Puluhan Ribu Personil Rimpu Bangkitkan Kembali Budaya Bima-Berhasil Raih Penghargaan Kelas Dunia

Moment Pawai Rimpu Sambut TNI ke-74 Tahun 2019 dan Penerimaan Museum Rekor Dunia Indonesia Untuk Kota Bima Tahun 2019 (12//10/2019)

Visioner Berita Kota Bima-Rimpu (hijab tradisional) masyarakat Bima yang terbuat dari kain tenunan hasil kerajinan tangan warga di berbagai wilayah baik Kabupaten maupun Kota Bima, diakui sebagai warisanj leluhur sejak ratusan tahun silam. Hanya saja, seiring dengan perkembangan global, Rimpu dengan berbagai corak dan warna ini terkesan hanya ditampilkan pada moment teretntu, hal tersebut dinilai berbanding terbaik pada era dulu.

Rimpu terbaik menjadi beberapa bagian. Ada Rimpu “colo” dan ada pula yang namanya Rimpu “cili”. Rimpu “Colo” ini digunakan oleh kaum wanita dengan memperlihatkan wajahnya. Semetara Rimpu “Cili” yang digunakan oleh kaum wanita Bima dengan hanya memperlihatkan bagian matanya. Dua model Rimpu yang ditampilkan oleh wanita Bima ini, terlihat anggun, elegan dan sangat cantik. Rimppu juga dikenal dengan pakaian penutup aurat bagi wanita Bima baik Kota maupun Kaupaten.

Rimpu yang digunakan oleh wanita Bima ada yang bercorak Nggoli dan ada pula dalam bentuk Salunka. Perpaduan warna Rimpu yang dignakan oleh Wanita Bima, tentu saja berhasil melahirkan sesuatu yang berbeda. Hingga detik ini, Rimpu Nggoli dan Salungka, masih dikenal sebagai keunggulan komperatif masyarakat Bima yang tidak mudah luntur termakan zaman.

Lazimnya, sejak kesan terjadinya pergeseran nilai-Rimpu hanya dimunculkan pada moment-moment tertentu. Misalnya pada saat pawai budaya jelang HUT Kota maupun Kabupaten Bima pada tiap tahunya. Kombinasi antara Rimpu dengan sarung tentuna dengan berbagai corak dan warna yang ditampilkan pada moment-moment tertentu, praktis saja semakin memperindah keindahan dan khasanah ke-Bima-an para wanita Bima.

Bagi kaum pria Bima, pada moment tertentu juga tampil dengan kekhasan Dana Mbojo. Pada moment-moment tertentu, mereka tampil dengan Sambolo, sarung yang terbuat dari tentunan tradisional Bima, dan lainya. Dalam bungkusan kekhasan Bima tersebut, kaum Pria Dana Mbojo terlihat tampil berbeda alias sangat memukau.

Masih soal keunggulan komperatifnya Bima ini, Sabtu (12/10/2019), Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dibawah Pimpinan Walikota-Wakil Walikota, Feri Sofiyan, SH (Lutfi-Feri) dinilai sukses mebngguncang Nusantara dan bahkan dunia. Sebanyak 21165 pasukan Rimpu tampil dengan berbagain corak dan warna. Puluhan ribu prempuan berimpu yang bergabung dengan tidak terlaou banyak kaum pria ini, melakukan long march (jalan kaki) sepanjang sekitar 5 KM mulai dari lapangan Sera Suba hingga Pantai Lawata (penggung penyambutan) oleh Walikota-Wakil Walikota Bima, Ketua DPRD setempat serta seluruh Pimpinan FKPD, Degranasda Kota Bima dan lainnya.

Puluhan ribu personil pasukan Rimpu ini, adalah berasal dari hampir seluruh elemen di Kota Bima. Yakni dari 41 Kelurahan, Organisasi Kewanitaan, Srikandi Lutfi-Feri, BUMN-BUMD, FKPD (Polres Bima Kota, Kodim 1608 Bima, Pengadilan Negeri (PN) Raba-Bima, guru-guru di seluruh sekolah ulai dari SMP hingga SLTA sederajat di Kota Bim, seluruh SKPD-OPD Kota Bima, dari sejumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bima, KNPI Kota Bima, FPKT Kota Bima, berbagai etnis daerah lain yang berdomisili di Kota Bima, Organisasi Keagamaan di Kota Bima, dan lainnya.

