Ibu-Ibu ini Ternyata Tak Kalah Hebatnya Dari Remaja Pada Umumnya


Juara I (Dharmawanita Kecamatan Woha)
Visioner Berita Bima-Berkarya dalam menciptakan sesuatu juga diakui bisa menambah penghasilan untuk keluarga, bukan saja bisa dilakukan oleh ramaja lulusan SMA sederajat dan lainnya. Tetapi, hal yang sama juga bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga (IRT), termasuk di Kabupaten Bima. IRT tersebut, beberapa hari lalu visioner menermukan IRT ini yang sedang mengadu kehebatan dalam berkarya.

Yakni, ibu-ibu Dharmawanita yang sedang berlomba meracik barang bekas menjadi barang yang layak di gunakan dan bahkan harganya tergolong mahal. Seperti kotak penyimpanan tissu, keranjang, tas jinjing dan lainnya. Kreativitas kalangan Dharmawanita di Kabupaten Bima ini, dipertandingan pada Hari Ulang Tahun (HUT). Visi utamanya adalah penanggulangan sampah di Kecamatan dan peningkatan kreatitivitas serta pendapatan ekonomi keluarga bagi ibu-ibu Dhamawanita.

Pada moment tersebut, ibu-ibu Dharmawanita dari seluruh Kecamatan di Kabupaten Bima, berlomba-lomba merubah barang bekas menjadi barang yang layak di gunakan dengan harga bervariatif. Yakni mulai dari puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah per satuannya. Setelah berjuang keras merubah barang bekas tersebut mnenjadi barang yang sangat layak untuk digunakan dan bahkan di jual, akhir Panitia Lomba mengumumkan para juaranya.

Juara pertama, diraih oleh Dharmawanita asal Kecamatan Woha. Dharmawinta ini, dinobatkan sebagai juara satu karena berhasil menampilkan karya terbaiknya. Bentuknya, yakni berupa keranjang tempat Aqua. Model karya yang dibuatnya memiliki keberagaman model, warnan dan sangat unik. Sekretaris Dharmawanita Kecamatan Woha, Krisna Anjani, SE menjelaskan, bahan dasar pembuatan hasil karya terbaiknya ini adalah dari belas miniman teh ale-ale. “Kami mulai membuat keranjang dari gelas ale-ale ini sejak dua tahun silam. Dan, masih berlangsung hingga sekarang,” terangnya.  

Pusat pembuatannya, diakuinya di pusatkan di Desa Rabakodo Kecamatan Woha-Kabupaten Bima. Sebelum hasil karya tersebut di lombakan, barang-barang yang terbuat dari bahan dasar barang bekas tersebut di jual di sejumlah tempat di termasuk di toko Bolly. “Harga per satuannya Rp220 ribu, dan sangat laku dijual. Selain di Bolly, kami juga menjualnya di Instansi Pemerintah di Kabupaten Bima. Karena sangat laris, kamipun agak kewalahan malayani pelanggan. Dan sampai dengan hari, masih banyak yang memesan barang ini ke kami,” jelasnya.

Dharmawanita Kecamatan Wera dengan hasil Karyanya
Hasil penjualan dari barang tersebut, diakuinya dibagi-bagi untuk kalangan Dharmawanita setempat. Dan, kadang juga ada yang ditabung sebagai modal untuk pembuatan tahapan berikutnya. Per satuan dari barang yang duijual tersebut, pihaknya bisa memperoleh keuntungan rata-rata Rp75 irbu. Sementara modal untuk persatuannya sekitar Rp150 ribu.

“Untuk satu keranjangnya, dikerjakan selama tiga hari saja. Dalam satu minggu, pembuatannya bisa menghasilkan dua keranjang ini. Untuk satu keranjang, dikerjakan oleh dua orang. Kalau dibuat secara keroyok dengan melibatkan banyak anggota, dalam satu minggu bisa menghasilkan keranjang Aqua,” tandasnya.

