Korban Tuduhan Dukun Santet di Kawuwu Datang ke Polres Bima Kota dan Ngaku Kenal Seorang Pembacok

Korban, A. Latif Didampingi Oleh Dua Orang Anak Kandungnya Saat Memberikan Keterangan Kepada Penyidik Polres Bima (20/2/2021)

Visioner Berita Kabupaten Bima-Peristiwa pembunuhan tragis terhadap seorang Nenek dan suminya (A. Latif) disambar menggunakan para pada bagian kakinya namun sampai sekarang masih hidup, hingga kini masih segar dalam ingatan publik khususnya di Bima. Pada peristiwa yang terjadi Minggu lalu itu, rumah Pasangan Suami Istri (Pasutri) itu dibakar hingga rata jadi tanah oleh terduga pelaku lebih dari satu orang.

Pertanyaan tentang siapa terduga pelaku dalam kasus tergolong sadis itu, kini diinformasi sudah mulai menunjukan titik terangnya. Dan kerja keras pihak Polres Bima Kota melalui Kasat Reskrim di bawah kendali Iptu Hilmi Manossoh Prayugo, S.IK juga dijelaskan tentang titik terang terduga pelakunya. Upaya olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) oleh Polisi pun sudah dilaksanakan.  

Hanya saja, sampai dengan sekarang Polisi belum bisa membongkar idetintas terduga karena pertimbangan tertentu. Namun identitas terduga pelaku dengan informasi yang dipegang oleh Polisi saat ini, ditengarai sama. Hanya saja, Polisi enggan gegabah dalam mengungkapo misteri dibalik peristiwa kejahatan kriminal yang tergolong sadis itu.

Sabtu siang (20/2/2020), media online visionerbima.com menemukan seorang kakek bernama Alatif bersama anak-anak dan keluarganya di depan ruangan Pidana Umum (Pidum) Sat Reskrim Polres Bima Kota. Dengan kaki yang pincang sebelah karena luka bacokan itu, secara perlahan A.Latif diboyong oleh anak-anak dan keluarganya menuju ruang Pidum.

Untuk meretas rasa penasaran, visionerbima.com pun meminta izin kepada Penyidik untuk mewawancarainya. Dengan didampingi oleh kedua putranya, sembari menggulung tembakau dengan daun rotan-ia pun mempersilahkan untuk diwawancara.

“Saya dipanggil Polisi untuk memberikan keterangan terkait kasus ini. Saya sangat sedih karena istri saya tewas dibacok oleh pelaku. Saya kenal seorang pembacok saya dan istri saya. Sementara seorangnya lagi saya melihatnya sedang berdiri tidak jauh dari TKP (jaraknya sekitar 10 meter dari TKP). Wajahnya terlihat jelas saat terkena cahaya senter,” ungkapnya.

Kakek tua renta ini kemudian mengungkap, peristiwa pembacokan hingga menewaskan istrinya disaat dirinya turun dari tangga rumahnya, tepatnya rumahnya sedang dilapap oleh si jago merah (api).

“Kami turun dari rumah melalui tangga disaat api menjalar pada bagian atapnya. Namun seberlum peristiwa pemkaran itu terjadi, lemparan batu bertubi-tubi pada bagian atap rumah,” bebernya.

Tudingan dukung santet yang diarahkan hingga terjadi peristiwa terjadi pembunuhan terhadap istrinya, diakuinya sangat jauh dari kehidupanya. Terlepas dari tuduhan tersebut tidak memiliki bukti secara yuridis, namun kakek ini mengaku selalu dengan dekat Allah SWT (taat dalam beribadah).

“Insya Allah sampai dengan detik ini, saya tidak pernah meninggalkan Sholat liwa waktu. Begitu juga dengan istri saya sebelum dibacok dan kemudian meninggal dunia secara tak wajar,” tandasnya.

Motif dari peristiwa tragis tersebut, hingga detik inipun belum diketahuinya. Sementara hubungan kemanusiaan antara dirinya dengan terduga pelaku, baik selama ini maupun sebelum kejadian itu berlangsung diakuinya baik-baik saja. Adakah kaitanya dengan dugaan soal tanah?. “Saya tidak tahu. Dan sayapun tidak tahu apa yang menjadi penyebab dari peristiwa ini,” sahutnya.

Pada moment di ruang Pidum Sat Reskrim Polres Bima Kota itu, anak kandung korban yang Syafrudin juga mengaku mengenal dua orang di TKP disaat rumah itu dilalap oleh api. Namun iang mengaku tidak melihat siapapun disaat ayahnya dan ibunya dibacok.

“Saat rumah ayah kandung saya dilalap oleh api, saya melihat ada dua orang di TKP. Tetapi saya tidak tahu apakah keduanya terlibat dalam kasus pembakaran rumah dan pembacokan terhadap ayah saya, dan ibu saya hingga meninggal dunia,” ungkapnya.  

Terkait peristiwa tragis yang mengorbankan kedua orang tuanya ini, ia berharap agar Polisi segera mengungkap para terduga pelakunya.

