Aksi Kemanusiaan Pribadi Walikota Bima “Dipolitisir”, Irfan Enggan Sentuh Wilayah Agama

Anggota DPRD Kota Bima Dari PKB, M. Irfan S.Sos

Visioner Berita Kota Bima-Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE, secara pribadi diakui sebagai pengagas perdana di NTB dalam bentuk menyerahkan gaji dan tunjanganya tahun 2019 kepada warga tak mampu. Kegiatan tersebut dimulai dari wilayah Kelurahan Rabadompu Barat Kecamatan Raba-Kota Bima beberapa waktu lalu. Peristiwa kemanusiaan yang sama dan berkofrelayif dengan pemaknaan nilai-nilai kemanusiaan dan Agama tersebut, dilaksanakan di sejumlah lingkungan di wilayah Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasanae Barat.

Pantauan langsung Visioner baik di Media Sosial (Medsos) maupun di dunia nyata menjelaskan, peran-peran kemanusiaan yang dilakukan oleh orang nomor satu di Kota Bima ini disambut secara positif. Bahkan, yang dilakukan oleh Lutfi secara pribadi dalam kaitan itu diharapkan dapat diikuti oleh seluruh Pemimpin di NTB mulai dari Gubernur hingga ke Bupati dan Walikota di kemudian hari. Rata-rata penerima pemberian dari Lutfi ini, menyampaikan apresiasi dan terimakasih. Merekapun berkata, bahwa Lutfi merupakan Pemimopin Daerah pertama khususnya di Bima yang melakukan hal positif dimaksud.

Tetapi anggapan yang berbeda dan dinilai “aneh” justeru muncul dari seorang Politisi sekaligus anggota DPRD Kota Bima dari PKB-sebut saja M. Irfan S.Sos. Politisi yang satu ini, dinilai justeru bereaksi terbalik dengan fakta sambutan publik atas kegiatan kemanusiaan-keagamaan oleh Lutfi secara pribadi ini. Yakni, keghiatan kemanusian dimaksud merupakan bom waktu bagi Lutfi. Celoteh politisi asal PKB ini praktis saja memicu kemarahan publik khususnya di kota Bima baik di Medsos maupun di dunia nyata.

Akibatnya, hingga saat ini di pelatara Medsos dominan nitizen memposisikan Irfan sebagai Politisi yang minim pemahaman tentang nilai-nilai keagaman. Oleh karena, hingga saat ini pula Irfan masih dibully oleh para nitizen. Sementara Irfan mengaku, komentarnya pada salah satu Media Online itu lebih kepada aspek politis dan enggan menyentuh wilayah agama. Betrikut Visioner mengupas pernyataan Irfan dengan konsep wawancara (tanya-jawab).

Visioner: Anda Viral di Medsos?

Irfan: Oh iya, sampai sekarang saya tidak melihat Facebook. Tapi ada yang bilang viral dan ada pula yang menyatakan bahwa saya dibully dan segala macam.

Visioner: Apa Makna bom waktu yang disebutkan tentang kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara pribadi oleh Walikota Bima?

Irfan:Itu kan mazhas hyperbola dalam bahasa Indonesianya. Itu jangan memisahkan antara bom dan waktu.
Visioner: Anda memandang bahwa kegiatan Lutfi itu dalam perspektif, kemanusiaan, agama atau Politik?.

Irfan: Ya dalam perspektif politik dong. Sebab, saya kan orang politik. Masa saya masuk ke wilayah agama, salah dong prespektif itu.

Visioner: Tapi yang anda sentuh adalah wilayah agama?

Irfan: Bukan, saya bukan berbicara agama. Saya berbicara di alur politik. Kalau kita berbicara di alur politik, saya kan masuk di koalisi harus memback up Pak Lutfi itu. Tetapi cara memback up kita di wakil rakyat agar supaya tidak naik ke golongan VI D, sebab saya kan masih golongan III. Kalau kita lompat langsung ke IV D akan diketawain oleh rakyat, DPR itu datang, duduk, diam, duit.
Visioner: Ceritanya anda mau promosi golongan?.

Irfan: Tidak, secara politik dalam pengawalan kami jangan sampaui kunjungan-kunjungan Pak Lutfi baik di tingkat Kelurahan maupun OPD adanya yel-yel itu. Misalnya di OPD ada nyanyian apa gajinya tdak diberikan kepada kami?. Nah itu jadi viralnya orang. Kasihan Walikota yang kita sanjung sebagai pemimpin daerah lalu dijatuhkan oleh oleh masyarakat yang memang ingin diberlakukan seperti itu, maksud saya begitu Pak.

