21 Kelurahan di Kota Bima Ditimpa Bencana, Upaya Pembersihan Terus Dilakukan dan Data Detail Masih Divalidasi

Di Kabupaten Bima Mendesak Perhatian Segera Dari Pemprov NTB dan BNPB

Kondisi Pasca Terjadinya Luaan Air Dari Aliran Sungai Padolo Yang Menimpa Warga di 21 Kelurahan di Kota Bima (4/4/2023)

Visioner Berita Kota Bima-Intensitas hujan lebat-sedang yang terjadi pada Selasa (4/4/2023), praktis saja berdampak buruk pada kehidupan masyarakat Kota dan Kabupaten Bima. Betapa tidak, pemukiman warga di belasan Desa di Kabupaten Bima digenangi air dan salah satu yang terparah adalah di Desa Simpasai Kecamatan Monta-Kabupaten Bima.

Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Media Online www.visionerbima.com melaporkan, akibat bencana tersebut pihak BPBD Kabupaten Bima yang menggandeng TNI, Polri, relawan bencana dan berbagai elemen masyarakat pun melakukan evakuasi warga terdampak luapan air. Tak hanya itu, juga dikabarkan bahwa Pemerintah hadir dengan bantuan tanggap darurat di wilayah terdampak banjir tersebut.

Masih berdasarkan informasi yang dihimpun Media ini, upaya pembersihan pemukiman warga terdampak bencana di sejumlah di wilayah di Kabupaten Bima dijelaskan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Kendati demikian, rasa was-was masyarakat di Kabupaten Bima terutama di Desa Simpasai dijelaskan masih berangsung sampai dengan saat ini.

Tak hanya itu, berbagai pihak berharap agar Pemerintah Provinsi NTB segera turn tangan memberikan bantuan kepada korban bencana di Kabupaten Bima. Sebab, dampak dari bencana tersebut buka saja merugikan sejumlah material milik korban.Tetapi juga soal anak-anak sekolah yang kelengkapan belajarnya seperti buku dan seragam sekolah juga ikut digenangi air.

Bukan itu saja, warga terdampak bencana di Kabupaten Bima juga berharap agar pihak BNPB RI segera turun tangan. Sementara soal estimasi kerugian warga terdampak bencana di Kabupaten Bima tersebut, hingga kini belum dijelaskan secara rinci oleh pihak Pemkab Bima melalui BPBD setempat. Namun informasi terkini menjelaskan, proses pendataan masih terus dilaksanakan oleh pihak BPBD Kabupaten Bima yang berkolaborasi dengan Instansi terkait.

Intensitas hujan lebat-sedang yang terjadi pada Selasa (4/4/2023) yang terjadi sejak sekitar pukul 15.10 Wita hingga jelan Maghrib itu, juga praktis memberikan dampak buruk bagi masyarakat di 21 Kelurahan di Kota Bima. Berdasarkan penjelasan dari Kalak BPBD Kota Bima, Gufran S.Pd, M.Si menjelaskan bahwa intensitas hujan lebat-sedang tersebut telah memberi dampak buruk kepada warga di 21 Kelurahan se-Kota Bima.

Bencana tersebut dijelaskan dipicu oleh luapan air dari Sungai Padolo. Sementara wilayah terparah akibat luapan air tersebut, antara lain di Kelurahan Paruga, Kelurahan Dara, Kelurahan Monggonao, sebahagian di wilayah Kelurahan Tanjung, Kelurahan Penaraga, Kelurahan Penatoi, Kelurahan Mande, Kelurahan Sadia dan lainya. Sedangkan luapan air yang menimpa pemukiman warga di 21 Kelurahandi tiga Kecamatan (Rasanae Barat, Mpunda dan Raba) itu terjadi sekitar sebelum Sholat Maghrib dan berakhir hingga Rabu (5/4/2023) sekitar pukul 02.45 dini hari waktu setempat.

Sementara Walikota Bima, H. Muhammad Lutfi, SE dan pihak BPBD setempat, Kapolres BimaKota, AKBP Rohadi, S.IK, MH dan Dandim 1608/Bima, Letkol Inf Muhammad Ziulhaq, S.Sos dan jajaranya terpantau turun ke berbagai wilayah terdampak bencana tersebut yakni sejak hujan reda, di saat luapan air menimpa pemukiman warga hingga Selasa pagi sekitar pukul 03.30 dini hari waktu setempat guna memantau secara langsung kegiatan dapur umur yang dipusatkan di kantor BPBD setempat.

Liputan langsung Media ini melaporkan, di tengah luapa banjir menimpa sejumlah pemukiman warga Walikota Bima yang didampingi oleh pihak BPBD setempat, sejumlah relawan bencana di Kota Bima, Kabag Prokopim Setda Kota Bima, Iskandar Zulkarnain, S.IP terlihat menggunakan mobil hartop warna kuning memantau secara langsungkondisi luapan air di sejumlah wilayah terdampak.

Selasa malam sekitar pukul 22.30 Wita, Walikota Bima tiba di Cabang Pak Malake Kelurahan Pane menggunakan mobil hartop tersebut. Kendaraan yang ditumpangi Walikota Bima tersebut, terlihat melintasi derasnya ari dari luapan sungai Padolo yang dimulai di depan Johan Foto hingga di Cabang Pal Malake.

Tiba di Cabang Pak Malake tersebut, Walikota Bima sempat berisitirahat sejenak dengan Kapolres Bima Kota beserta jajaranya, Babinsa, Relawan bencana, pihak BPBD Kota Bima, puluhan warga dan Awak Media. Pada moment itu pula, Walikota Bima terlihat langsung berkoordinasi menggunakan selulernya dengan pihak BWS NTB.

