Kejayaan Bandar Bima

Foto : Pelabuhan Bima Yang Hening Dari Tanjakan Pantai Ule Kota Bima.

Oleh : Alan Malingi 

Bima adalah kerajaan agraris sekaligus maritim. Abad XV Kejayaan agraris dan maritim Bima dimulai. Kala itu kebijakan pembukaan sawah baru dimulai dan menjadikan Bima sebagai kerajaan lumpung pangan di nusantara timur.  Armada Laut Pabise melakukan ekspansi wilayah ke Manggarai. Abad ke XVI hingga XVII Bima dan pulau Sumbawa telah menjadi bandar penting bagi perdagangan di wilayah timur nusantara. Kitab Pararaton dan Negerakertagama juga telah menuliskan nama daerah ini. Bima berada di tengah jalur maritim yang melintasi kepulauan Indonesia. Pelabuhan Bima telah disinggahi sekitar Abad 10. Waktu orang Portugis mulai menjelajahi kepulauan nusantara, Bima telah menjadi pusat perdagangan yang berarti. ( Henry Chambert Loir & Siti Maryam R. Salahuddin, BO Sangaji Kai, XV).

Tome Pires, seorang kelana asal Portugis memiliki catatan penting tentang Bima pada dekade kedua abad ke-16. Dia menulis laporan tentang peluang ekonomi dan perdagangan kepada Raja Emanuel. Laporan tersebut terdiri dari enam jilid yang mengisahkan perjalanannya dari Mesir hingga Malabar, Indocina, Bengali, Jepang, Cina, hingga kepulauan Nusantara. Perjalanan Tome Pires dimulai pada tahun 1512 hingga 1515. Laporan tersebut diterbitkan pada tahun 1944 oleh Armando Z. Cortesão dengan judul  Suma Oriental que trata do Mar Roxo até aos Chins ("Ikhtisar Wilayah Timur, dari Laut Merah hingga Negeri Cina").

Tome Pires singgah di Bima pada tahun 1513. Dia menyebut Bima dengan nama Pulau Bima. Dalam laporannya menyebut Pulau Bima dipimpin oleh raja kafir. Pires menyebut Bima memiliki banyak perahu, bahan makanan, daging, ikan, asam dan banyak terdapat kayu Sapang yang dibawa ke Maluku dan Malaka untuk dijual di Cina karena harga kayu Sapang di Cina. Kayu Sapang asal Bima tipis dan ringan dibanding kayu Sapang asal Siam (Thailand) yang tebal dan lebih bermutu. “Sapan adalah salah satu komoditi yang pontesial. Dalam bahasa Bima dikenal dengan Haju Supa. Saat ini lebih di kenal dengan secang.  Supa  merupakan kayu dengan kualitas terbaik kala itu. Kayu ini sangat diperlukan sebagai bahan utama  pembuatan kursi, tongkat bahkan  bahan  kapal. Supa  tahan pada air dan panas matahari.

Bima juga memiliki banyak budak dan banyak kuda yang dibawanya ke Jawa. Perdagangan di pulau itu ramai.Orangnya hitam berambut lurus. Terdapat banyak dusun, banyak orang dan banyak hutan. Orang yang berlayar ke Banda dan Maluku singgah di situ dan membeli berbagai jenis kain, yang kemudian dijualnya di Banda dan Maluku. Pulau ini juga mempunyai sedikit emas. Mata uang Jawa berlaku di situ “ ( Cortesao,1 : 203).

Abad XVII hingga XIX Bima menjadi bandar terbesar di nusantara timur dengan cakupan wilayah dagang di timur pulau Sumbawa hingga Manggarai, Alor dan Solor. Antropolog Ernest The Jong Born dalam Pappernya " Mount Tambora In 1815 On Volcanoes Eruption And Its After Marks " menyebut pulau Sumbawa sebelum letusan gunung Tambora telah terkenal dengan produk pertanian dan kehutanan seperti padi, kopi, kacang hijau, Lada, kayu, rusa dan lain lain. Bandar Bima adalah salah satu pelabuhan yang sangat ramai. Sejarahwan Adrian B.Lapian menyebut  pada abad 16 dan 17 Bima adalah bandar terbesar setelah berkoalisi dengan Gowa. Bima memiliki undang undang dan hukum laut yang dikenal dengan “ Bandar Bima”.  

Akhir abad XIX pada masa sultan Abdullah (1854-1868), kejayaan Bandar Bima pun berakhir. Armada Laut Pabise dibubarkan.Bima tidak lagi meniliki otoritas di laut Flores dan sekitarnya. Belanda terus melakukan intimidasi dan memaksa angkatan laut Bima untuk menyerang para pelaut Bugis, Makassar, Ternate dan Tidore karena dianggap sebagai bajak laut. Agar tidak dimanfaatkan Belanda menyerang saudara serumpun.Wazir( Perdana Menteri) Muhammad Yacub membubarkan angkatan laut Bima. Perwira angkatan laut Bima yang juga dikenal dengan Amaral Selatan mulai terpencar.Meskipun mereka masih dapat saling mengenal dengan adanya bendera oranye dan tawa tawa sebagai lambang persekutuan mereka. Memasuki abad 20, kejayaan Maritim Bima betul betul runtuh. Manggarai lepas dari pangkuan Bima dan Kerjaaan Sanggar bergabung dengan Bima pada tahun 1926. 

Untuk mengenang pembubaran angkatan laut Bima, Sultan Abdulllah dan Ruma Bicara Muhammad Yacub mendirikan monumen tiang kapal di sebelah selatan Lare Lare Asi Mbojo.Tiang itu dikenal dengan Tiang Kasi pahu.Kayunya adalah Jati Kasipahu yang berasal dari hutan Tololai Wera.(sekarang Ambalawi). Pada tahun 2003 tiang kasi pahu patah. Dr.Hj.Siti Maryam Salahuddin membangun replika Tiang Kasi Pahu di sebelah selatan tiang lama.Kayunya diambil dari kecamatan Wawo. Kini tiang Kasi Pahu betul betul merana sesuai namanay Kasi Pahu. 

1. Adrian B.Lapian, Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut.

2. Liputan Kompas TV, Runtuhnya Kejayaan Maritim Bima.

3. Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara.

4. Abdullah Tayib,BA Sejarah Bima Dana Mbojo.

5. Dr.HJ.Siti Maryam Salahuddin, Undang Undang Bandar Bima. (***)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.