Kisah Ini “Sangat Unik”, Petugas RS Gunakan APD Dari Plastik Kresek

Candra Kusuma AP: Itu Karena Stok APD Langka di Indonesia
Hal Unik Ini Diduga Terjadi di RS Sondosia Kabupaten Bima
Visioner Berita Kabupaten Bima-Dampak dari Covid-19 yang diakui kian tersebar di berbagai negara di belahan dunia termasuk di Indonesia, juga berakibat kepada langkanya Alat Pengaman Diri (APD) baik untuk masyarakat umum maupun para petugas pada Rumah Sakit (RS). Kabar terkini yang diterima Visioner menduga adanya sesuatu yang “sangat unik” di RS Sondosia Kabupaten Bima yang berlokasi di Desa Sondosia Kecamatan Bolo.

Bentuknya, para petugas di sana diduga terpaksa menggunakan APD mulai dari bagian kepala, mata dan hidung, baju, celana hingga penutup sepatu yang dibuat dari plastik kresek. Kisah yang satu ini, ditemukan pada postingan sejumlah nitizen melalui Media Sosial (Medsos) pada Rabu (25/3/2020). Postingan tersebut, praktis saja mendapat tangapan beragam dari para nitizen.

Dalam kaitan itu, para nitizen mendesak Pemerintah agar segera mengadakan APD untuk para petugas medis baik pada RS Reguler maupun di RS yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai RS rujukan. Bukan hanya APD yang terbuat dari plastik yang digunakan saat ini oleh para petugas media di RS Sondosia itu. Tetapi, ada juga yang menggunakan jas hujan karena kelangkaan alasan APD.

Masih soal kisah tersebut, masyarakat baik di Medsos maupun di dunia nyata, mendesak agar Pemerintah mulai dari pusat hingga ke daerah untuk lebih peka. Sebab, Covid-19 bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali para petugas di RS (berguru pada tiga personil Dokter yang meninggal dunia karena dampak Covid-19)

Menanggapi kisah unik yang satu ini, Bupati Bima melalui Kabag Humas setempat yakni Candra Kusuma, AP menyatakan bahwa hal itu disebabkan oleh sangat langkanya APD di Indonesia. Menurut Kabag Humas yang juga masuk dalam Satgas Covid-19 di Kabupaten Bima ini, kelangkaan APBD lebih disebabkan oleh ketersediaan APD di seluruh Indonesia yang hingga kini masih dirasakan sangat langka.

“Kabar tentang yang terjadi di RS Sondosia itu, saya sendiri belum mengkrosceknya secara langsung. Namun, hal itu telah beredar di Medsos. Jika itu benar adanya, tentu saja bukan karena unsur kesengajaan dari Pemerintah. Tetapi, dipicu oleh langkanya APBD di seluruh Indonesia,” sahutnya menjawab Visioner, Rabu malam (25/3/2020).

Untuk mempercepat pengadaan APD bagi petugas di RS Sondosia tersebut, Chandra mengaku yakin bahwa Pemerintah telah mempersiapkan anggaran bagi pengadaanya melalui Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima. “Saya yakin bahwa anggaran untuk pengadaan APD bagi para petugas di sana sudah disiapkan melalui Dikes Kabupaten Bima. Perioritas APD bagi petugas, itu hanya pada RSUD Bima yang ditunjuk secara resmi untuk menangani PDP maupun yang terjangkit Covid-19,” terangnya.

Ditanya apakah para petugas yang menggunakan plastik kresek sebagai APD juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia atau sebaliknya, Chanda mengiyakanya. “Hal itu bukan saja terjadi di Bima, tetapi juga di sejumlah daerah di Indonesia. Pemicunya, lebih kepada APD yang hingga kini masih sangat langka. APD ini memang langka di semua daerah. Kalaupun ada, kita harus membelinya di mana?. Yang jelas, semua daerah di Indonesia mengeluhkan kekurangan APD untuk para petugas medis,” kata Chandra.

Chandra menegaskan, RS Sondosia itu bukan RS rujukan. Tetapi, Pemerintah telah menunjuk secara resmi RSUD Bima sebagai RS rujukan bagi PDP maupun yang terjangkit Covid-19. “Terkait kelangkaan ADP ini, koordinasi Pemerintah Daerah (Pemda) dengan Pemerintah Pusat (Pempus) terus dilakukan sampai dengan saat ini. Namun Pempus hanya menyediakan ADP untuk petugas medis pada RS rujukan,” terang Chandra.

Masih soal kelangkaan ADP tersebut, pihaknya mendapat informasi bahwa Pempus sudah siap mengirim ke Bima. Hal ini diakuinya sebagai jawaban atas kelangkaan ADP bagi para petugas medis di Bima. “Kami mendengar bahwa dalam waktu dekat Pempus akan mengirim ADP ke Bima. Ini merupakan jawaban atas kelangkaan ADP bagi para petugas medis di Bima,” ulasnya.

Lepas dari itu, Chandra mengatakan bahwa angka ODP di Bima kini semakin bertambah. Jika sebelumnya ODP di Kabupaten Bima hanya berjumlah 40 lebih orang, namun kini sudah mencapai angka 61 orang. “Dari jumlah 61 orang warga yang berstatus ODP tersebut, semuanya ditangani oleh masing-masiung Puskesmas yang ada di Kabupaten Bima. Mereka (61 orang) warga yang berstatus ODP itu bukan berarti sudah terjangkit oleh Covid-19. Yang jelas, sampai dengan saat ini belum satupun warga di Kabupaten Bima yang dinyatakan postif terjangkit Covid-19,” tutur Chandra.

Masih soal ODP, sejak awal pihaknya bersama Satfas Gugus Tugas Pengendalian Covid-19 masih terus melakukan pengawasan di berbagai pintu masuk mulai dari jalur darat, Udara maupun di pelabuhan. “Bagi warga Bima dari luar daerah terutama di daerah yang diduga terjangkit Covid-19 agar senantiasi melaporkan diri kepada petugas yang btelah ditunjuk secara resmi oleh Pemerintah. Salah satunya, yakni melalui Dinas Kesehatan. Selanjutnya, mereka akan kami pantau,” desaknya.

Pertanyaan sekaligus keresahan masyarakat terhadap salah seorang pasian PDP asal salah satu desa di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, pun kini terjawab secara resmi. Dalam kaitan itu, Chandra menegaskan bahwa yang bersangkutan meninggal dunia biukan karena Covid-19. “Tetapi berdasarkan hasil swab, yang bersangkutan meninggal dunia karana gagal ginjal dan TBC,” ucap Chandra. (TIM VISIONER

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.