Dr. Zulkieflimansyah Bicara Tekad ke Pilgub dan Soal NTB


Dr. H. Zulkieflimansyah (kiri)-Hadi Santoso, ST, MM (Kanan) 
Visioner Berita Kota Bima-Tekad anggota DPR RI utusan PKS selama tiga periode yakni, Dr. H. Zulkieflimansyah untuk maju sebagai salah satu peserta pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB NTB periode 2018-2023, sepertinya tak bisa dibendung lagi. Pria kelahiran Kabupaten Subawa-NTB yang pernah berkompetisi pada Pilgub Banten ini mengaku, dengan Bismillah mundur dari keanggotaan DPR RI demi ikut ke Pilgub NTB yang akan dilaksanakan sekitar Juni 2018.

Ketegasan tersebut, disampaikan secara lansgung oleh Dr. Zulkieflimansyah pada moment galadinner dengan puluhan wartawan dari berbagai media massa di rumah makan (RM) Falcao-Kota Bima, Sabtu malam (4/11/2017). Pada moment tersebut, Zul didampingi oleh Ceo Sentral Muslim Group sekaligus Ketua IKATEK Unhas Makassar wilayah Bali-Nusra yakni Hadi Santoso ST, MM. Hadir juga pada moment tersebut Khairudin M. Ali (Pimpinan Umum PT. Bima Citra Group) dan Saptoto (Pimpinan Umum Harian Radar Tambora).

“Saya sudah bertekad maju, dengan demikian harus meninggalkan gedung DPR-RI. Sebab, bagi anggota Dewan yang ikut Pilkada, ya harus mundur. Begitu ketegasan aturan yang berlaku di Indonesia. Insya Allah, kami akan maju dan didukung oleh tiga Parpol. Diantaranya Demokrat, PKS dan PAN. Tidak tertutup kemungkinan, juga akan ada Parpol lainnya. Sebab, politik selalu berjalan secara dinamis, apalagi Pilgub NTB berjalan bersamaan dengan Pilgub di Provinsi-Provinsi yang lain,” bebernya.

Soal Parpol pendukung, diakuinya sedang difinalisasi di Pusat. Hal itu, kemungkinan akan selesai Minggu depan. Dia kemudian menyatakan, akan maju menjadikan Hj. Siti Rohmi Djalilah (kakak gandung Gubernur NTB sekarang) sebagai Calon Bakal Calon Wakil Gubernur (Balon Waggub). “Insya Allah, kami berdua akan maju. Oleh karenanya, kami juga memohon dukungan teman-teman media agar semuanya berjalan sesuai dengan harapan bersama,” harapnya.

Ketika dirinya dengan Rohmi sudah mendaftarkan diri sebagai Cagub-Wagub NTB pada januari 2018, itu diakuinya sebagai sebuah pilihan politik yang telah dihitung secara matang. Dia kemudian mengaku, hadir di NTB lebih kepada panggilan jiwa. “Sebab, NTB sudah berada pada jalur yang benar. Mudah-mudahan dengan kontestasi yang mengedepankan gagasan dan ide yang kita tawarkan,  bisa take of ke arah yang lebih baik lagi,” terangnya.

Memilih Rohmi sebagai Balon Wakilnya, diakuinya sebagai seuatu yang realistis. Pertama, representasi dua pula besar ini (Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok) harusada.  “Disamping itu, saya kenal Ibu Rohmi ini sudah sangat lama. Kami sama-sama mengelola Kampus, dan sering mendiskusikan persoalan pendidiikkan. Dan menurut saya, kalau kita dari Pulau Sumbawa ingin maju, tentu tidak mungkin Balon Wakilnya dari Pulau Sumbawa juga.  Supaya kita bisa berkompetisi, kita juga harus punya Balon Wakil yang kuat di Pulau Lombok, punya suara signifikan sehingga kita bisa saling melengkapi. Untuk itu, memilih Ibu Rohmi telah dikalkulasi dengan serius dan sangat matang,” ujarnya.

Zul kemudian mengungkap tentang Tag Line “Melanjutkan”. “Mungkin banyak orang yang tidak tahu, bahwa sesungguhnya saya adalah mantan Pengurus PB NW itu sudah lama sekali. Bahkan pada periode sebelumnya, saya adalah salah satu Ketua NW. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang menilai bahwa selama dua periode, Gubernur NTB TGH. Zainul Majdi MA alias Tuan Guru Bajang (TGB) sukses membawa NTB pada jalur yang benar sehingga punya citra yang baik di tingkat Nasional. Nah, ini harus dilanjutkan,” tegasnya lagi.

