Potret Kehidupan Warga Waworada, Pemerintah Seolah Kehilangan Mata Hati dan Telinga
Inilah Fakta Jembatan di Waworada Yang Roboh Sejak Lama dan Sampai Saat ini Belum Juga dijamah |
Visioner Berita Kabupaten Bima-Desa Wawora terletak di Kecamatan
Langgudu Kabupaten Bima. Belasan RT dengan jumlah warga yang tidak sedikit di
wilayah itu, terkuak puluhan tahun berada pada garis kemiskinan. Mata
pencaharian mereka, diakui sebagai petani dan ada pula yang menjadi pekerja
serabutan. Mereka berlindung di rumah yang rata-rata “gubuk”. Sementara
infrastruktur pendidikan, jalan raya dan lainnya juga diakui minim sentuhan.
Dibalik “ketidakberdayaan” warga
Waworada, tanpaknya hanya dibutuhkan saat Pemilihan Legislatif saja.
Setidaknya, terdapat tiga anggota DPRD Kabupaten Bima yang diproduk secara
politik oleh Kecamatan Langgudu, salah satunya lahuir atas pilihan warga Desa
Waworada. Hanya saja, delegasi mereka (anggota Dewan) seolah mengabaikan nasib
dan kehidupan warga Waworada. Anggota Dewan dimaksud, yakni Murni Suciyanti,
Edy Muchlis dan Nukrah S.Sos.
Beberapa tahun silam, Visioner
pernah menjejeaki tentang bagaimana kehidupan sesungguhnya bagi masyarakat di
Desa Waworada khususnya di Dusun Plasma. Terdapat beberapa RT di Dusun itu,
hidup dibawah garis kemiskinan. Infrastruktur jalan misalnya, mengalami
kehancuran total yang hingga detik ini belum diperbaiki. Belum lagi soal sarana
transportasi yang sampai sejauh ini belum ada. Salah satunya, anak-anak Sekolah
Dasar (SD) harus relas berjalan kaki sepanjang sekitar 1 KM menuju sekolahnya.
Kondisi yang terjadi sejak
puluhan tahun silam (1993) itu, hingga kini belum berubah secara signifikan.
Buktinya, masyarakat Waworada masih berada pada dibawah garis kemiskinan dan
minim sentuhan baik pada konten ekonomi, kesejahteraan hingga infrastruktur.
Oleh karenanya, Pemerintah seolah kehilangan mata hati dan telinga atas fakta
kehidupan yang terjadi di Desa Waworada.
Inilah Potret Tentang Kondisi Jalan Raya Dari Desa Induk Waworada Menuju UPT Plasma |
Mirisnya, infrastruktur jalan yan
dinilai sangat memprihatinkan serta jembatan yang sudah roboh akibat banjir
bandang tersebut, hingga kini tak kunjung diperbaiki oleh Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Bima dibawah kendali Bupati-Wakil Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti
Putri-Drs. H. Dahlan M. Noer. Sekedar catatan, Wawo Rada merupakan sebuah Desa
yang Kecamatannya sama dengan Dachlan, yakni Langgudu.
Tampaknya emosi warga yang sudah
sekian lama terpendam terhadap Pemerintah setempat, kini bak bisul yang sudah
waktunya pecah alias puncak gunung es. Seorang Tokoh Mda Wawo Rada, sebut saja
Syarif Hidayatullah berteriak dengan kencanganya di Media Sosial (Medsos). Pada Medsos yang ditangapi miring oleh
ratusan nitizen itu, Syarif memosting sebuah jembatan roboh di Waworada yang
sampai saat ini masih diabaikan oleh Pemerintahan Dinda-Dachlan.
“Jembatan utama penghubung Desa
Induk dengan UPT Waworada ini sudah lama roboh dihajar oleh banjir bandang
tahun 2017. Jembatan ini adalah penghubung penghubung dengan Desa Laju, Desa
Doro O'o yang ada di wilayah barat Kecamatan Langgudu. Dulu tepatnya disaat
jembatan dan jalan ini baik, banyak pengguna jalan yang melintasi wilayah ini,
termasuk dari Desa Laju maupun Doro O'o, sebab jalur tersebut lebih cepat
(jalan lintas) dibandingkan melalui jalan utama. Namun, akibat jembatan rusak
maka semuanya menjadi terhambat termasuk soal akses ekonomi bagi warga sekitar.
