Tiga Tahun Janda Hidup di Rumah Layaknya Kambing, Nampaknya Pemerintah “Baru Sadar”

Sarfiah:Mereka Bilang Bahwa Sebelumnya Rumah ini Tidak masuk Dalam Pendataan
Fitrah (Kanan), Sarfiah (tengah) dan Evi (Paling Kiri)
Visioner berita Kota Bima-Berita tentang janda bernama Safriah warga RT06/02 Kelurahan Paruga yang hidup pada rumah hancur layaknya kandang kambing lantaran dihajar banjir bandang tahun 2016, sudah berlangsung selama tiga tahun. Liputan langsung Visioner pada kondisi memprihatinkan itu melaporkan, Sarfiah harus tidur di kamar penuh dengan nyamuk dan kedinginan, untuk menahan air hujan harus mengatasinya dengan terpal seadaannya, sementara dinding kamar yang bolong juga diantisipasi dengan karung bekas semen dan juga terpal seadanya pula.

Atap rumah sudah turun, gentengnya banyak yang hancur, berlubang dan kehancuran fisik rumah pada semua sisi bukan berita bohong. Tetapi, fakta yang seolah menampar wajah Pemerintah sebagai pelayan masyarakat khususnya korban bencana banjir bandang.

Setelah Visioner mengungkap peristiwa miris ini tentang kehidupan janda yang setiap hari bekerja sebagai penjual cilo (salome dalam bahasa Bima) ini, tampaknya kini Pemerintah “baru sadar”. Maksudnya, Jum’at petang (22/3/2019) tepatnya sebelum Maghrib, pegawai salah seorang pegawai Dinas Perkim Kota Bima yakni Fitrah yang didampingi oleh Fasilitator Tehnik yakni Evi langsung melihat secara langsung tentang kondisi rumah Sarfiah.

“Mereka sudah ada di rumah ibu Sarfiah sekarang. Fitrah dan Evi baru saja melihat secara langsung kondisi rumah Sarfiah yang hancur karena banjir bandang,” ungkap Kawan Jeff kepada Visioner, Jum’at (22/3/2019).   

Pada moment tersebut, Sarfiah mengungkap adanya penjelasan dari Fitrah dan Evi tentang rumahnya yang hancur akibat ganasnya banjir bandang tiga tahun silam. “Mereka bilang bahwa rumah ini tidak masuk dalam pendataan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. Saat berada di rumah saya tadi, mereka bilang baru mengetahui dan berjanji akan menuntaskannya pada Mei 2019 ini. Itu masih bersifat janji saja, tetapi tentu saja saya tunggu realisasinya. Masalahnya, selama ini janji-janji saja yang saya terima dari mereka. Buktinya, sampai sekarang tak ada realisasinya,” tandas Sarfiah.  

Sarfiah
Sarfiah kemudian menyatakan apresiasi dan terimakasihnya kepada Visioner yang dinilainya mampu menghadirkan Pemerintah untuk melihat secara langsung kondisi rumahnya itu. Ucapan yang sama juga disampaikannya kepada Pemerintahan Walikota-Wakil Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE-Feri Sofiyan, SH (Lutfi-Feri) karena telah mengirim orang-orangnya untuk melihat secara langsung kondisi rumah ini.

“Selanjutnya, saya berharap agar Lutfi-Feri bisa menjawab penderitaan saya ini secara nyata. Maaf, sudah tiga tahun saya hidup di dalam rumah seperti kandang kambing ini. Dan sesungguhnya penderitaan ini tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata karena anda-anda sudah melihatnya secara langsung,” terang Sarfiah.

Sebab selama ini bebernya, Pemerintah hanya datang mencatat-mendata tentang kerusakan-kerusakan rumah ini. Tercatat tiga kali mereka datang, namun hasilnya hanya penantian tak berujung alias “Hoax”. “Selama ini yang menerima bantuan, ada juga orang yang hanya hidup numpang di rumah kakeknya. Sementara rumah saya ini tidak pernah disentuh. Kecuali, yang saya terima adalah dana pembersihan (cash of work) senilai Rp500 ribu,” tandasnya.  

Delegasi Dinas Perkim yakni Fitrah yang hadir melihat secara langsung kondisi rumah milik Sarfiah tersebut, tak banyak bicara. Kecuali, dia mengaku sudah melihat secara langsung kondisi realnya. Dan, Fitrah pun tidak membantah tentang kondisi rumah Sarfiah yang hancur di semua sisi akibat hantaman banjir bandang. “Ya, saya dan ibu Evi sudah melihatnya secara langsung. Kami ke sini di utus oleh Kadis Perkim Kota Bima,” ujar Fitrah.

Fakta Keprihatinan pada Sisi Dalam Rumahnya Sarfiah
Ditanya soal rumah Sarfiah apakah akan diatasi dengan anggaran dari BPNPB, Bedah Rumah dari kemensos RI dan BSPS Pemprov NTB-Fitriah tidak berani menyimpulkannya. Alasanya, ia mengaku melakukan koordinasi-konsultasi terlebih dahulu dengan Pimpinannya (Ir. Hamdan). “Maaf, saya kan hanya bawahan yang diperintahkan untuk melihat secara langsung kondisi rumah Ibu sarfiah ini. Sementara soal keputusannya, tentu saja menjadi kewenangan Pimpinan kami,” sahutnya.

Menjawab pertanyaan tentang target penuntasan pembangunan kembali rumah tersebut, lagi-lagi Fitrah tak bisa menjelaskannya. “Saya tidak punya kewenangan untuk menjelaskan hal itu. Tetapi, kondisi ini akan segera kami sampaikan kepada Pimpinan. Selanjutnya, anda bisa berkomunikasi langsung dengan Pimpinan kami,” pungkasnya.

Kehadiran delegasi Dinas Perkim tersebut, praktis ditanggapi secara tegas oleh Pemrihati Masalah Sosial, Drs. Amirudin. Tanpa mengapaikan rasa terimakasih dan apresiasinya, Amir menduga telah terjadi sebuah kesalahan besar yang terjadi pada Pemerintahan sebelumnya terkait kondisi rumah milik Sarfiah ini.

“Dugaan lupa mendata dan sinyalemen tentang adanya bantuan tidak tepat sasaran pun ditengarai bukan hal baru terkait penanganan pasca bencana tahun 2019 di Kota Bima. Dugaan lainnya, juga ada pihak yang selayaknya tidak menerima bantuan namun justeru disentuh dengan bantuan pula,” duganya.

Dugaan ini sepertinya erat kaitannya dengan “persoalan politis” dimana saat itu bertepatan dengan musim Pilkada. Olehnya demikian, Amir mendesak aparat penegak hukum untuk menelusuri secara mendalam tentang bantuan yang sudah berlangsung terkait penanganan pasca bencana tahun 2016 di Kota guna memastikan apakah tepat sasaran atau sebaliknya. “Sebab, dugaan dalam kaitan itu sering kita dengan di hampir semua wilayah yang di hajar banjir bandang tahun 2018,” pungkas Amir. (TIM VISIONER

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.