RS Tipe D Kota Bima, Indah di Luar Tapi Konstruksi Dalamnya Ada Yang “Tak Beres”

Inilah kondisi Plaforn bagian dalam RS itu yang dinilai amburadul
Visioner Berita Kota Bima-Untuk ke sekian kalinya visioner melakukan investigasi tentang konstruksi bangunan Rumah Sakit (RS) Tipe D Kota Bima yang semula bernama Puskesmas Asokota yang terletak di wilayah Kelurahan Jatiwangi. Beberapa tahun silam, RS ini dikerjakan oleh Sakura H. Abidin. Pada saat itu, konstruksi bangunan pada bagian selatannya dinilai banyak yang amburadul, di sejumlah sisi bentangannya juga terlihat kurang elok dimana terjadi rembesan hingga mengganggu pelayanan disaat musim hujan tiba.

Dalam catatan media ini menyebutkan, pelaksanaan proke oleh Sakura H. Abidin tersebut diduga sepi dari pemeriksaan oleh BPKP maupun lembaga lainnya termasuk oleh pihak Kejaksaan. Kecuali, Pemkot Bima saat itu lebih konsentratif mengungkap koruspi pembangunan Puksesmas Rasanae Timur hingga sejumlah orang terpenjara karena terlibat kasus korupsi. Padahal, kualitas pembangunan Puskesmas Asakota yang kini berubah nama menjadi RS Tipe D Kota Bima itu diduga lebih amburadul jika dibandingkan dengan konstruksi bangunan Puskesmas Rasanae Timur.

Tampak nyata baginan pada lantai dua RS tersebut yang temboknya belum diplur sampai saat ini
Masih soal pelaksanaan proyek pembangunan oleh Sakura itu, sejumlah sumber saat itu menyatakan diduga banyak pekerjaan yang belum diselesaikan dengan baik termasuk soal meubler, Musholah dan lainnya. Hanya saja, banjir bandang pada Desember 2016 itu sukses melululantahkan dugaan sisa pekerjaan yang belum diselesaikan oleh Sakura.

Masihn dalam catatan media massa, pada tahun 2016 lalu Pemkot Bima membangun RS Tipe D tersebut pada bagian selatannya. Salah satunya ruangan Instanlasi Gawat Darurat (IGD) dengan nilai Miliaran Rupiah dan terkuak bersumber dari DAK. Praktisnya, hasilnya konstruksi bangunan tersebut pun terlesaikan serta sudah diresmikan. Data lainnya menyebutkan, pembangunan tersebut dikerjakan oleh sebuah perusahaan milik Baba Surya Motor.

Hasil investigasi Visioner pada Senin (3/9/2018) mengungkap adanya sejumlah konstruksi bangunan pada bagian dalamnya yang dinilai “tak beres”. Gipsum yang digunakannya dinilai tak berkualitas, belum lagi soal campuran material yang diduga asal-asalan sehingga terjadi rembesan yang mengganggu pelayanan pada sejumlah ruangan ketika musim hujan tiba.  
Kondisi plafior bangunan RS Tipe D Kota Bima pada bagian itu terlihat jelas rembesan air yang masuk sampai ke ruang pelayanan pada bagian selatannya
Pada moment investigasi keliling RS Tipe D ini, Visioner juga sempat keliling dengan Kepala RS setempat, dr. H. Natsir. Rembesan terparah disaat musim hujan tiba, diakui oleh Dokter Natsir bukan saja terjadi di lantai satu pada bagian tengah dan selatan RS ini. Tetapi hal yang sama juga terjadi di sejumlah ruangan pada lantai duanya. “Di sejumlah ruangan di RS ini terjadi rembesan baik di lantai satu maupun di lantai dua. Ini Fakta, dan anda sendiri ikut memotretnya sekarang ini,” papar Natsir.   

Rembesan yang terjadi tersebut, diduga disebabkan oleh kualitas campuran material pada konstruksi bagunan yang tak beres. Yang terjadi di sejumlah ruangan di RS tersebut bukan saja soal rembesan. Tetapi, juga tembok di sejumlah ruangan setempat yang sudah retak. Selain itu, paforn pada ruangan di lantai dua tepatnya di depan ruang kerja Sekretaris RS tersebut juga mengalami kebocoran. “Ada juga tembok di lantai dua tepatnya di depan ruangan saya yang belum diplur oleh pelaksanananya. Coba anda lihat tembok yang masih terlihat batanya itu, jelas kan itu belum diplur oleh mereka,” beber Natsir.

