Ir Tamrin Ungkap Solusi Penanganan Hutan Rusak

Potret Kerusakan Hutan di Wilayah Kota Bima.

Visioner Berita Bima Dompu NTB-Kondisi kerusakan hutan di wilayah Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu, sangat memprihatinkan. Perlu ada trobosan nyata dengan melibatkan seluruh pihak untuk mengatasi kerusakan hutan. 

Hal ini, diungkap Fasilitator Penguatan Perum Kehutanan Negara Indonesia (Perhutani) Sosial NTB wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima, Ir. Tamrin, pada wartawan visionerbima.com, Senin (6/12/2021). 

"Kondisi kerusakan hutan di 3 daerah (Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu,red) sangat parah. Harus ada langkah serius semua pihak untuk mengatasi masalah ini," ujarnya. 

Diakui Ir. Tamrin, dirinya adalah Fasilitator Penguatan Perhutani Sosial NTB untuk wilayah Kabupaten Bima dan Kota Bima. Saat ini, pihaknya tengah merencanakan program untuk membentuk kelompok tani hutan yang nantinya akan bergerak untuk ikut melestarikan dan mengembalikan fungsi hutan. "Kami juga memiliki 28 orang tenaga pendamping," katanya. 

Ir. Tamrin yang juga mantan Kepala Dinas (Kadis) Kehutanan Kabupaten Bima, ini juga mengaku saat ini pihaknya sedang melakukan identifikasi lokasi-lokasi dan siapa saja petani yang akan diakomodir untuk mengsukseskan program yang dicanangkan tersebut. Tapi, apa yang dilakukan ini tidak terlepas dan harus ada dukungan dari Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) di masing-masing wilayah. 

"Kami bersama 28 orang tenaga ahli sedang melakukan berbagai langkah, terutama pendekatan secara langsung dengan petani untuk diakomodir dalam program  ini. Apa yang akan kami lakukan ini tidak terlepas atau harus ada dukungan dari Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) di masing-masing wilayah," jelasnya. 

Kelompok tani hutan seperti apa yang nantinya akan diakomodir dan para tamu hutan ini, akan melakukan kegiatan seperti apa ? 

Kata Ir. Tamrin, pihaknya akan fokus mengakomodir masyarakat (petani) yang sudah terlanjur melakukan aktivitas menanam jagung dengan menguasai lahan tutupan Negara . Alasannya, ini adalah langkah tepat untuk bersama-sama mengembalikan fungsi dan kelestarian hutan. 

"Para petani hutan ini nantinya akan diajak untuk menanam berbagai tanaman termasuk kemiri. Bahkan tanaman buah yang hasilnya lebih besar dari tanaman jagung yang ditanam saat ini. Ini juga tidak membutuhkan biaya yang banyak dan tidak seperti biaya yang dikeluarkan untuk menanam jagung," katanya. 

Menurut Ir. Tamrin, jika petani hutan mampu melakukan hal ini dengan menanam berbagai jenis tanaman di masing-masing lokasi lahan yang sudah terlanjur mereka kuasai. Maka, secara tidak langsung pihaknya membantu untuk mengembalikan kelestarian hutan dan meningkatkan ekonomi petani hutan. 

"Berbagai hasil tanaman yang ditanam nanti, ada yang bisa dipetik hasilnya setiap bulan. Bahkan tahunan. Tapi untuk mencapai semua ini harus ada keseriusan dari para petani hutan itu sendiri," tuturnya. 

Masih menurut Ir. Tamrin, kalau masyarakat masih saja menanam jagung. Maka, tentu hasilnya seperti itu saja dan tidak akan mampu untuk mengembalikan fungsi dan kelestarian hutan. 

Sebaliknya, jika menanam tanaman sesuai yang diprogramkan oleh pihaknya, tentu akan mampu mengantisipasi terjadinya dampak lingkungan termasuk bencana banjir. 

"Tapi kalau masyarakat menanam berbagai tanaman yang diprogramkan oleh kami. Tentu hasilnya akan lebih besar dan mengalahkan hasil dari tanaman jagung. Nanti, para tenaga pendamping kami akan mengarahkan secara langsung," tuturnya. 

Untuk mencapai kesuksesan program ini, terlebih dahulu harus ada dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dinas lingkungan hidup dan kehutanan dan beberapa pihak terkait lainnya. 

"Untuk program ini, tentu harus ada ijin resmi dari pusat, provinsi dan lain lain. Itulah alasan kenapa pihaknya saat ini sedang berupaya memperjuangkan ijin untuk para petani hutan. Bahkan ada 35 kelompok tani yang sedang kami usulkan untuk mendapatkan ijin," paparnya lagi. 

Jika program ini sukses, ada sejumlah keuntungan didapat. Keuntungan pemerintah yakni hutan kembali hijau dan lestari. "Keuntungan yang didapat oleh masyarakat (petani hutan) hasil panennya mereka yang menikmati secara langsung," tandasnya. (FAHRIZ)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.