersebut, sejumlah Pimpinan Media Online yang ada di Bima pun melakukan investigasi ke lapangan, Rabu (24/2/2021). Dua botol aqua besar air berhasil diambil dari sumur warga. Alhasil, setelah dicium bau air tersebut mirip solar.

Pada moment ivestiasi tersebut, juga melibatkan Ketua RW setempat yakni Budiman. Tak hanya itu, upaya investigasi tersebut juga melibatkan sejumlah warga, salah satunya Kaharudin (pemilik sumur yangdiduga dicemari limbah solar pertamina).

“Tiap tahun sumur warga di sini diduga dicemari oleh limbah solar milik Pertamina. Kejadian seperti ini berlangsung setiap tahunya. Namun sampai detik ini, belum ada langkah-langkah nyata dari pihak Pertaminan untuk membebaskan sumur warga dari dugaan pencemaran solar ini,” ungkap Kaharudin kepada sejumlah Pimpinan Media di Bima saat melakukan investigasi.

Pengambilan sampel air yang diduga dicemari sola milik Pertaminan tersebut, yakni dengan kedalaman sekitar 10 meter. “Sudah hampir dua bulan lamanya kondisi air berbau minyak pada hampir semua sumur warga di sini. Kejadian seperti ini berlangsung hampir tiap tahun, khususnya pada musim huja,” tandas Kaharudin.

Salah seorang warga setempat, Akbar mendesak Walikota Bima turun tangan dalam mengatasi terkait dugaan pencemaran limbah sola Pertaminan pada hampir semua sumur warga ini. Sebab, selama ini Pemerintah terkesan berpangku tangan padahal warga setempat terus mengeluhkan hal itu pada tiap tahunya.

“Kami minta agar Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE segera turun tangan. Dan kami juga berharap agar Walikota Bima sesegera mungkin memanggil pihak Pertaminan. Sebab, dugaan derita warga setempat yang sumurnya ditengarai dicemari limbah solar Pertamina sudah berlangsung lama dan bahkan masih berlangsung sampai sekarang. Sekali lagi, kami memohon agar Walikota Bima segera melihat secara langsung kondisi ini,” harap Akbar.

Inilah Gedung PAUB Yang Dibangun Pertaminan Namun Sekarang Sudah Tak Berfungsi, dan Telah Ditempati Seorang Warga Yang Rumahnya Tak Layak Huni

Budiman selaku Ketua RW setempat, pun bicara tegas. Kepada sejumlah Pimpinan Media saat investigasi berlangsung, Budiman menyatakan baru kali ini pihak Pertamina mengambil sampelk air sumur yang diduga dicemari solar dimaksud.

“Ya, baru kali ini mereka datang mengambil sampelnya. Katanya sampel tersebut akan dibawa untuk diuji di Laboratorium. Sementara pada tahun-tahun sebelumnya, mereka tidak pernah datang mengambil sampel. Intinya, sampai saat ini belum ada langkah-langkah kongriet pihak Pertamina setempat untuk membebaskan sumur warga dari dugaan cemaran solar,” tegasnya.

Budinman menjelaskan, sampel air dari sumur warga tersebut diambil oleh pihak Pertaminan pada tanggal 15/2/2021. Namun sampai detik ini, hasil hasil tes laboratorium terkait sampel air sumur warga yang diambil oleh pihak Pertamina tersebut, sampai sekarang belum diketahui.

“Peristiwa dugaan solar Pertaminan setempat mencemari sumur warga di sini, sesungguhnya bukan hal baru. Tetapi, hampir tiap tahun terjadi. Akibat sumur yang diduga icemari solar Pertaminan ini, warga yang mandi air sumur mengalami gatal-gatal dan batuk,” duganya.

Beberapa hari lalu kata Budiman, sebuah pipa yang berada di sebelah utara jalan mengalami kerusakan. Katanya pihak Pertaminan yang didengarnya, pipa tersebut adalah milik PLN Ni’u. Celakanya, pipa tersebut mengalami kebocoran hingga solar berwarna hitam mencemari laur sekitar.

“Katanya itu bukan pipa milik Pertamina. Pihak Pertamina menyatakan bahwa itu adalah pipa milik PLN. Namun, Alhamdulillah pipa tersebut sudah diperbaiki. Namun solar yang tumpah ruah ke wilayah laut, tak jelas apakah sudah disedot kembali atau tidaknya,” ungkap Budiman.

