"Budaya Rimpu Masyarakat Bima"

Oleh: Sahidah (Kader HMI) Cabang Bima

Kekayaan budaya tentu menjadi identitas dan ciri khas masyarakat , Bima mempunyai peninggalan leluhur yang sampai sekarang tetap di lestarikan oleh anak cucu.setiap tahun untuk memperingati, di adakan festifal rimpu untuk tetap mengingat dan memperkenalkan budaya lokal kepunyaan Tanah Bima.

Rimpu  menggunakan kain hasil tenun yang biasa di kenal dengan tembe Nggoli,yang sudah mempuanyai warna dan motif khas. Rimpu ini sendiri mengandung nilai-nilai budaya.

Ada dua jenis Rimpu yang digunakan oleh perempuan Mbojo/Kota Bima. Bagi perempuan yang belum menikah memakai busana Rimpu hanya terlihat bagian mata dan telapak tangan saja itu dinamakan (Rimpu Mpida). Sementara bagi perempuan yang sudah menikah atau berkeluarga memakai busana Rimpu dapat terlihat di wajah istilahnya (Rimpu Colo).

Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam. Rimpu digambarkan dengan memakai sarung yang melingkar di kepala dimana yang terlihat hanya wajah pemakainya. Pengguna Rimpu umumnya adalah kaum perempuan dengan tujuan menutup aurat sebagaimana ajaran Islam yang mengajarkan bahwa setiap perempuan yang sudah akil baliq harus menutup auratnya dihadapan orang yang bukan muhrimnya.

Lewat momentum yang tetap di laksanakan pada "festival Rimpu Mantika", Saya perwakilan perempuan muda mengucapkan terimakasih banyak kepada Pemerintah Kota Bima yang masih tetap mengingat dan mempertahankan salah satu peninggalan dan kebudayaan di tanah Bima (Budaya Rimpu). Dan festival Rimpu yang di gelar mampu membawa nama Bima di kanca Nasional sampai Internasional.

Keterlibatan Masyarakat Bima dalam pawai budaya sangat merefleksikan memori yang di titipkan,"festival Rimpu Mantika"bukan lah menjadi label kebudayaan melainkan banyak nilai yang tercermin di dalamnya yang bisa di jadikan pelajaran untuk generasi yang mendatang. Hormat kami Perempuan muda kepada pemerintah kota Bima karena lewat festival ini telah banyak melahirkan beberapa keuntungan dari segi ekonomi meningkatkan roda ekonomi dan kesejahteraan bagi para pelaku UMKM setempat.yaitu pada tradi menenun dan PKL. Dan itu menjadi daya tarik yang cukup tinggi nilainya.

Lewat fashion show yang di gelar sangat memukau itu menunjukan karya anak Bima harus dibawa di kanca Nasional maupun internasional,baik lewat busana yang di kenakan dan tidak terlupakan pesan apa yang di sampaikan pada busana yang di kenakan.juga mendorong anak muda mudi Bima di dorong menjadi bibit model yang akan mampu bersaing di luar tanah Bima.

Lewat momentum "festival Rimpu Mantika", Rimpu yang tersimpan di memori lama semoga nilai yang terkandung di dalamnya tidak bergeser dan tidak di jadikan ajang eksploitasi kebudayaan, pada festival Rimpu Mantika yang di gelar kondisi utama yang terjadi di lapangan yaitu mulai memudar nya pemahaman anak muda tentang budaya rimpu bahkan tidak pernah tau model busana yang di peruntukan untuk anak muda(gadis) dan kaum tua (sudah menikah)itu sendiri. Sehingga pergeseran nilai yang ada.

Pada kondisi hari ini menjawab keresahan karena dalam menggunakan Rimpu itu sendiri perempuan muda banyak yang keliru, menggunakan kedua jenis rimpu, sehingga bergeser nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pada kesempatan selanjutnya besar harapan kami untuk mengadakan edukasi mengenakan  dan benar - benar membedakan kedua jenis rimpu supaya tidak hilang nilai didalamnya.Terutama pada anak muda yang harus tetap lestarikan budaya leluhur.

Budaya rimpu peninggalan leluhur Bima, budaya rimpu harus tetap dilestarikan,rimpu harus tetap lestari di kalangan masyarakat Bima, generasi muda harus tetap mengenal & mempertahankan budaya leluhur Bima.Perlu digaungkan kembali untuk menjemput generasi-generasi mendatang budaya dalam dimensi busana masyarakat Bima,rimpu ini juga merupakan pakaian ciri khas bahwa itu adalah masyarakat Bima. Besar harapan kami untuk Pemkot untuk tetap menjaga dan mempertahankan secara bersama budaya pada kesempatan selanjutnya.

Lewat fashion show yang di gelar sangat memukau itu menunjukan karya anak bima harus di bawa di kanca Nasional maupun internasional,baik lewat busana yang di kenakan dan tidak terlupakan pesan apa yang di sampaikan pada busana yang di kenakan.juga mendorong anak muda mudi Bima di dorong menjadi bibit model yang akan mampu bersaing di luar tanah Bima.

Lewat momentum "festival Rimpu Mantika", Rimpu yang tersimpan di memori lama semoga nilai yang terkandung di dalamnya tidak bergeser dan tidak di jadikan ajang eksploitasi kebudayaan, pada festival Rimpu Mantika yang di gelar kondisi utama yang terjadi di lapangan yaitu mulai memudar nya pemahaman anak muda tentang budaya rimpu bahkan tidak pernah tau model busana yang di peruntukan untuk anak muda(gadis) dan kaum tua (sudah menikah)itu sendiri. Sehingga pergeseran nilai yang ada. 

Pada kondisi hari ini menjawab keresahan karena dalam menggunakan Rimpu itu sendiri perempuan muda banyak yang keliru . menggunakan kedua jenis rimpu, sehingga bergeser nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pada kesempatan selanjutnya besar harapan kami untuk mengadakan edukasi mengenakan  dan benar-benar membedakan kedua jenis rimpu supaya tidak hilang nilai di dalamnya.Terutama pada anak muda yang harus tetap lestarikan budaya leluhur.

Sebagai perwakilan perempuan muda Bima,tentu kepekaan terhadap nilai -nilai budaya tentu harus tetap di pertahankan,guna momentum tidak semata-mata untuk menjadi ajang mengisi hari-hari besar tapi krisis akan nilai, krisis orientasi. Tentu dalam hal ini dibutuhkan lebih khusus keterlibatan dan kepekaan organisasi perempuan yang ada di tanah Bima,tentu di sini kami mengajak Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Bima supaya tidak menutup diri untuk mengawal kegiatan sebelum momentum, kami berharap untuk tetap mengingat,dan ikut andil dalam kegiatan Festival budaya(RIMPU)untuk mewakili ini HMI mempunyai lembaga Khusus yaitu Korps HMI-WATI (KOHATI) HMI Cabang Bima yang berfokus pada masalah keperempuanan , dan salah satu nya Rimpu itu sendiri yang pernah KOHATI HMI cabang Bima canangkan dalam kegiatan Training Nasional, sebagai Langkah kami mensosialisasikan budaya dan nilai yang terkandung di dalamnya. 

#Kapatu Mbojo

Mbojo mboto ra bunga ma woko niki na weki

Mboto ra sampela ma na'e bou ba ngupa bae

Wati loa ra aka ra kira budaya waura kura

Ntoira tei pala tirawara ma tio

Mboto ra maloa tiduwara malia. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.