Tampak sebuah kondisi pada bagian atap bagunan di RS Tipe D Kota Bima itu
Pada moment tersebut, natsir juga mengajak Visioner untuk melihat langsung ruangan Operasi pada lantai satu. Ruangan Operasi tersebut dibangun pada 2016 dan katanya dianggap telah usai. Memasuki ruangan Operasi itu, sontak terlihat temboknya yang retak dan gipsumnya yang sudah jatuh tercecer di lantai.

“Saya tidajk tahu apakah keretakan temboknya akibat gempabumi belum lama ini atau bukan. Yang jelas, Gipsumnya sudah banyak yang jatuh tercecer di lantai dan tembok-tembok di ruang operasi ini banyak yang mengalami keretakan. Oleh karenanya, saya sarankan agar pelaksana proyek ini segera melihatnya kembali,” imbuh Natsir.

Kendatti konstruksi bangunan tersebut yang demikian faktanya, namun menurut Natsir sama sekali tidak mengganggu pelayanan terhadap pasien oleh para medis setempat. Namun baik di sejumlah ruangan di lantai satu maupun lantai dua, jika terjadi hujan deras maka rembesan airnya sukses masuk sampai ke dalam ruangan. “Pelayanan terhadap pasien yang ada memang sukses dilakukan oleh pihak medis di sini. Namun fakta keretakan sejumlah tembok dan rembesan tersebut jelas nampak di depan mata hingga saat ini,” ujarnya.

Dua unit mobil operasional RS Tipe D Kota Bima yang diletakan bersamaan dengan sampah pada bagian selatannya
Natsir kemudian menceritakan, pada RS tersebut masih dirasakan adanya sejumlah kekurangan yang harus diisi. Misalnya, fasilitas di ruangan operasi dan Radiologi. Sedangkan sumber daya Dokter yang ada diakuinya baru ada Doker specialis anak dan penyakit dalam. “Kebutuhan yang bersifat segera adalah Dokter Specialis Bedah dan Kandungan. Itu yang sangat diperlukan sekarang ini. Selain itu, juga kita masih merasakan kekurangan dari sisi sarananya,” harap Natsir.

Kekurangan-kekurangan yang dirasakan itu, dimintanya agar dapat diisi oleh Pemerintah. Sementara sejumlah ruangan baik di lantai satu maupun di lantai dua termasuk soal keretakan tembok tersebut juga didesaknya segera diperbaiki oleh pelaksanaan proyek RS dimaksud. “Soal rembesan yang acapkali terjadi pada musim hujan tersebut, sesungguhnya tidak membuat pelayanan di sini terhambat. Namun demikian, kita juga tidak menginginkan rembesan air hingga masuk ke sejumlah ruangan itu terus terjadi. Maka oleh sebab itu, kami berharap agar pelaksana proyek segera memperbaikinya,” desak Natsir lagi.

PJ Walikota Bima saat berkunjung ke RS Tipe D Kota Bima bersama Kadiskes setempat
Fakta-fakta lain yang ditemukan oleh Visioner pada RS Tipe D Kota Bima tersebut, juga terlihat adanya Ensenerastor yang sudah rusak akibat banjir bandang pada Desember 2016. Sejumlah pertuga menyatakan, ensenerator (mesin pengolah sampah medis) tersebut, sampai sekarang belum juga diganti dan masih dibiarkan berada pada bagian belakang RS. “Pengolahan sampah medis di sini terpaksa dilakukan di RSUD Bima, sebab di sana ada enseneratornya,” ungkap sejumlah petugas setempat.

