Kerja Bertaruh Nyawa, Petani Rumput Laut Keluhkan Harga yang Tak Kunjung Naik

Foto Petani Rumput Laut.

Visioner Berita Dompu NTB-Rabu (1/9/2021), petani rumput laut keluhkan harga rumput laut yang tak kunjung naik-naik. Dari dua tahun sebelumnya hingga tahun 2021 harganya masih berkisar antara Rp1800 hingga Rp2200 per kilogram rumput laut kering.

Seorang petani rumput laut, Hawusa (39) warga asal Desa Riwo Kecamatan Woja Kabupaten Dompu yang ditemui wartawan saat menjemur rumput laut dipinggir pantai mengaku jika harga rumput laut saat ini bisa menurun hingga Rp1600 perkilo.

“Harganya saat ini beragam, tergantung pengepul atau pembelinya, ada yang membeli dengan harga Rp2000 hingga Rp2200 perkilonya. Itu juga tergantung dari musim dan kualitas rumput laut. Namun harganya jarang naik, kalaupun naik, mentoknya berada di kisaran Rp2200 saja,” kata Hawusa.

“Kami menunggu naik tapi tidak pernah naik-naik juga. Kami pasrah saja. Jagung naik tapi harga rumput laut tidak. Padahal mendapatkan rumput laut lebih sulit bahkan taruhan nyawa dengan gelombang ombak yang menerjang kami,” imbuhnya.

Ia menceritakan, untuk mendapatkan rumput laut merupakan pekerjaan yang sulit, berangkat pagi pulang jam 2 sore, bahkan jika ombaknya besar bisa sampai jam 3. Bahkan kalau ombaknya seharian, kami akan mencarinya malam hari.

“Tak ada rumput laut dipinggir laut, rumput laut ditengah laut, kalaupun ada dipinggir laut, mungkin kami tak mempersoalkan harganya yang segitu-gitu saja,” cetusnya.

Lanjutnya, kalau hanya sekadar mencari mungkin lebih muda, tapi setelah itu harus dijemur hingga kering agar bisa dijual.

"Satu hingga dua hari lagi kami menjemurnya. Belum lagi pengambilan rumput yang rumit, jika siang ombaknya besar, kami mengambil sore maupun malam hari dan pekerjaan itu tidak mudah. Kami hanya bisa pasrah namun jika boleh meminta, kami menginginkan harga yang mungkin sedikit mendekati angka Rp3000 agar bisa menghidupi keluarga kami," harapnya.

Catatan penting lainnya, Ibu Hawusa diketahui, selain petani rumput laut juga petani jagung. Untuk menghidupi keluarganya dia sebagai seorang istri tentu membantu suaminya yang melaut setiap hari. Tugasya menjemur rumput laut serta menjualnya ke pengepul dan itu dilakukannya setiap hari.

Dari harga jual rumput laut yang tak menentu, Hawusa bisa menghidupi anak-anaknya yang berjumlah enam orang, hebatnya lagi mereka (anak-anaknya) bahkan empat orang diantaranya bisa mengenyam pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sisahnya dua orang masih duduk dibangku sekolah menengah atas.

Semuanya ia hidupi dari hasil petani rumput laut bersama seorang suami yang berumur jauh di atasnya. Saat inipun masih geluti pekerjaan yang kadang-kadang suatu waktu bisa mengancam keselamatan suaminya. Namun di balik itu semua ia tetap bisa bersyukur walau kadang harga rumput laut yang masih jauh dari harapan.

“Kami masih bisa bersyukur, namun juga kami sangat berharap ada bantuan berupa peralatan maupun perlengkapan untuk mendukung pekerjaan ini. Dari pemerintah agar sudih—lah melihat kehidupan kami dipinggir,” imbuhnya.

“Sebenarnya kami kecewa, namun kami tak bisa berbuat banyak. Kami rakyat kecil, ‘ya’ pasrah saja dengan harga rumput laut yang tak naik-naik ,” pungkas Hawusa. (FAHRIZ)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.