Hari Kedua Pengawasan dan Pemeriksaan di Posko Covid-19 Semuanya Dinyatakan OTG

Alasan Pulang Kampung Karena Kekurangan Pangan dan Menghindari Covid-19
Nampak Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE dan Ketua DPRD Kota Bima di Pos Pengawasan dan Pengendali Covid-19 di Ni'u Pada Malam Hari
 Visioner Berita Bima-Pembangunan-pengoperasian Posko Tim Gugus Covid-19 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima di perbatasan Kota dengan Kabupaten yang berlokasi di Ni’u untuk tujuan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap warga yang masuk ke Kota Bima, tercatat sudah berlangsung dua hari. Demikian pula halnya dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima yang memusatkan Poskonya di perbatasan Kabupaten Bima dengan Dompu di Desa Rora Kecamatan Madapangga.

Posko yang juga disebut sebagai pengendali ini, dilengkapi dengan Tim Medis yang memeriksa tentang suhu badan terhadap para pendatang dari luar daerah yang masuk ke Bima. Data terkini yang diperoleh Visioner melaporkan, baik di Posko pengendali di kabupaten maupun di Kota Bima menyatakan bahwa semua warga yang masuk ke Bima di nyatakan sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19.

Proses pengawasan, pemantauan sekaligus pengendalian yang dilakukan oleh Tim Gugus Covid-19 di dua daerah ini dimulai sejak pagi hari sampai dengan pagi hari berikutnya dengan menggunnakan shift bergantian (tiga shift). Yang terlibatnya adalah TNI, Polri, Sat Pol PP, Dinas Perhubungan dan elemen lainya termasuk Banser dari GP Ansor Bima.

Warga Yang Datang Dari Luar Daerah Yang Diturunkan di Jalan Untuk Diperiksa Kesehatanya Oleh Tim Medis
Cara kerja Tim selama 1x24 jam tersebut, yakni menghentikan kendaraan baik roda dua maupun roda empat dan kemudian penumpangnya diturunkan, sleanjutnya diperiksa oleh tim medis pada posko pengendali. Liputan langsung sejumlah awak media melaporkan, tak ada tantangan, hambatan dan kendala bagim Tim selama dua hari pengawasan sekaligus pemeriksaan terhadap para pendatang dari berbagai daerah termasuk dari wilayah-wilayah terjangkit Covid.

Baik pada pengendalian dan pengawasan Covid-19 di Kabupaten Bima maupun di Kota Bima, jumlah para pendatang dari luar daerah baik melalui jalur darat maupun udara adalah hampir sama. Dan rata-rata masih berstatus sebagai mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

Proses pengawasan, pengendalian sekaligus pemeriksaan terhadap para pendatang tersebut di Kabupaten Bima, dinakhodai secara langsung oleh Sekda Kabupaten Bima, Drs. HM. Taufik, H.AK. Kerja Tim, terlihat tidak mengenal panas (pada siang harinya) dan dingin pada malam harinya. “Dalam dua hari ini, rata-rata para pendatang khususnya dari luar daerah yang diperiksa berstatus OTG. Tim masih terus bekerja, hingga sekarang belum ditemukan adanya warga yang berstatus PDP. Tim akan bekerja siang, malam hingga subuh sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan oleh Pemerintah,” ungkap Kabag Humas Setda Kabupaten Bima, Muhammad Chandra Kusumah, AP pada Visioner, Rabu (1/4/2020).