Bukan itu saja, pada bagian selatan RS tersebut juga terlihat ada dua unit mobil operasional yang dibiarkan begitu saja. Dua unit kendaraan operasional seolah diletakan seperti sampah. Katanya, kendaraan yang bodynya masih terlibah baik tersebut ditumpuk seperti sampah. Dan, enseneratorpun disimpang bersamaan dengan dua unit kendaraan itu pula. “Dua unit kendaraan tersebut mengalami kerusakan akibat banjir bandang tahun 2016 lalu. Karena sudah tidak berfungsi, akhirnya disimpan seperti sampah-bersamaan dengan ensenerator itu pula,” tandas sejumlah petugas.

dr. H. Natsir meninjau langsung kondisi ruangan operasi yang gipsumnya jatuh berhamburan di lantai
Senin (3/9/2018), PJ Walikota Bima, Drs. H. Wirajaya Kusumah yang didampingi oleh Kadis Kesehatan setempat, Drs. H. Azhari M.Si beserta sejumlah pejabat laiinnya juga sempat berkunjung ke RS Tipe D itu pula. Tujuan kunjungan, lebih kepada melihat secara langsung tentang pelayanan terhadap pasien oleh pihak RS setempat. “Hari ini jadwal kami adalah mengunjungi seluruh Puksesmas se Kota Bima termasuk RS ini. Yang kami inginkan adalah pelayanan maksimla degan tetap membuat para pasien itu tetap tersenyum,” imbuh  

Liputan langsung Visioner pada moment tersebut melaporkan, Wirajaya bersama rombongannya melakukan peninjauan selama sekitar sejam lebih. Selain berbincang langsung dengan pasiean, dokter dan lainnya-Wiraja juga sempat mengobrol dengan dr. H. Natsir dan Azharui tentang kekurangan dan kebutuhan kebutuhan.
Keretakan pada tembok di ruang operasi RS Tipe D Kota Bima terlihat nyata
“Hari ini kita keliling melihat bagaimana kondisi pelayanan pihak Puksesmas maupun RS di Kota Bima terhadap para pasien. Kekurangan yang dirasakan di sejumlah tempat itu memang sangat perlu diisi, dan soal infrastrukturnya yang retak serta rembesan itu pula juga harus segera di benahi,” imbuihnya.

Di RS Tipe D itu, PJ Walikota Bima juga sempat melihat langsung tentang kondisi konstruksi bangunan pada ruangan operasi. PJ Walikota terlihat terkejut adanya gipsum yang jatuh berhaburan dianntai. “Gipsum yang jatuh berhamburan di lantai ini bukan karena gempabumi. Tetapi, lebih dari kualitasnya yang kurang baik. Rumah saya di Lombok, tembok dan gipsumnya bagus kok-tak rusak walau dihajar hempabumi. Intinya, di ruangan operasi ini terdapat konstruksi bangunan yang sudah retak dan gipsumnya jatuh berhamburan di lantai. Ini disebabkan oleh kualitas material yang digunakannya yang tidak baik,” cetus PJ Walikota Bima.


Sementara itu, Kadiskes Kota Bima Drs. H. Azhari meminta kepada Visioner untuk tidak mempublikasi tentangt sejumlah persoalan yang dinilai subyektif di RS Tipe D ini. Yakni, seperti tembok bangunan yang mengalami keretakan maupun terjadi rembesan di sejumlah ruangan termasuk soal gipsum yang sudah jatuh berhamburan di lantai pada sejumlah ruangan yang ada. “Pembangunan yang baru dibangun ini, dikerjakan oleh Baba Surya Motor. Tetapi, sebaiknya soal itu jangan dipublikasikan melaluin media lah,” elak Azhari dengan nada singkat. 
Inilah salah satu plaforn yang bocor pada RS Tipe D Kota Bima tersebut
Terkait kondisi bangunan pada RS Tipe D Kota Bima tersebut, salah seorang warga Kota Bima yakni Hamda mendesak aparat penegak hukum seperti Polisi dan Kejaksaan setempat untuk segera melakukan peninjauan. Jika ditemukan ada penyimpangan pembangunan dari sisi infrastruktur tersebut tegas Hamdan, maka pihak pelaksanaan termasuk PPKnya harus segera diadili sebagaimana ketentuan yang berlaku. 

"Dulu Pemerintah tegas mengungkap kejahatan pada pembangunan Puskesmas Rasanae Timur Kota bima hingga berhasil menyeret sejumlah nama sebagai koruptornya. Namun giliran pada RS Tpie D Kota Bima itu, aparat penegak hukum terkesan tutuop mata, dan Pemkot Bima seolah tidak pernah meliriknya," timpal Hamda, Senin (3/9/2018). (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.