Lantas dimana mata hati dan telinga Pemerintah dan apa sesungguhnya yang
dilakukan oleh tiga anggota Dewan Dapil Langgudu itu,” tanya Syarif dengan nada
keras.
Salah Satu Potret Kehidupan Sosial Warga di Dusun Plasma Desa Waworada |
“Sungguh, Dusun Plasma menjadi
bagian penting bagi aktivitas warga di Desa Waworada. Tapi disayangkan sampai saat
ini masih sangat terisolir-tidak pernah ditangani dengan baik oleh pemerintah.
Singkatnya, jembatan dan jalan ini sangat strategis dan sangat dibutuhkan oleh
warga yang ada di Dusun Plasma serta warga Desa Waworada pada umumnya. Oleh
karenanya, kami melayangkan surat terbuka agar mata hati dan telinga Pemerintah
segera terbuka guna menjawa bagaimana kondisi kehidupan warga Desa Waworada,”
desaknya.
Khususnya terhadap jembatan roboh
itu, Syarif mengakui bahwa Pemerintah Desa (Pemdes) Waworada pernah bersurat
kepada Pemkab Bima untuk segera meresponya dengan baik. Namun pada waktu itu,
Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri pernah hadir di Waworada pada acara
resepsi pernikahan warga. Saat itu, warga mengajak Bupati Bima untuk melihat langsung
tentang bagaimana kondisi jembatan dimaksud. “Namun karena waktu itu Bupati
Bima masih menggunakan pakaian pesta, itu yang membuatnya tidak melihat
langsung jembatan yang roboh itu,” ungkapnya.
Robohnya jembatan yang berlokasi
di UPT Plasma tersebut, diakuinya sangat menghambat trasportasi bagi masyarakat
sekitar. Karenanya, masyarakat harus melewati jalan yang memutar. Sebab,
jembatan tersebut merupakan akses utama bagi warga sekitar yang juga berdampak
akseleratif bagi peningakatan ekonominya. “Sementara akses jalan yang
diperbaiki oleh Pemerintah adalah yang dari arah Waworada ke Ncera Baru. Namun
pada tahun 2006, jalan tersebut kembali rusak parah dan hingga saat ini tak
kunjung diperbaiki. Sementara janji Pemerintah, diantaranya perbaikan jalan dan
bedah rumah,” jelasnya.
Semula warga di UPT Plasma jelasnya,
dinilai sejahtera karena ikut merasakan dampak positif dari pengelolaan tambak
udang. Namun memasuki krisis moneter tahun 1998-1999 dan 2000 dan
setelahnya-sekarang UPT Plasma menjadi daerah mati dalam berbagai sisi baik
ekonomi, kesejahteraan serta lainnya.
“Yang terwujud dari janji
Pemerintah terhadap warga Plasma adalah soal bedah rumah. 10 unit rumah per
dusun di beda rumahnya oleh Pemerintah. Misalnya Dusun A tahun ini dapat jatah
10 unit rumah dibedah, selanjutnya 10 unit rumah pada Dusun B, dan seterusnya.
Dan, tahun ini targetnya ada 10 unit rumah yang dibedah di sana. Terkait
program bedah rumah tersebut, baru di Dusun 1 saja yang sudah diselesaikan.
Sementara di Dusun 2 targetnya tahun 2018 ini. Dan sekarang, Pemerintah akan
memasuki Dusun 5 terkait dengan program bedah rumah. Namun, kita tidak tahu berapa
rumah di sana yang akan dibedah,” ujarnya.
Masih Soal Kondisi Kehidupan Sosial Masyarakat di Sana |
“Pertanyaan tentang apa saja yang
dilakukan oleh tiga orang anggota DPRD Kota Bima Dapil langgudu untuk warga
Waworada, saya jawab hampir tidak ada sama sekali. Dan menariknya lagi, di
Waworada adalah warganya Wakil Bupati Bima, Drs. H. Dachlan M. Noer. Kendati
mereka ini ada, namun di Waworada tak ada pembangunan fisik yang terlihat. Sementara
pembangunan yang nampak hanyalah dua deker di Waworada dengan nilai proyek
masing-masing sekitar puluhan juta rupiah,” tandasnya.
