Berbulan-Bulan Pemulung Cacat ini Hidup Bersama Istri di Atas Trotoar
Umar dan Istrinya (Sarah) Sedang Tidur diAtas Trotoar itu (11/4/2019) |
Visioner Berita
Kota Bima-Di
stasiun Benhur (kendaraan tradisional Bima) yang berlokasi di sebelah utara
Toko Lancar Jaya Kelurahan Sarae Kecamatan Rasanae Barat, sontak saja terlihat
sebuah pemandangan yang sungguh mengejutkan. Pada sisi sebelah barat stasion
Benhur tersebut, juga terlihat ada sebuah gerobak pemulung berisikan
barang-barang bekas seperti kemasan air meneral, kardus dan lainnya.
Di
situ juga terlihat beberapa rombong penjual rokok dan makanan ringan. Tak hanya
itu, tumpukan kayu bekas dan lainnya terlihat nyata di atas trotoarnya. Pun di
situ juga terlihat ada bangku dan meja milik penjual rokok dan makanan ringan.
Di
lokasi itu juga terlihat agak kotor dan debu serta kotoran kuda. Namun ditengah
kondisi memprihatinkan itu, ada pasangan suami istri (Pasutri)-sebut saja Umar
(62) dan Sarah yang sudah berbulan-bulan hidup di dalamnya. Umar ini berprofesi
sebagai pemulung. Yang tak kalah memprihatinkan, Umar terlihat cacat pada
bagian kakinya.
“Kasihan
Pasutri itu, mereka sudah berbulan-bulan hidup di atas trotoar tersebut. Kaki
suaminya cacat, namun masih mampu mencari nafkah dengan cara memulung barang
bekas. Terkadang, Pasutri ini juga hidup dari pemberian orang lain seadanya,”
ungkap penjual soto ayam yakni Andry kepada Visioner, Kamis malam (11/4/2019).
Realitas
kehidupan sosial ini ungkap Andry, kemungkinan besar luput dari pantauan
Pemerintah. Namun, tak sedikit warga termasuk tukang Benhur yang sudah lama
menyaksikan kondisi kehidupan Pasutri yang sudah berbulan-bulan di atas trotoar
ini. “Satu hal yang membuat saya salut dengan Pasutri ini. Yakni, lebih baik menjadi
pemulung ketimbang mengemis. Untuk membuktikan secara langsung kondisi kehidupannya,
silahkan saja Visioner melihatnya secara langsung. Sebab, biasanya Visioner
suka dengan peristiwa-peristiwa macam ini,” harap Andry.
Nampak Jelas Lingkungan di Sekitar Trotoar Sebagai Tempat Tinggal Umar dan Isterinya (11/4/2019) |
Pasutri
ini mengaku sudah sekitar enam bulan hidup di atas trotoar ini. Namun sebelumnya,
Umar mengaku tinggal di rumah istrinya di Lingkungan Nae. Namun karena di rumah
itu ditempati oleh menantunya, akhirnya memilih hidup di atas trotoar ini
bersama istrinya. “Sesekali saya pulang ke Bolo dan bersama istri kembali ke Lingkungan
Na’e. Kami tinggal di atas trotoar ini sudah berlangsung beberapa bulan
lamanya. Alhamdulillah nyamuk tidak ada. Karena setiap tidur kami selalu
menggunakan obat nyamuk. Kendati bau busuk sangat dirasakan, namun kami masih
berada di sini,” papar Umar.
Profesinya
bukan saja sebagai pemulung, namun juga dipercayakan untuk menjaga sejumlah
warung sekitar. Upah yang diperolehnya dari beberapa orang pemilik warung
tersebut, diakuinya tak seberapa. “Nilainya tak seberapa, namun Alhamdulillah
diberikan oleh sejumlah pemilik warung di sini. Jadi saya bukan saja tinggal di
atas trotoar ini, tetapi juga menjaga sejumlah warung yang ada,’ terang Umar.
Nampak Barang Bekaas di Dalam Gerobak Dorong Yang Siap Dijual Umar Kepada Pengepul |
Kegiatan
lain yang dilakukan Umar selain megumpulkan dan menjual barang bekas, kadang
menjadi kuli bangunan. “Itupun kalau dipanggil oleh orang-orang yang membangun
rumah. Uang yang diperolehnya dari kuli bangunan tersebut, juga saya gunakan
untuk kebutuhan setiap hari bersama istri ini,” tutur Umar.
Umar
mengaku, Sarah adalah isteri keduanya. Keduanya menikah secara resmi sekitar
empat tahun silam. Namun dengan isteri keduanya ini, Umar mengaku tidak punya
anak. “kalau sama istri pertama, saya punya dua anak. Saya sudah resmi bercerai
dengan istri pertama. Dan kedua anak saya dengan istri pertama, semuanya sudah
berkeluarga dan hidup di rumahnya masing-masing. Sementara saya dengan Sarah,
masih tinggal di atas trotoar ini,” ulas Umar.
Umar dan isterinya ini
mengaku, ingin hidup di tempat yang layak. Namun, lagi-lagi karena kondisi
ekonomi yang jauh dari kata ada membuatnya tak berdaya alias terpaksa hidup di
atas trotoar dimaksud. “Tentu saja kami sangat berterima kasih jika Pemerintah
bisa memberikan kami sebuah rumah. Kami ingin hidup layak seperti warga yang
lainnya. Namun, kami tidak memiliki uang untuk membangun rumah,” ucap Umar.
Catatan penting lainnya terkait kondisi ini, disaat musim hujan saat ini yang masih berlangsung-nampaknya Pasutri ini masih berada di atas trotoar tersebut. Pasutri ini tidur di atas trotoar tanpa ada ada dinding, Kecuali, meja-meja bekas dijadikannya sebagai penghalang terpaan angin baik siang maupun malam hari. Pun, kondisi ini mendesak Pemerintah setempat segera meninjaunya secara langsung dengan harapan bisa dijawab dengan kerja nyata. Sebab, Pasutri ini adalah manusia yang memiliki hak untuk dilayani secara baik seperti warga-warga lainnya-SEMOGA...!!! (TIM VISIONER)
Catatan penting lainnya terkait kondisi ini, disaat musim hujan saat ini yang masih berlangsung-nampaknya Pasutri ini masih berada di atas trotoar tersebut. Pasutri ini tidur di atas trotoar tanpa ada ada dinding, Kecuali, meja-meja bekas dijadikannya sebagai penghalang terpaan angin baik siang maupun malam hari. Pun, kondisi ini mendesak Pemerintah setempat segera meninjaunya secara langsung dengan harapan bisa dijawab dengan kerja nyata. Sebab, Pasutri ini adalah manusia yang memiliki hak untuk dilayani secara baik seperti warga-warga lainnya-SEMOGA...!!! (TIM VISIONER)
Tulis Komentar Anda