Kisah Pecandu Narkoba Jadi Guru Ngaji-Penceramah di Rutan

Ita Minta Maaf kepada Kedua Orang Tuanya dan Berkreasi di Rutan
Abdul Munir
Visioner Berita Kota Bima-Namanya Abdul Munir, warga asal Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat-Kota Bima. Di kalangan anak muda maupun orang tua, hanya sedikit yang belum mengenalnya. Masalahnya sangatlah suram.

Dunia gemerlapan termasuk di Cafe-Cafe, semuanya dilaluinya. Mengkonsumi minuan keras (Miras) mulai dari Bir hingga moke (sofi) serta narkoba baik daam ganja, Sabu maupun ekstasi pun tak pernah alpa dalam hidupnya. Hingga, Munir pun merupakan salah satu pencanur Narkoba terberat di Kota Bima.

Soal perempuan, pria ganteng berbadan tinggi dan berkulit putih ini sesungguhnya bukan hal yang tabu. Berpindah posisi dari satu wanita ke wanita lain dan seterusnya seolah telah menjadi kelaziman bagi seorang Munir. Bahkan, isterinya pun lebih dari satu.

Ditangkap Polisi hingga dipenjara, pun sudah menjadi hal lazim bagi seorang Munir. Rangkaian fakta soal kriminal diatas, merupakan masa lalu dalam kehidupan anak kandung dari Maman Ponggo ini (Munir, Red). Tetapi, kisahnya berakhir di tangan Polisi hingga ia divonis penjara dan sampai sekarang masih berada di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Raba-Bima.

Dari perbuatannnya, Munir harus menjalani hukuman penjara selama bertahun-tahun lamanya. Namun, ia telah menjalani masa tahanan beberapan dan masih tersisa beberapa bulan lagi. Apa yang dilakukannya selama bertahun-tahun hidup di dalam jeruji besi tersebut?.

Foto Bersama Kepala Rutan Raba Bima, Visioner, Munir, Ita dan Pembina Anak Binaan Perempuan di Rutan Raba Bima
Senin (25/3/2019) Visioner kembali menyapa Munir di ruang Kepala Rutan setempat, H. A.Halik S.Sos. Halik mengungkap, telah terjadi perubahan yang sangat drastis atas diri Munir selama berada di Rutan ini. Kalau sebelumnya dia tidak bisa mengaji, sholat dan membaca buku-buku Agama.

“Namun ketika berada di Rutan ini semua dijalaninya. Maksudnya, dia sudah sangat faseh mengaji, rajin sholat dan menjadi PENCERAMAH di Masjid di Rutan ini. Bahkan, Munir juga Menjadi GURU NGAJI bagi anak-anak binaan di Rutan ini,” tandas Halik.

Halik mengakui, Munir adalah anak yang patuh dan taat serta tidak berbuat berlebih selama berada di Rutan itu. Setelah kesadaran utuh terbentuk di dalam dirinya, setiap hari Munir selalu menggunakan sarung dan baju piama dan kopiah.

“Sejak dia berada di Rutan ini, kami selalu menyentuhnya dengan sejumlah nilai penting bagi kehidupan manusia. Antara lain soal keagamaan dan kreativitas. Sentuhan yang sama, juga kami lakukan kepada eluruh anak binaan yang ada di sini. Tetapi, Munir harus diakui sebagai satu-satunya anak binaan yang amat berbeda dengan yang lainnya. Saya dan Anda pun merasa iri dengan kondisi Munir saat ini. Mudah-mudahan dapat ia pertahankan setelah keluar dari Rutan ini,” harap Halik.

Di ruang kerja Kepala Rutan tersebut, Munir duduk bersama dengan Ita Roswita (34). Ita merupakan terpidana dalam kasus Narkoba seberat hampir 2 ons yang telah divonis 10 tahun penjara namun kinin kini menunggu hasil Kasasi. Pada moment itu pula, Munir menegaskan bahwa kehadirannya di Rutan merupakan jalan yang ditunjuk oleh Allah SWT untuknya bertaubat.

Ita Roswita dan hasil Karyanya di Rutan Raba-Bima
“Saya ke sini karena Allah. Allah punya tujuan mengirimkan saya ke sini untuk merubah masa lalu yang suram demi menatap masa depan yang baik sehingga suatu saat nanti akan diterima oleh lingkungan yang sehat pula,” sahut Munir.