Oleh karena itu, untuk supaya kelihatan linknya dengan TGB Assosiasi point yang berkesinambungan, menurutnya tag line itu sangatlah relevant.  Bicara soal program yang paling inti untuk dibawah ke NTB menurutnya, tidak ada yang baru di bawah matahari.

“Saya kira program-program yang dipampang oleh Pak Ali BD, itu bagus sekali. Maksudnya, ya sudah standar lah. Tetapi kalau saya datang, pertama kemiskinan dan pengangguran dari hasil survey adalah masalah yang sangat serius dirasakan oleh masyarakat NTB secara keseluruhan. Karena saya kebetulan back groundnya adalah ekonom, untuk mengatasi angka pengangguran itu sangatlah simple (sederhana),” terangnya.  

Dalam teori ekonomi menjelaskan, untuk mengatasi pengangguran adalah dengan cara menghadirkan industeri pengolahan. Jadi yang menyelesaikan pengangguran dan kemiskinan itu bukan Pemerintah, tetapi industeri.

“Industeri pengolahan, misalnya kita punya banyak ikan. Karena ikannya tidak diolah di NTB, maka multi player efectnya tidak ada. Demikian pula halnya dengan gabah dan lainnya, maksudnya tidak banyak menambah eksternalitas apa-apa ketika diolah di luar NTB. Saya membayangkan jika jagung, ikan, gabah dan potensi SDA penting lainnya termasuk industri pengolahan logam ketika diolah di NTB, tentu saja untungnya sangat besar. Tetapi, kalau kita digaruk di sini kemudian di lempar keluar, sudah pasti nilai tambahnya sedikit sekali,” tandasnya.

Jika idusteri ekstraktif seperti PT. Aman di Newmont itu, smelternya hadir di NTB-maka dampak ekonominya sangat besar. “Karena, akan memaksa industeri ekstrakti itu melakukan ekpansi terhadap industeri besar seperti freepot dan lainnya untuk menaruh semua bahan bakunya untuk dioah di NTB. Kalau itu terjadi, satu industeri besar seperti logam itu, akan membutuhkan listerik baru, pelabuhan udara baru, pelabuhan laut baru dan industeri yang lain juga banyak yang akan datang. Jika sudah seperti itu, maka akan banyak sekali menyerap tenaga kerja,” sebutnya.

Itu diakuinya baru satu contoh saja, yang penting bagi kehadiran industeri pengolahan ini adalah, dia mensyaratkan kemampuan teknologi yang sangat relevant. Sebab, tidak mungkin mengolah batu menjadi tembaga dan kemudian menjadi emas dengan bermodalkan kata-kata, pidato dan retorika.

“Tetapi, butuh enginering capacity yang luar biasa. Oleh karena itu, kita bikin UTS, bicara dengan Unram dan lainnya. Bahkan sekolah teknik yang bagus harus ada di Bima dan Dompu. Nah menurut saya, pembangunan itu punya korelasi positif dengan jumlah Insinyur (Ir) sangat penting. Oleh karenanya, kita bukan bicara teori saja. Tetapi, di Sumbawa harus ada UTS, industeri pengolahan dan lainnya,” ucapnya.

Tegasnya lagi, akan percuma berbicara soal pengembangan dunia peternakan jika tidak didukung oleh adanya insteri pengolahan pakan ternak. Untuk untuk menghadirkan induseri pengolahan, jelas membutuhkan kemampuan tekonologi yang lumayan.


“Sekali lagi,  menghadirkan industeri pengolahan itu adalah sebuah keniscayaan. Kedua, saya juga punya cita-cita untuk mengirimkan anak-anak muda d i NTB termasuk di Sumbawa, Bima, Dompu dan Kota Bima dengan tujuan sekolah ke luar negeri. Maksudnya, supaya wawasannya jadi global dan rasa ke Indonesia-annya juga tinggi. Jika mereka sekolah ke luar negeri, bukan sekedar gaya-gaya. Tetapi, kecintaannya terhadap negeri ini tiba-tiba muncul dengan sendiri. Saya kira, kita punya model yang sangat cukup di pentas Internasional,” pungkasnya. (Rizal)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.