Budiman kemudian mengungkap ada fenomena baru di lokasi itu. Yakni gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang sudah lama tidak difungsikan alias dalam keadaan kosong. Karena kondisi gedung PAUD yang kosong, akhirnya diisi oleh seorang warga yang rumahnya tak layak huni.

“Dulu PAUD ini sempat beraktivitas dengan jumlah Warga Belajar (WB) sekitar 14 orang. Namun setelah itu sampai sekarang, PAUD tersebut sama sekali tak berfungsi. Oleh sebab itu, PAUD tersebut sudah ditempati oleh seorang warga yang rumahnya tak layak huni,” tandas Budiman.

PAUD ini tidak berfungsi, diakuinya sudah sekitar lima sampai dengan enam tahun. “Dulu PAUD ini dikelola oleh Ibu Lulu yang berdomisili di Oi Ni’u Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima. Namun sejak sekitar lima tahun lalu sampai sekarang, Ibu Lulu sudah tak muncul lagi di sini. Padahal, masih banyar warga di sini yang mau belajar,” ungkap Budiman.

Menjawab tentang apa saja kontribusi pihak Pertaminan setempat selama ini, tak dinafikan oleh Budiman. Namun hal tersebut berlangsung sekitar tahun 2013 lalu. Diantaranya pihak Pertaminan membantu pembangunan Masjid setempat senilai Rp70 juta, pembangunan pagar kuburan sepanjang sekitar 70 meter, pembebasan lahan kuburan seluas 3 are. “Itu berlangsung pada tahun 2013 lalu,” bebernya.

Ini Pembangunan Pagar Kuburan Warga Setempat Sebagai Salah Satu Bentuk Kontribusi Pihak Pertaminan

Sedangkan bantuan selanjutnya dari pihak Pertamina, yakni tiga unit bak air yang sampai sekarang tidak juga diisi dengan air bersih, dan lima unit perahu yang dimasukan pada program tahun 2021.

“Hanya itu saja bantuan selama pihak Pertaminan berada di Wadumbolo ini. Sementara untuk kegiatan para pemuda, sampai sejauh ini belum ada. Dan keterlibatan pihak Pertamina soal rabat gang warga, sejak dulu hingga sekarang tidak ada. Intinya, dusun Wadumbolo sejak dulu hingga sekarang masih terlohat kumuh padahal Pertaminan berada di lokasi ini,” ujar Budiman.

Ibu Sa’adiah (warga setempat) mengaku membenarkan bahwa sejumlah sumur warga yang ditengarai telah dicemari oleh limbah solar Pertamina setempat. Kasus ini diduganya terjadi hampir tiap tahunya.

“Sampai sekarang masih juga berlangsung. Kami yang mandi air di sumur mengalami gatal dan bahkan batuk-batuk. Hanya satu permintaan kami, peristiwa ini harus segera usai sehingga warga tak lagi berkeluh kesah,” desaknya.

Lantas apa tanggapan pihak Pertamina Cabang Bima?. Sekitar dua jam lamanya sejumlah Pimpinan Media Online Bima menunggu di Pos Penjagaan Security setempat. Dengan durasi waktu yang lama itu, sejumlah Pimpinan Media menuggu negosiasi antara Satpam dengan Pihak Pertamina untuk tujuan klarifikasi. Sayangnya, Pimpinan Media tak mendapatkan jawaban apapun.

Kecuali, seorang Satpam menyatakan bahwa informasi kepada Wartawan berlaku satu pintu. Yakni, pihak Media harus melakukan mengkonfirmasi Comrell Region 5 Surabaya. “Ini nomor Handphone Pak Ahad, maka selanjutnya silahkan mengkonfirmasi beliau,” ujar salahs eorang Security setempat, Babang HI.

Sementara itu, Comrell Region 5 Surabaya yang dimintai tanggapanya melalui salurah WA menjelaskan bahwa sampel air yang bersumber dari sumur warga tersebut sedang dilakukan untuk kemudian diuji melalui laboratorium guna membuktikan dugaan dimaksud.

“Langkah yang dilakukan adalah mengambil sampel air dari sumur warga untuk diuii secara Laboratorium guna memastikan dugaan-dugaan itu pula,” sahut Ahat.

Menjawab pertanyaan kapan uji Laboratorium terkait hal itu, Ahad menyatakan harus menunggu dari pihak Labkesda. Lantas benarkan hampir semua sumur warga tersebut telah dicemari oleh limbah solar dari Pertaminan setempat?. “Dugaan itu harus dipastikan dulu melalui uji Laboratorium terkait sampel dimaksud,” pungkas Ahad. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.