Aksi Demo Minta Copot Azhari “Membingungkan”, Azhari: Tidak Jelas dan Mereka Banyak Melanggar

Aksi Demo Nakes Kota Bima di Depan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bima (6/8/2020)
Visioner Berita Kota Bima-Kamis pagi (6/8/2020), ratusan orang Tenaga Kesehatan (Nakes) baik suka rela maupun ASN menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bima. Aksi demonstrasi yang dinilai “membingungkan” ini, menuntut agar Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) setempat, Drs. H. Azhari M.Si docopot dari jabatanya.

Berbagai poster bertuliskan mendesak agar Azhari segera dicopot dari jabatan pada moment aksi demonstrasi ini, terlihat nyata adanya. Aksi demonstrasi tersebut, berlangsung sekitar dua jam lamanya. Hanya saja, ada yang dinilai sangat unik pada aksi demonstrasi kali ini.

Yakni, parta demonstrasi tidak berorasi, kecuali berdiri berjejeran di depan kantor Dikes Kota Bima sembari memperlihatkan poster bertuliskan segera copot Azhari dari jabatanya. Sejumlah wartawan baik media online maupun televisi justeru dihadapkan dengan kebingungan. Ketika ditanya apa yang menjadi alasan mereka meminta agar Azhari dicopot namun tak dijawab.

Melainkan mereka mengaku menjelaskan tentang alasanya setelah Azhari keluar dari ruang kerjanya, maksudnya meladeni massa aksi. Sayangnya, Azhari yaang ditunggu-tunggu oleh mereka tak kunjungterwujud. Kecuali, Azhari lebih memili mengabaikan mereka alias tetap berada di ruang kerjanya.

Masih dalam liputan langsung sejumlh awak media, karena tak kuasa menununggu Azhari keluar dari ruangan kerjanya, massa aksi kemudian membubarkan diri. Salah seorang dari massa aksi yang enggan disebut namanya, juga mengaku bingung dengan aksi demo tanpa orasi, dan tanpa adanya pernyataan sikap secara tertulis ini. “Saya bingung, kita sudah berjemur lama di terik mata hari kok tak ada orasi dan tak ada pula pernyataan sikap secara tertulis. Tak hanya itu, alasan meminta Azhari untuk dicpot dari jabatanya pada aksi ini juga tidak disebutkan,” ungkapnya.

Masih dalam liputan langsung sejumlah awak media, Azhari keluar dari ruang kerjanya dan melanjutkan perjalananya ke Kantor Walikota Bima mengikuti kegiatan rapat di ruang Sekda setempat yakni setelah beberapa menit massa aksi meninggalkan lokasi aksi.

Secara terpisah, kadiskes Kota Bima Drs. H. Azhari M.Si yang dimintai komentarnya menegaskan bahwa dirinya sengaja tidak meladeni massa aksi karena tidak jelas tuntutanya. “Aksi demonstrasi ini tidak jelas substansinya. Aksid emonstrasi tersebut juga digerakan oleh oknum tertentu. Diduga keras ada dua oknum yang menggerakan aksi demonstrasi ini, dan saya memiliki bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu bukti tersebut, yakni adanya SMS yang dikirimkan kepada seseorang untuk tidak beraktivitas melayani pasien di dalah satu Puskesmas. Bukti itu ada di tangan saya,” ungkap Azhari.

Domkinan massa aksi tersebut berasal dari Puskesmas Rasanae Tomur dan Puskesmas Dara. Dan hal tersebut diakuinya telah disampaikanya kepada Walikota Bima. Puskesmas Dara sudah diaktifkan kembali setelah 25 orang pasien positif Covid-19 kembali ke rumahnya masing-masing. Namun pada aksi demonstrasi kali ini, diduga tidak ada pelayanan di sana. Dugaan yang sama juga terjadi di Puskesmas Rasanae Timur,” duganya.

Azhari kemudian membeberkan pelanggaran yang dilakukan oleh puluhan orang Nakes yang juga terlibat dalam kasi demonstrasi tersebut. “Pelanggaran pertama, yang melaksanakan isolasi mandiri setelah dilakukan swab laboratorium, dan itu tidak boleh. Pelanggaran kedua, mereka menuntut makan dan hal itu tidak diperbolehkan. Pelanggaran selanjutnya, mereka tidak mau pindah ke rumah sakit rujukan setelah dilakukan swab laboratoium. Dan pelanggaran terbesar dalam kaitan aksi itu, ada yang menggalang orang. Maksudnya, orang-orang digalang untuk tidak masuk ke kantor,” ungkapnya.