Tahapan yang paling lama dalam kaitan pembuatan keranjang Aqua ini, diakuinya terletak pada mencari gelas bekas teh ale-ale. Untuk mendapatkan gelas bekas teh ale-ale ntersebut, pihaknya harus menghubungi pemulung, dan juga membayarnya dari anak-anak sekolah (anak sekolah yang mencarinya tetapi diupah).

“Kedepan, kami akan mewariskan karya ini kepada kalangan remaja din Woha. Sebab, di sana kita sudah membentuk solidaritas anak yang diberinama PATBM. Rencanaya, mereka akan dilatih untuk berkarya seperti kami ini. Tujuannya, lebih kepada agar anak-anak tidak terlibat pada hal-hal yang diinginkan. Sebab, dengan cara berkarya seperti ini mereka akan lebih fokus untuk membantu kehidupannya ketimbang hal-hal yang tidak diinginkan,” tegasnya.

Pada moment tersebut, peserta yang berasal dari Dharmawanita asal Kecamatan Wera juga hadir tentang penampilan yang berbeda. Proses pembuatan beragam bentuk hasil karyanya, juga berbahan dasar sama dengan Dharmanita-Dharmawanita lainnya, yakni dari barang bekas. “Berbagai macam ornamen ini,  bahan dasarnya terbuat dari barang bekas seperti tutupan minuman ringan, tutupanj Monte dan tutuopan teh ale-ale serta lainnya. Barang bekas tersebut, diproses dan kemudian dibuat untuk tempat tissu,” terang Sekretaris Dharmawanita Kecamatan Wera, Evy Risdianti.

Dharmawanita se Kabupaten Bima berloma merubah barang bekas menjadi sesuatu yang layak digunakan-dijual
Sementara bahan dasar bagi pembuatan tempat bedak, diakuinya bahan dasarnya dari kerta bekas. Dan masing-masing ornamen yang dibuatnya, dapat dituntaskan secara bersama dalam waktu satu jam lamanya. “Kretivitas seperti ini, selain dilakukan pada kegiatan lomba, hal yang sama juga dilakukan di Kecamatan Wera. Karya-karya kami, bukan saja sebatas itu. Tetapi, juga banyak yang berbentuk hiasan yang biasa digunakan untuk ibu-ibu ke acara pernikahan,” tuturnya.

Modal yang digunakan untuk merubah bahan dasar barang bekas menjadi sesuatu yang layak digunakan tersebut, diakuinya tidaklah terlalu besar, kecauli untuk membeli peniti. Dan hasil karya yang sudah berbentuk barang yang layak digunakan, dijual disejumlah moment.

“Misalnya pada kegiatan 17 Agustus, Karnaval,  acara 2 Mei pada setiap tahunnya. Rata-rata pada setiap moment tersebut, kami bisa menghasilkan Rp500 ribu. Hasil penjualannya, kami bagi-bagi untuk menambah kebutuhan rumah tangga masing-masing. Insya Allah, kedepannya kami akan meregenerasikan karya ini kepada kalangan remaja di Kecamatan Wera,” janjinya.

Liputan langsung visioner pada moment tersebut melaporkan, Dharmawanita Kecamatan Woha meraih juara I, Dharmawanita Kecamatan Belo sebagai juara II, Dharmawanita Kecamatan Wera sebagai juara III, Dharmawanita Kecamatan Soromandi dinobatkan sebagai juara maksimal pada pembuatan pembuatan oranamen yang berbahan dasar barang bekas.  

Bagi para juara, masing-masing diberikan piala dan piagam penghargaan. “Mereka sudah membuktikan hasil karya terbaiknya, dan masih-masing mereka memperoleh piala dan piagam pernghargaan,” jelas seksi Lomba, yakni Hj. St. Romlah H. Mawardi. (Rizal/Must/Buyung/Wildan)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.