Warga Keluhkan Langka dan Mahalnya Elpiji 3 Kg, Anggota DPRD Kota Bima Angkat Bicara

ketua komisi ll DPRD Kota Bima Yogi Prima Ramadhan.

Visioner Berita Kota Bima-Beberapa hari terakhir Warga Kota dan Kabupaten Bima banyak yang mengeluhkan susahnya mendapatkan gas elpiji 3 kilogram bersubsidi. Bahkan jikapun ada di jual pada toko biasa, harganya pun sudah melambung tinggi rata-rata di atas Rp 30 ribu, jauh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah.

Intan (40) salah seorang warga Kelurahan Melayu Kota Bima mengungkapkan betapa sulitnya mendapatkan gas tabung 3 kilogram yang sebenarnya diperuntukkan pemerintah bagi warga yang memang berhak menerima subsidi.

Selain itu, Intan merasa sangat terbebani dengan harga Rp 30 ribu tersebut. Apalagi gas elpiji 3 kg sangat dibutuhkan untuk kehidupannya sehari-hari. 

“Kami sangat keberatan kalau harganya segitu, apalagi di tengah pandemi Covid-19,” sesal Intan saat ditemui media www.visionerbima.com, Kamis (24/6/2021).

Menurutnya, kelangkaan gas elpiji ini harus ditangani dengan serius, hingga warga tidak kesulitan setiap membutuhkannya. 

“Ini harus ada pengawalan ketat dari instansi terkait,” harapnya.

Menanggapi hal tersebut, ketua komisi ll DPRD Kota Bima Yogi Prima Ramadhan angkat bicara. Yogi mengaku sudah menerima keluhan rakyat dan akan segera mengagendakan untuk melakukan pemanggilan terhadap pihak terkait.

Kata Yogi, kondisi kelangkaan ini tak lain karena diduga penjualannya dikalangan atas, maksudnya gas cepat habis di tingkat pangkalan akibat dijual ke bukan yang berhak menerima subsidi, sehingga ketika masyarakat yang benar-benar berhak menggunakan jadi lebih susah untuk memperolehnya.

"Seharusnya gas elpiji bersubsidi 3 kg dijual dikalangan miskin. Kasihan masyarakat yang berhak mendapatkan subsidi itu,” sesalnya.

Yogi menambahkan, jika saat klarifikasi nanti ditemukan ada agen atau pengecer yang jaual diatas harga HET dan menimbun maka pihaknya akan mendorong pihak terkait agar bertindak tegas.

"Kami akan panggil Bagian Ekonomi, Dinas Koperindag dan SPBE. Untuk mengurai apa masalahnya sehingga bisa langka seperti ini," katanya.

Untuk sementara berdasarkan laporan yang diterima, ada dugaan agen dan pengecer nakal, sehingga menyebabkan kelangkaan dan harga dijual di atas HET.

“Kami tidak akan mentolerirnya, bila perlu dicabut ijinnya kalau masih ngeyel dan nakal,” tegasnya. (FAHRIZ)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.