Warga Yang Datang Dari Luar Daerah Saat Dicek Kesehatanya Oleh Tim Medis Covid-19
Sementara di Kota Bima, pada Pos pengendalian Covid-19 tersebut dikendalikan secara langsung oleh Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE. Selama proses pengendalian, pengawasan dan pemeriksan sejak selama 24 jam tersebut, Lutfi didampingi oleh KetuaTPP-PKK Kota Bima, Hj. Ellya H. Muhammad Lutfi, Ketua DPRD Kota Bima, Alfian Indra Wirawan, S.Adm, Kapolres Bima Kota, AKBP Haryo Tejo dan Dandim 1608 Bima, Letkol Inf Teuku Mustafa Kamal. Tak hanya itu, Lutfi juga didampingi oleh Kepala BPBD Kota Bima, Ir. H. Sarafuddin, Kadiskes setempat, Drs. H. Azhari, M.Si, Kepala Bappeda Kota Bima, Drs. H. Fahtunraji M.Si, Kepala Dinas Perhubungan, Drs. H. Zulkifli, Kasat Pol PP, M. Nor Majid, SH, Kepala Puskesmas Paruga dan lainya termasuk Banser GP-Ansor Kota Bima dan FKDP setempat.  

Bahkan dalam dua hari ini, Walikota Bima bersama berbagai pihak tersebut terlihat bermalam di Pos Pengendalian dan Pengawasan Covid-19. Dan malam ketiga, Walikota Bima bersama berbagai pihak tersebut masih berada di sana hingga jam 1.30 Wita. Hal lainya, pada Pos tersebut juga disediakan alat cuci tangan berupa anti septik oleh timk media. Hal tersebut, sejak awal sengaja dipersiapkan untuk para pihak yang diperiksa oleh tim medis dan untuk Tim itu sendiri.

Pihak Media pada pos tersebut mengungkap, angka para pendatang dari luar daerah terutama dari wilayah terjangkit tersebut berjumlah ratusan orang dengan kesan kian bertambah. Penambahan jumlah tersebut, lebih kepada jalur transportasi baik darat maupun udara hingga detik ini belum ditutup oleh Pemerintah (masih lancar). “Hari pertama jumlahnya 260 orang. Sementara pada hari kedua tepatnya pada pukul 1.30 Wita berjumlah 84 orang. Rata-rata berstatus sebagai mahasiswa dari PTN dan PTS,” ungkap Kadis Kesehatan Kota Bima, Drs. H. Azhari.

Mahasiswa UIN Malang, Anisa Afifah Saat Diperiksa Kesehatanya Oleh Tim Medis Covid-19
Dalam hal pemeriksaan oleh tim medis, diakuinya bukan saja parapendatang dari luar daerah. Tetapi, hal yang sama juga dilakukan kepada pihak yang menjemputnya (orang tua dan keluarga mereka, Red). “Yang datang dari luar daerah maupun penjemputnya diperiksa oleh Tim Medis. Hasil pemeriksaan, suhu badang mereka rata-rata 32 derajat celcius,” terangnya.

Untuk memastikan alasan kepulangan mereka, Visioner berhasil mewawancara seorang Mahasiswi asal UIN Malang-sebut saja Anisa Afifah. Mahasiswi semester III ini menyatakan, pulang ke Kota Bima karena kondisi Malang sudah sangat sepi. “Selain itu, Toko yang biasanya buka 1x24 jam di sana kini sudah sangat sepi, tukang ojek yang semakin jarang terlihat,” ungkapnya di Pos Pengawasan dan Pengendalian Covid-19 bentukan Kota Bima, Rabu (1/4/2020).

Mahasiswi berparas cantik dan berkulit putih ini menjelaskan, alasan lain bagi kepulanganya di Kota Bima karena saat ini di Malang kesulitan untuk mendapatkan Sembilan Bahan Pokok (Sembako). Dan ia juga membantah bahwa kepulangan ke Kota Bima karena alasan rasa kangen terhadap orang tua maupun keluarganya.

“Tanpa Sembako, tentu saja kami tidak bisa berlama-lama di Malang. Untuk itu, kami harus memilih pulang kampung. Karena di kampung ada orang tua dan keluarga yang bisa memberikan jaminan. Sebelumnya tiba beranjak ke Kota Bima, Pemerintah di Malam melarang kami pulang. Namun, dengan terpaksa kami karena pulang kampung karena kebutuhan bagi kami di sana benar-benar tidak ada,” pungkas Anisa. (TIM VISIONER

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.