Liputan langsung Visioner pada moment long march tersebut melaporkan, panasnya sengatan matahari ternyata tak membuat mereka surut. Kalangan pelajar mulai dari SMP-SLTA sederejat hingga PTS dan seluruh lapisan masyarakat yang terlibat di dalamnya sangat antusias sembari menyatakan apresiasi, terimakasih, bangga kepada Pemkot Bima sebagai penyelenggara kegiatan Pawai Rimpu menyambut HUT TNI ke-74 tahun 2019 ini.

Satu per satu Visioner meminta pernyataan dari seluruh elemen yang terlibat di dalamnya. Mereka mengaku hadir atas panggilan jiwa dalam upaya membangkitkan kembali budaya Rimpu yanjg sudah sekian lama terkesan hilang dari peredaran, kecuali dimunculkan pada moment-moment tertentu. Padahal, budaya Rimpu ini merupakan warisan leluhur budaya sekaligus keunggulan komperatif yang wajib di jaga, dipertahankan dan dilestarikan sampai kapanpun.

Mereka mengaku, keterlibatannya tidak menghabiskan APBD 2 Kota Bima. Tetapi, hadir dengan biaya sendiri-sendiri. Pasalnya, sejak awal di mulainya kegiatan hingga berakhir di pantai Lawata, mereka mengaku seluruh resiko biaya akomodasi dan transportasi selama kegiatan berlangsung adalah bersumber dari dirinya sendiri. Pun mereka menegaskan, kegiatan pawai Rimpu yang diselenggarakan oleh Pemkot Bima ini adalah yang sangat ramai dan mencerminkan keberhasilan Pemerintahan Lutfi-Feri dalam membangkitkan kembali budaya Rimpu yang sudah puluhan tahun terkesan mati di daerah ini.

Oleh karenanya, seluruh elemen yang terlibat pada kegiatan ini mendesak Walikota-Wakil Walikota Bima agar menggelar hal yang sama dalam dua kali setahun. Tak hanya itu, mereka juga mendesak agar kegiatanini diikat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Kota Bima. Karena, hal tersebut dianggap penting sekaligus mampu mengikat agar budaya Rimpu ini menjadi agenda tahun guna mewujudkan cita-cita besar mempertahankan, menjaga dan melestarikan sampaui kapanpun.

Masih dalam liputan langsung Visioner, tiba di pantai Lawata-puluhan ribu personil pasukan Rimpun ini disambut oleh Walikota-Wakil Walikota Bima, Pimpinan SKPD dan Ketua DPRD Kota Bima, Alfian Indra Wirawan, SE di depan panggung utama. Pada moment tersebut, Walikota menyatakan bangga, teri9makasih, dan apresiatis atas keterlibatan puluhan ribur warga pada event sepktakuler ini. “Rimpu merupakan icon dari budaya Bima yang wajib hukumnya di jaga, dipertanahkan dan dilestarikan sampai kapanpun,” tegas Lutfi.

Lutfi menyatakan, keterlibatan puluhan ribu peserta pawai Rimpun ini sama sekali tidak menggunakan APBD 2 Kota Bima. Tetapi, biaya akomodasi dan transportasi ditanggung oleh masing-masing peserta yang berasal dari seluruh kelurahan, Kecamatan, dunia pendidikan, organisasi kewanitaan, organisasi Keagamaan dan lainya di Kota Bima. Terbukti, tiba di Lawata para peserta mengeluarkan sendiri biaya makan-minumnya.

“Keramaian yang maha dahsyat pada pawai Rimpu ini, merupakan cerminan bahwa Bima memiliki keunggulan komperatif  bernama Rimpu yang tentu saja diperhitungan di mata Nasional maupun dunia. Oleh karenaya, dengan tak henti-hentinya yang menyampaikan rasa bangga, aprestiafi dan terimakasih tak terhingga kepada seluruh elemen masyarakat Kota Bima,” paparnya.

Rimpu Bima juga diakuinya sebagai salah satu instrumen pendukung pengembangan dunia wisata. Oleh karena, menjadikan Lawata untuk menyambut6 peserta pawai Rimpu ini juga sangat erat kaitanya dengan pengembangan destinasi wisata Pantai Lawata pula.