Visioner: Lantas apa relevansinya antara pemberian secara pribadi Lutfi yang lebih kepada aspek kamnusiaan dan agama dengan pernyataan Anda?.

Irfan: Kalau berbicara relevansinya, saya bicara itu supaya ada koreksi dari pak Walikota. Mungkin dengan solusi-solusi yang kita berikan ini bisa tidak terlalu memviralkan hal-hal seperti itu. Kalau berbicara agama, yang namanya sedekah itu ndak perlu diviralkan. Memang betul kegiatan Pak Walikota sudah dipublikan oleh media massa. Tapi, baca baik-baik pernyataan saya di salah satu media itu. Karena, ini adalah bentuk pengawalan kami kepada Pemerintah terutama Eksekutif kan?.
Visioner: Bom waktu yang anda katakan itu apakah pengertianya rusak atau baik?.

Irfan: Kalau berbicara tentang statemen saya di media itu adalah demi kebaikan. Kalau dimaknai bahwa itu adalah keburukan, itu kan persepsi masing-masing pembaca.

Visioner: Statemen anda di media itu sedikitpun tidak menjelaskan tentang pemberian Lutfi tersebut erat kaitannya dengan soal agama dan aspek kamnusian-lantas definisi sesungguhnya?.
Irfan: Kalau persepsi saya, itu prespektif politik. Saya tidak berbicara dalam persepsi, maksud saya jangan sampai yang dilakukan oleh pak Lutfi itu jadi blunder.

Visioner: Anda konsisten bahwa persepsi yang anda bangun di media massa itu adalah politik, artinya bermuara pada suka dan tidak suka (like and dislike), pilih yang mana?.

Irfan: oh nggak juga. Kalau berbicara like and dislike ini, saya berbicara dari konten sebagai wakil rakyat.

Visioner: Anda setuju dengan yang dilakukan oleh Lutfi secara pribadi tersebut?.

Irfan: Saya setuju. Cuman kalau dihitung dari anggaran gaji apakah mampu Lutfi mampu memberikan gajinya kepada seluruh fakir-miskin misalnya sebanyak 60 porsen di Kota Bima ini untuk memenuhi hajat hidup seperti apa yang dilakukan di Rabadompu Barat dan lainnya nantinya, gitu lho. Kalau berbicara pada aspek keadilan, maka masyarakat Kota Bima ingin mendapatkan hal yang sama seperti yang dilakukannya di Rabadompu Barat.

Visioner: Anda bicara soal aspek keadilan, agama, keikhlasan, atau politik?.

Irfan: Silahkan saja ditarik pada aspek yang mana. Semuanya tergantung sungguh kepada penilaian orang. Dan penilaian orang tentu saja berbeda-beda. Kalau bicara soal politik ya silahkan. Kalau berbicara pada aspek keagamaan juga silahkan. Tetapi, saya bicara tentang political willnya pak Lutfi, begitu.

Visioner: Jika bicara soal political will berarti apa yang dilakukan oleh Lutfi tentu saja baik?.
Irfan: Iya, baik. Tapi jangan sampai pada akhirnya berdampak buruk, kan kasihan.
Visioner: Lho, kok Anda masuk ke wilayah kira-kira atau prediksi?.

Irfan: Lha, kan itu wajar. Saya ini kan politisi. Jangan jadi politisi kalau tidak bisa memprediksikan sesuatu. Perhitungan dalam politik tidak seperti matematika. Misalnya, satu ditambah satu belum tentu menjadi dua.

Visioner: Ada kekhawatiran bahwa reaksi anda identik dengan kaum hawa yang sedang dilanda “sakit bulanan” sehingga pada sebuah kondisi lahir hal-hal yang bersifat tempramental?.
Irvan: Oh nggak juga. Sebagai wakil rakyat saya tidak mau naik ke golongan IV D.

Visioner: Tapi langkah promosi itu menjadi wajar ya?.

Irvan: Wajar, semuanya tergantung bagaimana cara bermainya kita di alur politik ini. Ini lebih kepada variabel saja. Kalau berbicara variabel, mau ditarik ke variabel X atau Y. Begini pak, saya mengkritisi pak Walikota itu bukan berarti membenci yang bersangkutan. Kritikan saya itu jangan dimaknai sesbagai sebuah kesalahan. Kami mengkritisi pak Walikota itu kenapa saya harus IV D.