Di Rutan ini, Munir mengaku menemukan jalan Allah. Perubahan dirinya yang sangat drastis di Rutan itu pula, diakuinya atas petunjuk Allah pula. “Sesungguhnya kalian semua tahu tentang bagaimana lika-liku kehidupan saya sebelum tinggal di Rutan ini. Mulai dari Narkoba sampai ke soal Perempuan telah saya lalui dan itu sangat lama. Namun, di Rutan ini saya fokus menjalankan sholat, ngaji dan mengajarkan-mengajak anak-anak binaan lainnya untuk sadar. Sejak berada di Rutan ini sampai sekarang, setiap hari saya beribadah, berceramah, membaca buku-buku tentang perjalanan dan kisah Nabi-Nabi,” tandasnya.

Munir mengaku, tercatat sudah lebih dari satu orang yang telah sama dengannya setelah berada di Rutan ini. Maksudnya, telah menjadi manusia yang sadar. Rajin beribadah sambil membuat kreasi yang kemudian dijual di luar untuk menambah kebutuhannya selama di Rutan.

“Alhamdulillah sudah ada beberapa orang. Salah satunya adalah Firman warga asal Kelurahan Rabadompu. Saya harus memberikan seribu jempol kepada Firman. Sekarang dia tidak pernah meninggalkan Sholat, Ngaji dan lainnya. Pokoknya, Alhamdulillah dia sudah berubah dratstis sekarang. Kalau sebeluimnya, dia tidak Sholat dan tidak bisa mengaji,” terang Munir.

Kadis Koperindag Kota Bima, Nurjanah S.Sos
Munir kemudian berjanji dan bahkan bersumbah untuk tidak kembali ke masa lalunya yang sangat kelam. Cita-citanya setelah keluar dari Rutan, Munir ingin menjadi Guru Ngaji pada Pondok Pesantren (Ponpes) jika ada pihak-pihak yang mau menerimanya. “Alhamdulillah anak-anak saya sudah ada di salah satu Ponpes di Kota Bima. Dan setelah keluar dari Ponpes ini, do’akan saya cita-cita saya menjadi guru Ngaji tercapai,” harap Munir.

Alasannya ingin menjadi Guru Ngaji?. “Umur kita semakin berkurang. Masalah lalu yang sura telah saya lewati semua. Setelah berada di Rutan ini dan sampai mati nanti, 70 porsen saya sisipkan waktu untuk urusan Akhirat. Dan sisanya yang 30 porsen adalah untuk urusan duniawi. Hal itu bukan saja di sini, tetapi Insya Alah akan saya terjemahkan ketika keluar dari Rutan ini,” janji Munir.

Munir kemudian mengutarakan hal yang sangat mengejutkan. Yakni, juga menjadi guru bagi bapaknya (Maman Ponggo) di Rutan Raba-Bima. Sekedar catatan, Maman tinggal di Rutan karena terjerat oleh kasus Narkoba.

“Babe (Maman Ponggo), tadinya tidak pernah Sholat sama sekali. Namun setelah saya sering mengajarkan tentang Agama dan Ibadah, kini Babe sudah berubah. Maksudnya, sudah rajin Sholat dan Mengaji. Di sini, saya beda kamar dengan Babe. Tetapi, setiap hari saya datang ke kamarnya guna memberikan pencerahan agar suatu saat nanti menjadi manusia yang sadar diterima oleh lingkungan yang sehat pula,” harap Munir.

Kadis Koperindag Kota Bima, Nurjanah S.Sos Bersama Pihak Rutan di Rutan Raba-Bima (25/3/2019)
Setelah keluar dari Rutan nantinya, Munir akan menjauhi lingkungan yang semua memicunya terjerat pada dunia gemerlapan. Salah satunya, ingin tinggal di tempat lain. “Rencana saya ingin hijrah agar jauh dari lingkungan yang tidak sehat. Soal isteri, saya sudah kembali kepada yang pertama. Sementara yang lainnya, saya tinggalkan,” ucap Munir.

Apakah Anda tidak ingin membangun usaha yang halal bagi keberlangsungan hidup keluarga setelah keluar dari Rutan ini?. “Saya tidak punya modal untuk itu. Sebab, anda tahu tentang bagaimana kondisi kehidupan ekonomi saya dan keluarga. Jika ada pihak yang mau membantu, selain menjadi guru Ngaji pada Ponpes-saya juga ingin membangun usaha dimaksud,” tutur Munir lagi.

Karena telah menjadi manusia yang sadar, Munir menyampaikan apresiasi dan berterimakasih sekaligus bangga kepada pihak Rutan terutama Kepala Rutan (H. A. Halik S.Sos). “Selain adanya petunjuk Allah, saya menjadi manusia yang sadar juga karena pembinaan yang sangat intens dari mereka. Saya bisa mengaji, rajin beribadah dan membaca buku-buku Agama di sini juga karena pihak Rutan ini,” kata Munir.