“Sebagai orang Bima, kita harus bangga karena memiliki potensi unggulan bernama Rimpu ini. Dan kita harus berterimakasih, karena kegiatan ini berhasil mendapatkan Museum Rekor Dunia Indonesia, bukan Rekor Muri. Penghargaan ini tentu saja menjadi tantangan bagi kita semua untuk terus mempertahankan, menjaga sekaligus melestarikan budaya Rimpu ini. Terimakasih kepada pihak Museum rekor Indonesia (MURI) karena telah hadir di kota Bima sekaligus memposisikan Rimpu ini berada pada level dunia,” ucap Lutfi.

Sementara itu, Manager MURI yakni Triyono menegaskan bahwa terkait dengan pawai Rimpu yang diselenggarakan di Kota Bima bukan memperoleh Rekor MURI. Tetapi, Museum Rekor Dunia Indonesia. “Pawai Rimpu yang diselenggarakan di Kota Bima ini merupakan yang terdahsyat di dunia. Sebab, di belahan dunia manapun kami tidak pernah menemukan adanya pawai Rimpu yang seluar biasa ini. Untuk itu, kami beraharp agar pontensi andalan (keunggulan komperatif) Kota Bima ini terus dipertahankan, dijaga dan dilestarikan sampai kapanpun,” tegas Triyono.  

Lagi-lagi liputan langsung Visioner pada moment tersebut melaporkan, kegiatan tersebut juga ditandai dengan penyerahan piagam Museum Rekor Dunia dan sebuah Buku Tentang MURI oleh Trityono kepada Walikota Bima. Kegiatan itu disaksikan oleh Wakil Walikota Bima, kapolres Bima Kota, Dandim 1608 Bima, Danki Brimob Pelopor Den C Bima, Ketua PN Raba-Bima, Kejari Raba-Bima, Ketua DPRD Kota Bima, Kadis Pariwisata Kota Bima, sekda Kota Bima, Ketua Iswara Kota Bima, Ketua TP-PKK sekaligus Ketuadegranasda Kota Bima dan tamu undangan lainya.

Pada kegiatan pawai Rimpu menyambut HUT TNI ke-74 tahun 2019 ini ini, Walikota-Wakil Walikota beserta isterinya menggunakan pakaan tradisional Bima. Demikian puloa dengan Pimpinan SKPD/OPD beserta jajaranya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Pimpinan FKPD Kota Bima beserta istrinya.

Lepas dari itu, kegiatan spektakuler ini juga memberikan efek positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat khususnya pedagang kaki lima baik di Lapangan Sera Suba, di sepanjang jalan mulai dari Sera Suba-Lawata, para pedagangan makana-minum di pusat pertokoan Kota Bima, para penenun yang di di beberapa wilayah Kota Bima, para tukang ojek, tukang parkir. Betapa tidak, makanan-minuma yang dipajang oleh seluruh pedagang di Pantai Lawata misalnya, habis terjual. Singkatnya, kegiatan ini berkahir pada pukul 13.30 Wita.

Tak hanya itu, moment spektakuler ini juga dirangkaikan dengan penyerahn doorpize kepada undangan melalui kupon berhadiah. Antara lain Dispencer, setrika dan masih banyak lagi hadiah-hadiah hiburan lainya. Kegiatan ini, juga bersumber dari BUMN-BUMD yang ada di Kota Bima. Dari sisi keamanan, kegiatan sejak awal hingga akhir berlangsung dengan aman, sukses dan kondusif. Karena, aparat baik Polri, TNI, Sat Pol PP dan aparat Dinas Perhubungan Kota Bima terlihat mengatur, sekaligus mengawal serta mengamankan pelaksanaan kegiatan secara ketat.

Sementara dinamika terkini terkait kegiatan tersebut, justeru ditanggapi miring oleh sejumlah oknum tertentu pada Media Sosial (Medsos). Sejumlah oknum tesebut menuding bahwa kegiatan tersebut telah mengorbankan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi anak-anak sekolah mulaid ari SMP hingga SLTA sederajat. Namun, tindakan sejumlah oknum di Medsos tersebut justeru diserang balik oleh puluhan ribu warga Kota Bima terutama pada dunia pendidikan. Dunia pendidikan justeru bersuara agar sejumlah oknum tersebut memahami dengan K13. Dan keterlibatan kalangan pelajar dalamm kaitan itu, diakui lebih kepada kegiatan nyata dan erat kaitanya dengan Muatan Lokal (Mulok) serta kearifan lokal.  (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.