Visioner: Sebagai warga Kota Bima kenapa Anda apresiatif-bangga terhadap apa yang dilakukan oleh Lutfi tersebut karena gerakan mulia dan bahkan perdana di NTB dengan maksud belum pernah dilakukan oleh Pemimpin-Pemimpin lainya?.

Irfan: Ngak, saya menghitungnya secara politik pak. Boleh saja orang berkoemntar seperti itu. Tetapi saya ini memprediksikan jangan sampai kegiatan yang dilakukan hari ini oleh pak Lutfi tidak mampu memenuhi keinginan masyarakat Kota Bima.

Visioner: Begitu sulitkah anda untuk menyatakan bahwa sebagai masyarakat Kota Bima harus berterimakasih dan bangga terhadap apa yang dilakukan oleh Lutfi secara pribadi dalam kaitan itu?.
Irfan: Begini pak, kajian saya setelah sedekah ini diviralkan oleh rakyat di Medsos sehingga saya mengkritisi soal itu bukan soal agamaisnya. Jadi dalam kaitan itu saya berbicara pada aspek politik, bukan ke soal agama.

Visioner: Masih juga enggan berharap agar apa yang dilakukan oleh Lutfi secara pribadi agar hal yang sama juga dilakukan oleh para pemimpin di NTB sebab lebih erat kaitannya dengan nilai kemanusiaan serta agama?.

Irfan: Saya berbicara pada aspek politiknya, tetapi tidak masuk pada wilayah agama. Begini pak, saya ini sudah keliling di Kelurahan-Kelurahan. Dan suara masyarakat di sana menyatakan begini, jangan kemana-mana kalau pak Lutfi datang di Kelurahan Kita. Kita juga akan tagih gaji dan tunjanganya diberikan kepada kita. Nah, inilah kekhawatiran kami yang notabene bahwa kami berada di koalisinya pak Lutfi. Maka oleh sebab itu, dari pada ini meluas ke pilar-pilarnya masyarakat ya saya harus mengkritisi lebih awal dong. Sehingga ini menjadi bahan koreksi apakah ini dilakukan semuanya atau setengah-setengah..  

Visioner: Tetapi masyarakat secara luas terutama yang menerima pemberian secara pribadi oleh Lutfi dalam kaitan itu justeru apresiatif, berterimakasihn dan mengakui bahwa aksi itu sangat mulia-namun ada pula yang bertanya sesungguhnya Anda ini memahami soal agama atau sebaliknya?.

Irfan: Orang yang tidak paham agama adalah yang tidak mengenal Tuhan saja itu. Kalau saya disebut-sebut tidak memahami soal agama terkait kritikan tersebut, itu sifatnya ngarang saja. Dan, stigma yang dibangun tersebut juga bersifat ngarang.

Visioner: Penyebutan bahwa apa yang dilakukan oleh Lutfi tersebut merupakan bom waktu, sehingga ada yang berstigma bahwa anda ini reingkarnasi dari Sang Pencipta yang bisa mengukurnya?.

Irfan: Oh bukan begitu. Kalaupun ada stigma seperti itu ya sifatnya ngarang saja. Orang berstigma apa saja ya silahkan, tetapi saya kan punya hak jawab. Saya ini kan berbicara sebagai wakil rakyat, politisi dan inilah bentuk kepercayaan kami terhadap pak Lutfi sebagai Walikota Bima yang kami dukung baik secara moril maupun materil, ingat-baik itu ya pak. Maka orang yang kami dukung jangan dilepas seperti itu, begitu lho.

Visioner:
Penyesalan publik adalah Anda menarik kegiatan kemanusiaan dan agama yang dilakukan oleh Lutfi secara pribdi tersebut ke wilayah politik (mempolitisir)?. “Nggak juga, dalam kaitan itu saya berbicara politik. Dan dalam hal itu pula, saya tidak berbicara agama. Kalau bicara soal bom waktu, mari memaknai secara. Kalau dimaknai secara agama, ya saya bukan teroris. Yang saya bicarakan bukan ancaman. Tetapi, itulah bentuk kami ini mengusung beliau menjadi Walikota Bima dan memberikan suport dam bentuk memberikan didikan yang membangun dan konstruktif.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.