Berangkat dari kekelaman masa lalunya, Munir menghimbau kepada remaja maupun orang tua yang ada di uar Rutan agar menjauhi narkoba, Miras dan sejenisnya. Sebab, kematian adalah pasti. “Saat mati nanti, tentu saja apa yang dilakukan di dunia tentu saja semuanya akan kita pertanggungjawabkan. Berhentilah, dan fokuslah berbuat pada jalan Allah SWT. Tidak ada gunanya menikmati Narkoba. Yang ada, kita akan dihadapkan dengan kebohongan setiap saat, melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan terjebak pada pesoalan lainnya termasuk penjara. Saya sudah melewati semuanya, dan hal itu tidak boleh kalian lakukan,” imbuh Munir.

Pada moment tersebut, Ita Roswita juga menyampaikan hal yang sama. Di Rutan ini dia mengaku menemukan jalan yang benar. Dan berada di Rutan, pun disebutnya sebagai kehendak Allah SWT agar dirinya bisa berubah menjadi manusia yang sesungguhnya. “Alhamdulillah selama berada di Rutan, saya fokus kepada Sholat, Ngaji dan berkreasi membuat Tas dari bahan Nilon. Tas tersebut, rencananya akan dijual secara Online. Modalnya adalah dari saya bersama teman-teman lainnya di Rutan ini,” sahut Ita.

Ketua Degranasda Kota Bima, Hj. Elly Alwainy
Ita kemudian mengaku, berada di Rutan merupakan bagian dari dosa besarnya terhadap kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, dia meminta maaf sebesar-besarnya kepada kedua orang tuanya maupun kepada seluruh keluarganya. “Ibu saya baru saja meninggal dunia. Saat ia meninggal, saya diizinkan menjenguknya namun dalam pengawasan pihak Rutan. Sekali lagi, saya minta maaf kepada kedua orang tua dan kepada seluruh keluarga,” ujar Ita.

Usaha pembuatan Tas bersama rekan-rekannya, akan terus dilakukannya. Namun yang diharapkannya adalah soal modal untuk membeli jarum, dan bahan-bahan lainnya. Hanya saja, sejumlah tas yang sudah dibuatnya tak satupun yang bermotif Bima. “Kami belum menemukan motif Bima. Kalau bisa tolong bantu kami untuk membuat tas dengan motif khas Bima. Usaha ini, Insya Allah akan kami laksanakan setelah keluar dari Rutan,” harapnya.

Ita kemudian berjanji, tak kan lagi menyentuh barang harap bernama Narkoba itu. Karena, hal tersebut sangat tidak baik bagi kehidupan setiap anak bangsa. “Saya nyatakan untuk bertaubat dan fokus pada kreasi dan beribadah kepada Allah SWT. Terimakasi dan apresiasi sekaligus menyatakan rasa bangga kepada piha Rutan yang dengan susah payah membuat kami menjadi manusia yangh sadar setelah berada di sini. Pun pengalaman yang kami dapat di Rutan ini, tidak pernah di ajarkan di luar sana,” jelas Ita.

Secara terpisah, Kadis Koperindag Kota Bima Nurjanah S.Sos yang dimintai tanggapannya menyatakan siap membantu apa yang menjadi harapan Ita dan kawan-kawannya. “Terimakasih atas informasinya, dan kami atas nama Dinas akan langsung ke Rutan Raba-Bima hari ini juga. Bila perlu, saya akan menghibahkan honor saya untuk membiayai kreativitas Ita Cs di Rutan Raba-Bima. Namun sebelumnya, tentu saja kami harus melakukan pendataan terhadap jumlah mereka serta bentuk kreativitasnya,” janjinya. “Oh ya, kami sudah ke Rutan menemui Ita Cs,” tambah Janah.

Ketua Degranasda Kota Bima, Hj. Elly Alwainy juga menyatakan akan datang ke Rutan Raba-Bima dalam waktu segera untuk menjenguk Ita Cs. Tujuannya, isteri Walikota Bima (H. Muhammad Lutfi, SE) ini ingin melihat secara langsung tentang hasil karya Ita Cs. “Silahkan Visioner tentukan waktunya kapan saya dan kawan-kawan Degranasda ke Rutan Raba-Bima. Oleh karena itu, saya tunggu informasi dari Visioner,” sahutnya, Senin (25/3/2019). (RIZAL/GILANG

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.