BSI Akan Bertindak Setelah APB Jadi Tersangka, Komunitas Trabas Nyatakan Dukungan Kepada Yatim-Piatu AH

Ketua IKS Bima: Yang Ngotot Menolak Nikah Adalah Orang Tua APB, Bukan APB

APB dan AH di Masa-Masa Mesranya

Visioner Berita Kota Bima-Kasus dugaan menghamili AH (N) oleh oknum pegawai Bank Syari’ah Indonesia KCP Kartini Kota Bima yakni APB, hingga kini masih menjadi trending topik dalam pembahasan berbagai pihak baik di dunia nyata maupun di ranah Media Sosial (Medsos). Para Nitizen di Medsos misalnya, terpantau melancarkian berbagai tudingan miring terhadap APB karena ogah mempertanggungjawabkan dugaan perbuatanya terhadap AH yang diketahui sudah tak punya ayah dan bunda (yatim-piatu).

Para nitizen mendesak APB untuk menikahi AH sebagai bentuk pertanggungjawabanya. Yang lebih membuat para nitizen marah adalah ketika membaca berita tentang dugaan keinginan APB untuk menggugurkan janin berumur dua bulan dalam perut AH. Tak hanya itu, berbagai pihak lain mengaku sangat menyayangkan dugaan bahwa APB ingin memberikan uang sebesar Rp20 juta kepada AH dengan sejumlah persyaratan.

Yakni AH mencabut laporan kasus dugaan penganiayaan yang sedang ditangani secara intensif oleh Penyidik Pidum Reskrim Polres Bima Kota, berdamai dan kemudian enggan menikahi AH. Hal tersebut dianggap oleh berbagai pihak adalah sama seperti memperlakukan AH sebagai perempuan “tidak biasa”. 

Lepas dari itu, catatan penting Visioner menguak adanya pengakuan AH di hadapan Penyidik Polres Bima Kota yakni akan menikahi AH dengan dan selanjutnya perkaran dugaan penganiayaan dimaksud dicabut. Di hadapajn Penyidik Polres Bima Kota, APB disebut-sebut sanggup menikahi AH melalui Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Bima namun tidak boleh dipublikasikan.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, APB merubah pengakuanya. Yakni enggan menikah dengan AH dan tidak pernah berhubungan dengan AH. Namun fakta-fakta dalam bentuk foto maupun video, nampak jelas adanya kemesraan antara APB dengan AH. Foto-foto dimaksud dilakukan di luar rumah, sementara sejumlah Video singkat (bukan mesra) terlihat seperti direkam dalam kamar kos.

Tim Advokasi PUSPA Kota Bima, A. Wahab SH yang sejak awal hingga sekarang masih mendampingi AH menegaskan bahwa APB sangat tidak konsisten dengan pengakuanya. Maksudnya, pengakuan APB selalu berubah-ubah.

“Dihadapan Penyidik Polres Bima Kota, ia mengakui perbuatanya dan berjanji akan menikahi AH. Namun belakangan ini, merubah lagi pengakuan dan perjanjianya itu. APB berjanji akan menikahi AH dalam waktu dekat dengan catatan bahwa laporan AH terkait kasus penganiayaan yang sedang ditangani Polisi itu dicabut. Kami dan AH siap mewujudkan permintaan APB itu. Namun belakangan ini, anak itu (APB) munafik alias tidak mewujudkankan janjinya menikahi AH,” timpalnya.

Dalam kasus ini, pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar APB mempertanggungjawabkan perbuatanya. Namun berbagai upaya itu ternyata sia-sia. Sementara kasus dugaan penganiayaan yang tengah ditangani Polisi itu, harus terus dilanjutkan. Sebab, tak ada alasan lagi bagi pihaknya untuk mencabut perkara dimaksud.

“Kasus ini harus dilanjutkan sampai tuntas. Kami berharap agar Polisi segera menetapkan APB sebagai tersangka dalam kasus ini. Penegakan supremasi hukum dalam kasus ini tetap bersifat mutlak. Dan kami di PUSPA percaya dan bahkan sangat yakin bahwa Polisi akan bekerja secara profesional, bertanggungjawab dan terukur dalam menangani perkara ini,” ujarnya.

Selama mendampingi AH, pihaknya menemukan adanya AH tentang adanya rencana APB untuk mengaborsi janin dalam kandungan AH, dan hal itu juga ada saksinya. Tak hanya itu, APB juga ingin memberikan uang sebesar Rp20 juta terhadap AH dengan catatan AH mau menerima damai, mencaput laporan penganiaan di Polres Bima Kota dan selanjutnya APB tidak menikahiAH.

“Hal tersebut sungguh menjijikan dan jauh dari nilai-nilai penting bagi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Apa makna dari tawaran APB terhadap AH tersebut, biarkan publik yang menilainya. Namun bagi kami di PUSPA Kota Bima, hal tersebut sungguh bertabrakan dengan nilai-nilai penting bagi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Sekali lagi, kami tetap mendesak APB segera memenuhi janjinya menikahi AH. Sebab yang mencintai dan yangdiduga kuat menghamili AH adalah APB, bukan orang lain,” desaknya.

Kekesalan atas dugaan perlakuan APB terhadap AH, bukan saja datang dari para Nitizen di Medos. Namun hal yang sama juga terjadi di dunia nyata. Sejumlah Trabaser dari berbagai club motor trail khususnya di Bima, mendesak APB untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya.

“Pribadi AH adalah sosok yang sangat baik. Dia tidak macam-macam. Jika ada yang nmenyatakan bahwa AH adalah wanita “tidak biasa”, maka segera tarik kembali asumsi buruk dan tak bertanggungjawab tersebut. Sebaliknya, tentu saja kami dari Trabaser akan marah besar. Sekali lagi, kami ingatkan kepada APB agar mempertanggungjawabkan perbuatanya, menikahi AH dan mengakui bahwa janin dalam kandungan AH tersebut adalah hasil darihubungan mereka berdua,” desaknya.

Para Trabaser ini menduga bahwa penolakan APB untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya lantaran sesekali AH tampil sebagai gadis payung (Umbrella Girls). Jika itu yang menjadi ukuran penolakan bagi APB dan keluarganya untuk menolak mempertanggungjawabkan janin yang ada dalam perutnya AH merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar.

“Ingat, dalam catatan kami sebagai penggila motor trail sesungguhnya AH bukanlah wanita nakal. Tetapi dia benar-benar mencari nafkah yang halal dan bekerja secara profesional sebagai bentuk tanggungjawabnya. Untuk itu, kami menegaskan agar APB bertanggungjawab atas janin yang sedang dikandung oleh AH. Jangan maunya enak saja, sementara setelah AH hamillalu ia buang begitu saja,” desak sejumlah personil Traaser kepada Visioner, Rabu (24/3/2021).

Bagi para Rider (Trabaser) ini merupakan sosok yang ramah, baik, suple, tidak macam-macam dan bisa menjaga diri. Untuk diketahui, Trabaser mengingatkan bahwa gadis payung merupakan icon daya tarik bagi suksesnya sebuah kegiatan otomotif di manapun.

“Trkait penilain miring org tua si APB terhadap kehidupan gadis payung yg menjadi profesi si N, beberapa penggila motor trail yg mengenal N yg dimintai tanggapan menyatakan sangat keberatan aras penilaian tsb, mrk menganggap umbrella girl/gadis payung adalah sebuah profesi yg dituntut bekerja profesional, krn mrk meripakan sebuah icon daya tarik bagi suksesnya sebuah kegiatan event otomotif dimanapun, Sementara mengenai pribadi Si N, menurut penilaian para rider yg  sangatlah trtutup, tdk pernah macam2, di kenal ramah dan supel kpd semua pecinta otomotif di bima-dompu yg mengenalnya.

Terkait peristiwa yang menimpa AH, para Rider ini mengaku sangat terkejut. Oleh karenanya, pihaknya mendesak agar APB mempertanggungjawabkan perbuatanya. Dan AH sudah merupakan bagian dari keluarga bagi para pecinta otomotif di Bima, Dompu dan Sumbawa.

“Untuk itu, lagi-lagi kami ingatkan kepada APB dan keluarganya untuk segera menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan, dan segera menikahi AH secara Agama. Dan jika APB masih bersih keras untuk menolak mempertanggungjawabkan perbuatanya dalam kaitan itu, maka tidak tertutup kemukinan bahwa kami akan datang ke rumahnya guna memintai pertanggungjawabanya,” imbuhnya.

Sedangkan upaya yang dilakukan oleh Ketua Ikatan Keluarga SAMAWA Bima yakni Abdullah HZ, SH untuk memfasilitasi agar APB mempertanggungjawabkan perbuatanya justeru sia-sia. Yang menolak keras APB menikahi AH adalah orang tuanya APB sendiri.

“Ya, orang tuanya APB tidak setuju APB menikahi AH. Dan saat saya mendatangi rumahnya dan memberikan berbagai bentuk penjelasan bagi secara norma, Agama, budaya dan lainya justeru yang menanggapinya adalah oran tuanya APB, bukan APB. Sementara apa yang menjadi latar belakang bagi penolakan tersebut, sama sekali tidak mereka jelaskan kepada saya selaku Ketua IKS di Bima,” ungkap Abdullah kepada Visioner, Kami (25/3/2020).

Pada moment pertemuan tersebut, Abdullah yang juga menjabat sebagai Sekretaris Perbakin Kota Bima ini mengaku berkali-kali mempertanyakan APB tentang benar atau tidaknya ia menghamili AH. Namun pertanyaan tersebut, diakuinya sama sekali tidak dijawab oleh APB.

“Berkali-kali saya mempertanyakan hal itu, APB hanya diam saja. Maksudnya, tak satu pertanyaanpun yang ia jawab. Dan beragam penjelasan baik secara norma, Agama, budaya dan lainya terkait kasus ini pun sama sekali tidak ditanggapi oleh APB. Kecuali, yang ngotot menyikapinya adalah orang tuanya APB. Melalui kesempatan ini, saya mohon maaf kepada pihak Bhabinkamtibmas Monggonao, Puspa Kota Bima dan lainya karena tidak mampu mewujudkan harapan untuk menikahi APB dengan AH,” pungkas Abdullah.

Pertanyaan tentang  bagaimana sikap dari BSI KCP Kartini Kota Bima, kini mulai terjawab. Kepada sejumlah Awak Media, Branch Operation and Service Manager BSI KCP Kartini Bima menengaskan bahwa dugaan yang dilakukan oleh APB dalam kaitan itu bersifat individu alias tak ada kaitanya dengan BSI. Namun demikian, pihaknya akan mengambil langkah-langkah penting setelah APB telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak Polres Bima Kota dalam kasus yang dilaporkan oleh AH.

Untuk itu, saat ini pihaknya belum bisa mengambil tindakan karena status hukum APB masih sebagai terduga. “Dugaan yang dilakukan oleh APB terhadap AH sama sekali tidak ada kaitanya dengan BSI. Tetapi, sampai sekarang dia masih sebagai Karyawan di BSI ini. Sekali lagi, kasus itu bersifat pribadi tetapi ia bekerja di BSI ini,” tegas Ida, Rabu (24/3/2021).

Ida menegaskan, ketika APB telah ditetapkan sebagai tersangka dan divonis bersalah oleh pihak Pengadilan dalam kasus ini tentu saja akan ada sanksi tegas dari Managemen BSI. Sanksi tegas dimaksud ujarnya, bisa saja nantinya dalam bentuk pemecatan.

“Kita akan terus mengikuti perkembangan terkait penanganan kasus ini. Sekali lagi, kita tidak boleh mengkaitkan masalah yang bersifat individualistis dengan Managemen BSI. Dan dugaan yang terjadi dalam kaitan itu adalah masalah di luar BSI,” ujarnya.

Hal lain yang dihimpun oleh Visioner mengungkap, diduga ada perbedaan status sosial antara APB dengan AH. APB di sebut-sebut  lahir dari keluarga “berada”. Sementara AH adalah anak Yatim-Piatu, hidup bersama kakaknya kandungnya di Alas Sumbawa, dan di Kota Bima hanya tinggaldi rumah kos. Sementara standar ekonomi dalam kehidupan AH disebut-sebut biasa saja. Namun apakah soal perbedaan status sosial tersebut yang menjadi alasan bagi APB dan keluarganya untuk menikahi AH, hingga kini masih menjadi pertanyaan besar berbagai pihak khususnya di Bima.

Catatan lain yang diperoleh Visioner dari sejumlah sumber, mengungkap bahwa baru-baru ini APB ingin menikahi seorang wanita lain. Namun, rencana tersebut disebut-sebut batal dilaksanakan setelah wanita lain tersebut mengetahui bahwa AH hamil karena diduga dilakukan oleh APB. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.