“Hukum harus dijadikan Panglima, dan kami sudah menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus ini kepada aparat penegak hukum. Dan kami percaya bahkan sangat yakin bahwa Polisi mampu bekerja dengan baik dalam mengungkap terduga pelakunya, dan motif dibalik kasus ini. Berbicara sedih, saya kira publik juga meneteskan air mata atas peritiwa kejahatan kriminal yang menimpa kedua orang tua kami ini,” tuturnya.

Hal yang sama juga ditegaskan oleh anak kandung korban yakni Abdul Malik. “Kesedihan terkait perisrtiwa tragis dimaksud bukan saja ada pada kami sebagai anak-anaknya. Tetapi hal yang sama juga dirasakan oleh publik. Kami khususnya dan publik pada umumnya, tentu saja menitipkan harapan besar kepada Polisi untuk mengungkap, penangkap dan memenjarakan para pelakunya,” harapnya.

Malik kemudian menegaskan, tuduhan sebagai dukun santet hingga kedua orang tuanya diperlakukan secara tak manusiawi sangatlah tidak mendasar. Bukti-bukti atas tuduhan dukun santet hingga melukai aya ayahnya dan menewaskan ibunya, hingga saat ini tak ada yang mampu membuktikanya.

“Tuduhan itu sangatlah tidak mendasar. Bukti-bukti dari tuduhan tersebut, hingga detik ini tidak bisa ditunjukan oleh siapapun. Ayah saya taat beragama, pun demikian halnya dengan Almarhum ibu saya. Sekali lagi, sungguh tuduhan itu sangatlah tidak logis. Oleh sebab itu, kami dan kita semua tentu saja menitipkan harapan besar agar Polisi mengungkap identitas para pelakunya, dan motif yang mendasari kasus ini,” pintanya.

Peristiwa pembacokan hinga berakibatkan kepada tewasnya terhadap warga di sana yang diawali oleh tuduhan dukun santet hingga memakan korban jiwa, diakuinya bukan saja terjadi pada ayah dan Almarhum ibunya. Tetapi, peristiwa yang sama menimpa juga menimpa kakak dari A.Latif yakni Taher (64). Peristiwa itu terjadi pada tahun 2003.

“Ua kami (Taher) dituduh sebagai dukun santet. Ia dibacok pada bagian tangan dan kakinya hingga tewas di tempat. Kejadian itu berlangsung pada malam hari. Dan kasus itu sudah dilaporkan ke Polisi oleh Khairul selaku anak kandung dari Ua Taher. Hanya saja, sampai dengan detik ini belum juga terkuak siapa pelakunya. Dan sudah sejauhmana penanganan kasus tersebut, hingga detik ini kami tidak tahu,” terangnya.

Secara terpisah, Kapolres Bima Kota melalui Kasat Reskrim setempat, Iptu Hilmi Manossoh Prayugo S.IK yang dimintai komentarnya menjelaskan bahwa penanganan kasus ini masih dalam wilayah penyelidikan.

Sementara langkah-langkah hukum yang sudah dilakukan oleh pihaknya, antara lain melakukan olah TKP dan memintai keterangan terhadap sejumlah saksi, termasuk A.Latif sebagai saksi korban.

“Kasus ini sedang didalami, dan ada titik terangnya. Berikan kesempatan kepada kami untuk bekerja dalam menanganinya. Yakin dan percaya saja bahwa Polisi bekerja secara serius, profesional, terukur dan bertanggungjawab dalam penanganan perkara kejahatan termasuk yang menimpa A.Latif dan Almarhum istrinya. Aspek penegakan hukum dalam penanganan setiap kejahatan, tentu saja bersifat mutlak,” tegas Hilmi.

Pada saat olah TKP yang sudah dilakukan oleh Penyidik, diakuinya tidak menemukan adanya bukti atas tuduhan sebagai dukun santet terhadap A.Latif dan Almarhum istrinya.

“Pada olah TKP, kami tidak menemukan adanya bukti atas tuduhan yang diarahkan kepada A.Latif dan Almarhum istrinya. Sedangkan sejumlah alat bukti terkait kasus dimaksud sudah kami amankan di Mapolres Bima Kota,” terang Kasat yang dikenal santai tetapi mampu mengungkap sejumlah peristiwa kejahatan kriminal dalam wilayah hukum Polres Bima Kota ini.

Kasat Reskrim yang dikenal tak banyak bicara tetapi memiliki kekayaan strategi dalam pengungkap peristiwa kejahatan luar biasa ini kembali menegaskan, menyelesaikan setiap masalah dengan cara main hakim sendiri, apalagi memakan korban jiwa merupakan pelanggaran pidana yang tidak bisa ditolerir.

“Agama manapun tidak menganjurkan membunuh sesama. Jika ada masalah, maka selesaikan secara hukum karena kita semua hidup di negara hukum (NKRI). Hukum tak pernah mentolerir setiap pelaku kejahatan. Tak ada kejahatan yang sempurna tetapi, tetapi pasti meningglkan jejak. Pun demikian halnya dengan kasus yang mengorbankan A.Latif dan Almarhum istrinya,” pungkas Hilmi. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.