Dan yang fatal lagi kata Azhari, ada belasan Nakes yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 yang menolak keluarganya dilakukan rapid test. “Sampai dengan hari ini, mereka tidak mengizinkan keluarganya untuk dilakukan tracking contac. Silahkan ditulis beritanya, dan beritahukan kepada publik tidak memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Bentuknya, yakni tidak mengizinkan keluarganya untuk dilakukan rapid test. Padahal, selama ini kita justeru melakukan tracking contact kepada masyarakat yanjg berhubungan dengan pasien positif Covid-19,” timpal Azhari.

Saat ini ujarnya, ada pihaknya sudah menghirim nama-nama orang untuk dilakukan swab laboratorium ke Rumah Sakit (RS). Namun ada 12 orang Nakes yang tidak memberikan identitasnya untuk dilakukan swab laboratorium. “Sekarang kami meminta kepada Tim Gugus Covid-19 Kota yang di dalamnya ada aparat Kepolisian dan TNI untuk membawa mereka untuk dilakukan pemeriksaan. Dan dalam kaitan itu kami minta kepada Polisi, TNI dan Sat Pol PP untuk mengawal mereka,” tegas Azhari.

Dengan sikap belasan orang Nakes yang enggan keluarganya untuk dirapid test, justeru dinilai akan menambah masalah baru terkait penyebaran Covid-19 di Kota Bima. “Bisa saja bertambahnya jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Bima akibat ulah mereka yang menolak keluarganya untuk dirapid test. Pak  Pak Sekda Kota Bima juga menyatakan dugaan yang sama. Maksudnya, akibat mereka menolak keluarganya untuk dirapid test justeru memberi peluang bagi bertambahnya jumlah pasien positif Covid-19 di Kota Bima,” duganya lagi.

Azhari kembali menegaskan, bagi Nakes yang berstatus tenaga suka rela yang terlibat dalam kasi demonstrasi tersebut akan dirumahkan jika besok (7/8/2020) tidak masuk kantor. “Jika besok tenaga sukarela rela tersebut tidak mau kantor, maka akani dirumahkan. Sementara bagi ASN yang terlibat dalam aksi demonstrasi tersebut akan segera dilayangkan surat peringatan (SP) pertama, jika besok tidak bekerja,” imbuhnya.

Azhari menyatakan, Walikota Bia juga sudah mengetahui adanya informasi tentang belasan Nakes yang enggan kelaurganya untuk dirapid test. “Pak Walikota Bima meminta kami untuk menggunakan tenaga aparat Kepolisian, TNI dan Sat Pol PP untuk melakukan tracking contact kepada keluarga belasan Nakes tersebut. Masyarakat saja dipaksa untuk dilakukan tracking kontak, kok mereka tidak mau,” tanyanya.

Singkatnya, Azhari menduga ada dua orang yang disinyalir sebagai otak yang menggalang agar Nakes tidak bekerja disaat terjadinya aksi demonstrasi. “Insya Allah akan ada sanksi bagi mereka yang terlibat dalam aksi demonstras itu. Akibatnya, pelayanan terhadap masyarakat justeru diabaikan demi menggelar aksi demonstrasi,” sebutnya.

Azhari kemudian membeberkan fenomena mengejutkan. Yakni puluhan orang Nakes yang diisolasi di Puskemas Paruga dipulangkan ke rumahnya tanpa ada surat resmi dari Dokter. “Mereka keluar menggunakan Protap sendiri. Tentang kesembuhan mereka memang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan, namun salah. Dan dalam kaitan itu, saya sudah bilang salah karena yang mengeluarkan itu adalah Sekretaris Dinas Kesehatan atas paksaan seorang oknum. Dan oknum tersebutlahn yang mengkonsepkan suratnya dan kemudian diserahkan kepada Pak Sekretaris Dinas Kesehatan,” pungkasnya. (TIM VISIONER

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.