Setahunya, masing-masing anggota
Dewan memiliki anggaran aspirasi ratusan juta rupiah per orang per tahunnya. Lepas
dari itu, saat ini setidaknya Pemerintah untuk melakukan dua hal di sana. Yakni
segera memperbaiki jembatan yang roboh dan perbaikan jalan dari Waworada
sebagai Desa induk menuju Dusun Plasma. “Panjang jalan tersebut sekitar 1 KM
lebih. Jalan tersebut mengalami kerusakan teramat parah sejak tahun 2007 hingga
sekarang tak kunjung diperbaiki,” sebutnya.
Kerusakan jembatan dan jalan yang
sangat parah tersebut, ditegaskannya juga memicu kepada terhambatnya dunia
pendidikan bagi anak-anak SD di sana. Hal inilah yang harus dia sampaikan agar
Pemerintah tidak berada pada posisi mengabaikannya.
“Di Plasma ini tidak ada SMP dan
SMA. Rata-rata anak-anak SD di sana hampir tidak ada yang punya sepeda motor.
Sementara untuk pergi ke sekolahnya, setiap hari mereka harus jalan kaki
sepanjang sekitar 2 KM. Nah, disaat jembatan dan jalan ini rusak parah-itu
jelas sebagai hambatan bagi mereka menuju sekolahnya. Karena jembatan itu
rusak, mereka ke sekolahnya harus melewati sungai. Pun hal itu kian mempersulitkan
mereka menuju sekolahnya. Jika hujan lebat yang mengakibatkan banjir besar, mau
tidak mau anak-anak sekolah jalan memutar ke tempat yang dianggap aman ke
sekolahnya,” terangnya.
Singkatnya, berbagai keluhan
warga Waworada tersebut ditegaskannya sebagai gambaran yang mendesak agar mata
hati dan telinga Pemerintah untuk segera menjawabnya. Dan keterisoliran
dimaklsud, juga membutuhkan perjuangan nyata tiga anggota DPRD Kabupaten Bima
sebagai delegator masyarajkat Langgudu, khususnya Waworada.
“Datanglah ke sana, lihatlah
bagaimana kondisi kehidupan masyarakatnya baik dari sisi ekonomi, kesejahteraan
maupun infrastruktur di Waworada-khususnya warga Plasma. Ini fakta , bukan
rekayasa. Maka untuk membuktikan itu semua, silahkan datang ke sana. Semoga
dengan kondisi yang ada, diharapkan mampu mengetuk hati nurani Pemerintah
termasuk DPRD setempat,” harapnya.
Tokoh Muda Waworada, Syarif Hidayatullah |
“Aspirasi mereka tentu saja akan
dikomunikasi secara segera kepada Bupati-Wakil Bupati Bima. Dan hal tersebut,
juga akan dikoordinasikan dengan Instansi terkait dalam waktu segera pula.
Namun pada prinsipnya, Insya Allah Bupati-Wakil Bupati Bima akan menjawab
aspirasi tersebut dengan kemampuan anggaran yang ada dan diahului oleh sejumlah
proses, tahapan dan mekanisme yang berlaku dalam dunia Pemerintahan,” sahutnya
melalui saluran selulernya, Selasa (28/8/2018).
Zain kemudian mengaku meyakini,
Bupati-Wakil Bupati Bima sekarang tentu saja tidak akan membiarkan
keterisoliran warga Waworada khususnya di Dusun Plasma. Maksudnya, akan dijawab
secara nyata melalui kemampuan anggaran yang ada.
“Aspirasi tersebut tentu akan
dijadikan sebagai masalah paling krusial untuk dicermati termasuk
kendala-kendala yang dihadapi guna menjawabnya secara nyata. Hanya saja, kami
belum bisa memberikan target waktu tentang kapan hal itu akan dijawab. Sebab, harus
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Bupati-Wakil Bupati Bima dan Instansi
terkait,” jelasnya.
Namun secara umum, diakuinya Bupati-Wakil Bpati Bima
tetap punya komitmen untuk memenuhi semua keluhan tersebut. Namun secara teknis
tentang kapan persoalan tersebut dijawab secara nyata, Zain menyatakan bahwa
hal itu merupakan kewenangan instansi terkait. “Yang pasti, masalah ini juga
akan segera kami sampaikan kepada instansi terkait,” pungkas Zain. (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda