Gaji Tak Cukup, Guru Honorer di Kota Bima Ini Nyambi Jadi Tukang Ojol Demi Menyambung Hidup

Inilah Guru Honorer Yang Nyambi Jadi Tukang Ojol di Kota Bima Bernama Anita

Visioner Berita Kota Bima-Zaman terus berkembang. Tuntutan hidup pun diakui semakin tinggi. Oleh karenanya, butuh kecerdasan dan kemampuan untuk untuk menangkap serta menjemput rezeki halal untuk menutupi kebutuhan hidup baik untuk diri sendiri maupun keluarga.

Sementara krisis ekonomi khususnya di Bima, bukan saja terjadi sejak krisis moneter melanda dunia termasuk di Indonesia. Tetapi juga dinilai diperparah oleh oleh peristiwa Covid-19 yang belum kunjung usai.

Menjadi pegawai terutama yang berstatus honorer dengan gaji bulanan yang tela ditentukan oleh Pemerintah, acap kali diakui tak mampu menutupi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, tak sedikit pegawai terutama di Bima yang harus memanfaatkan ruang lain demi menyambung hidup baik bagi dirinya sendiri maupun keluarganya.

Kisah ini sama persis dengan yang dialami oleh seorang guru honorer pada TK Negeri (TKN) 08 Kota Bima yakni Anita (36). Pengabdianya pada dunia pendidikan tersebut (menjadi guru), dijelaskan bukan hal baru. Tetapi sejak tahun 2010 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini.

Sebagai guru honorer gajinya sebulan tentu saja tak cukup untuk menghidupi keluarganya. Oleh karenanya, Anita harus membanting tulang mencari ruang lain untuk menambah biaya kehidupan bagi keluarganya. Yakni bekerja sampingan (nyambi) menjadi tukan Ojek Online (Ojol).

Kendati nyambi sebagai tukang Ojol, Anita mengaku tak pernah mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Soal gaji sebagai guru honorer yang diterimanya tiap tahun, diakuinya hanya sebesarRp2 juta. Dan gaji yang diterimanya tiap tahun itu bersumber dari dana Komite dan dana Bantuan Operasional (BOP).

Pada dunia pendidikan tersebut, ia mengaku tak menerima gaji pada tiap bulan. Namun menerimanya dalam dua tahap per tahunya alias per enam bulan sekali. Sementara aktivitasnya sebagai guru pada TKN tersebut diakuinya dilaksanakan selama lima hari dalam seminggu. Namun per harinya, Anita mengaku menghabiskan waktu selama lima jam untuk mengajar.

“Alhamdulillah sekarang gaji saya bisa sampai Rp1 juta hingga Rp2 juta per tahun. Gaji tersebut diterima dalam dua tahap. Yakni per enam bulan sekali,” ungkap Anita kepada sejumlah Awak Media, Kamis (1/9/2022).

Terang Anita, di TKN tersebut ia mengajar sebanyak 30 anak didik. Usia anak didiknya tersebut beragam. Yakni mulai dari empat tahun hingga enam tahun. Anita kemudian mengulas kisah yang dinilai menyedihkan. Yakni di sekolah itu pernah menerima gaji sebesar Rp600 ribu per tahun.

Tetapi seiring dengan perjalanan waktu, sejak tiga tahun silam sampai sekarang dia mengaku diberi gaji sebesar Rp1 juta hingga Rp2 juta per tahunnya. Namun demikian, diakuinya tak mampu menutupi kehidupan keluarganya untuk sehari-hari. Tanggungjawab Anita bukan saja untuk anak-anaknya, tetapi juga terhadap kedua orang tuanya yang kini sudah tua renta.

“Itu baru soal makan-minum untuk diri saya dan kedua orang tua, belum lagi soal membayar biaya listrik tiap bulan. Karena gaji tersebut tak mampu mencukupi kebutuhan keluarga dan kedua orang tusa, saya harus mencari peluang lainya untuk mendapatkan penghasilan tambahan,” ujar Anita.

Yakni dengan caca menjadi tukan Ojol di Kota Bima. Hal tersebut dilakukanya, diakuinya guna menyambug hidup bagi dirinya, anak-anaknya dan kedua orang tuanya yang sudah tua renta.

“Sebenarnya bicara soal gaji, tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan kedua orang tua. Biaya hidup sekarang, kan semakin tinggi, Seiring dengan perkembangan zaman, harga apapun kini semakin mahal pula. Untuk itu, saya harus nyambi menjadi Ojol di Kota Bima. Itu dimaksudkan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan hidup bagi dirinya kedua orang tua,” tandas Anita.

Meski menerima gaji yang dinilai kecil, Anita menegaskan tak ingin berhenti mengajar. Baginya, mengajar bukan sekadar hobi atau cara untuk mendapatkan uang. Tetapi sebuah panggilan jiwa untuk mendidik anak bangsa di Kota Bima. Kendati dihadapkan dengan kondisi yang dinilai serba pelik, Anita menyatakan sangat senang dan bahkan masih menjiwai profesinya sebagai guru.

“Saya ikhlas mengajar. Bukan gaji yang kita tuntut. Bagi saya pendidikan anak-anak itu sangat penting. Kebetulan saya senang dan nyaman bersama anak-anak didik. Atas hal itu, kendati tidak digaji sekalipun tidak ada masalah bagi saya,” terang Anita.

Anita kemudian menjelaskan, kesejahteraan guru honorer khususnya di Kota Bima masih terpuruk. Itu ibarat api yang jauh dari panggang. Lebih jelasnya, hal itu tidak berbanding lurus dengan jasa guru yang mengajari murid mulai dari titik nol hingga ke puncak kesuksesan.

“Gaji yang kita dapat dari guru honorer masih jauh dari kata layak. Harusnya ini ada perhatian serius dari Pemerintah,” harapnya.

Atas penghasilan yang dinilai minim itu, Anita kini harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan sampingan pun dilakukannya. Bahkan apa saja ia kerjakan demi bertahan hidup (dengan cara yang terpuji). Antara lain mencari penghasilan tambahan dengan dengan cara menjadi tukang Ojol.

"Bagi saya, yang penting dapat penghasilan, apa saja saya kerjakan, termasuk menjadi tukang Ojol. Ini aktivitas saya sehari-hari selain jadi guru,” papar Anita.

Kini, Anita memiliki dua kesibukan. Pagi hingga siang, ia menjadi guru dan sore hingga malam menjadi tukang Ojol.

"Menjadi tukang Ojol ini hanya kerja sampingan untuk nambah penghasilan. Mau atau tidak mau, ini harus dijalani. Jika hanya mengandalkan penghasilan dari guru honorer tersebut, tentu saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup,” ucap Anita.

Anita menjelaskan, menjadi tukang Ojol yang dilakoninya selama bertahun-tahun itu tidak akan mengganggu perkerjaan utamanya. Dia mengaku tidak akan meninggalkan tugasnya sebagai guru, meski siang hingga malam menjadi tukang ojek.  

“Setiap harinya saya dituntut masuk sekolah dari pukul 07.30 Wita sampai pukul 11.00 Wita untuk mengajar. Selepas mengajar, saya langsung menjadi tukang Ojol. Menjadi tukang Ojol, kadang-kadang sampai malam, itu tergantung panggilan dari penumpang,” ungkap Anita.

Menjadi tukang Ojol, setiap hariunya Anita mengaku bisa mendapatkan uang sebesar Rp70 ribu. Namun juga diakuinya terkadang sepi. Namun yang pasti, nyambi menjadi tukang Ojol tersebut diakuinya sangat membantunya.

“Dalam satu hari, biasanya saya dapat cuma Rp 70 ribu. Tapi kadang saat sepi bisa di bawah itu. Tapi yang pasti ini sangat membantu, ya dari situ sumbernya,” ulasnya.

Dijelaskan bahwa Anita merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Ia tinggal di sebuah rumah sederhana di Lingkungan Penaraga bersama ayah dan ibunya. Kondisi orang tua yang sudah tua renta mengharuskan Anita bekerja keras demi menyambung hidup.

Ia banting tulang dan bekerja apapun demi menafkahi keluarga. Semua perjuangan keras itu harus ia lakukan. Kedua orang tuanya, sehari-hari hanya bisa menikmati masa tuanya di rumah karena usianya yang tak memungkinkan untuk mencari nafkah.

“Ayah saya dulu jadi kusir delman, dan kini sudah tua. Karena kondisinya yang demikian adanya, saya harus berjuang sendiri,” tandasnya lagi.

Ia menceritakan, ada suka duka menjadi tukang Ojol.  Demi memenuhi kebutuhan hidup, Anita rela kehujanan dan kepanasan saat menyusuri jalanan di Kota Bima serta membelah padatnya jalan raya.

“Itulah liku-liku kehidupan yang harus saya jalani. Semua dilakukan dengan cara yang halal demi kehidupan keluarga,” tandasnya lagi.

Nyambi sebagai tukang Ojol, diakuinya hingga kini masih dilakoninya. Selain itu, demi menyambung hidup ia juga memanfaatkan peluang lain yakni dengan cara berjualan secara online.

“Semua saya kerjakan, kadang jual kue di sekolah. Yang penting ada penghasilan buat makan. Istilah gengsi telah saya kesampingkan sejak dulu. Sebab, yang terpenting adalah berjuang di njalan halal demi diri saya sendiri dan keluarga saya,” tegasnya.

Anita kemudian menambahkan, pekerjaan sampingan yang dilakukan itu juga telah diketahui oleh banyak orang, termasuk guru-guru dan Kasek di TKN dimaksud. Dan hal itupun diakuinya direspon secara positif oleh para guru serta Kasek setempat.

“Mereka semua mendukung saya, tetapi tidak boleh meninggalkan profesi utama sebagai guru. Dan Insya Allah saya masih akan terus menekuni profesi sebagai guru honorer. Dan juga tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan sebagai tukang Ojol. Ini semua dilakukan demi menyambung hidup bagi diri saya dan keluarga saya,” pungkas Anita.

Catatan pentingnya, tak banyak orang yang seperti Anita. Yang dilakukan oleh Anita adalah sungguh mulia jika dibandingkan dengan sejumlah perempuan yang terlibat bdalam kasus Narkoba, Miras, Penipuan dan tindak pidana kejahatan lainya yang terperosok ke dalam penjara hanya karena menempuh cara paling instant untuk menyambung hidup. Bravo Anita, teruslah menjadi pejuang tangguh. Jangan ada kata menyerah, apalagi lelah. Dan semoga lelahmu menjadi Lillah. (TIM VISIONER) 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.