“Iya, saya sedang berkoordinasi dengan pihak BWS. Atas kondisi ini, saya atas nama Walikota Bima meminta kepada pihak BWS NTB untuk mengeruk lebih dalam lagi aliran sungai Padolo dengan menggunakan dana bantuan JICA Jepang. Sebab, itu merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi luapan air dari sungai Padolo pada sejumlah wilayah bagian selatan Kota Bima. WA saya juga sudah dibaca oleh pihak BWS. Untuk itu, tentu saja kita semua sangat berharap agar pihak BWS NTB bisa mengamininya,” harap Lutfi dengan nada singkat di Cabang Pak Malake itu.   

Pada moment yang sama, Kapolres Bima Kota mengatakan bahwa pihaknya telah menggerakan seluruh personil Bhabinkamtibmas yang bekerjasama pihak TNI setempat untuk melakukan evakuasi terhadap warga terdampak luapan air di 21 Kelurahan di Kota Bima. Upaya itu diakuinya dilakukan sejak terjadinya luapan air hingga membantu mendrooping bantuan tanggap darurat kepada warga terdampak luapa air hingga Selasa pagi sekitar pukul 03.30 dini hari waktu setempat.

“Sejak awal hingga saat ini kami tetap berkolaborasi dengan Walikota Bima, BPBD setempat, para relawan dan kawan-kawan dari TNI masih terus bekerja. Upaya-upaya yang dilakukan bukan saja menginformasikan tentang intensitas curah hujan di Kecamatan Wawo. Tetapi juga membantu mengevakuasi warga terdampak bencan luapar air. Tetapi juga berkolaborasi dengan Sat Brimob Bataliyon C Pelopor guna melakukan pembersihan di sejumlah lokasi terdampak, terutama di dunia pendidikan,” terang Rohadi.

Sejak terjadinya luapar air yang menimpa sejumlah wilayah Kelurahan di Rasanae Barat-Kota Bima, pihaknya memutuskan untuk menutup jalan raya di jalan Soekarno-Hatta yang dimulai di depan Johan Foto hingga di perempatan lampu merah di wilayah Kelurahan Paruga. Selanjutnya, arus lalu lintas dipindahkan oleh pihaknya ke wilayah utara-Kota Bima.

“Arus lalu lintas sengaja dialihkanke bagian utara karena pertimbangan bahwa arus air sangat deras di jalan Soekarno-Hatta tersebut. Namun pemindahan arus arus lalu lintas tersebut hanya bersifat semenara, dan akan dibuka kembali setelah luapan air benar-benar berhenti di jalan Soekarno-Hatta itu pula. Namun, Alhamdulillah arus lalu lintas yang ditutup sementara itu telah dibuka kembali pada Rabu pagi (5/4/2023),” terangnya.

Usai di Cabang Pak MaLake itu, Walikota Bima bersama Kapolres Bima Kota beserta rombongan langsung bergegas menuju Kelurahan Dara sebagai wilayah terparah akibat luapan air dari sungai Padolo. Pada moment tersebut, Walikota Bima masih menggunakan mobil hartop warna kuning. Sementara Kapolres Bima Kota yang didampingi Kasat Samapta setempat, AKP Raju terlihat menggunakan kendaraan operasionalnya.

Singkatnya, rombongan tersebut menuju Kelurahan Dara dan sempat melintasi arus deras setelah jembatan Padolo hingga berhasil tiba di wilayah terdampak bencana dimaksud. Di moment itu pula, rombongan tersebut juga dijelaskan sempat menyapa warga terdampak bencana di Kelurana Dara sekitar 1 jam lamanya.

Upaya Walikota Bima guna meantau secara langsung warga terdampak bencana di Kota Bima tersebut, juga melibatkan Ketua DPRD setempat, Alfian Wirawan, S.S.Adm, Kadis Sosial Kota Bima, Yuliana, SE, sejumlah Tokoh Masyarakat dan lainya. Pada Selasa malam (5/4/2023) para pihak tersebut terlihat melintasi arus yang deras sembari menyapa warga terdampak bencana.

Masih soal peristiwa bencana luapan air di 21 Kelurahan di Kota Bima tersebut, Kalak BPBD setempat membenarkan bahwa luapan air yang menimpa pemukiman warga tersebut berakhir pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Kendati demikian, masih juga ditemukan adanya luapan air yang terjadi di lingkungan Tolo Dara Kelurahan Dara, di wilayah Kelurahan Tanjung dan sebahagianya di wilayah Kelurahan Bedi serta di wilayah Kelurahan Sadia.

“Di Bedi dan Monggonao,tingginya luapan air yakni sedada orang dewasa. Pun demikian halnya di wilayah Kelurahan Paruga, Pane. Sementara di wilayah Kelurahan Dara, luapan air terlihat setinggi kepala orang Dewasa. Kendati demikian, tak ada korban meninggal dunia. Tetapi luapan airtersebut berdampak kepada kerusakan material warga di 21 Kelurahan se-Kota Bima,” terang Gufran.

Dari data dan laporan akurat yang dimiliki oleh pihaknya, Gufran memastikan bahwa luapan air tersebut terjadi di 21 Kelurahan di Kota Bima. Diantarannya di Kecamatan Raba, luapa air menimpa pemukiman warga di Penaraga, Rontu, Rabadompu Timur dan Penanae. Di Kecamatan Mpunda, luapan air terjadi di Kelurahan Penotoi, Lewirato, Mande, Sadia, Manggemaci, Santi, Matakando dan Panggi. Untuk Kecamatan Rasanae Barat, luapan air terjadi di Pane, Na’e, Paruga, Dara, Tanjung, Sarae, Monggonao, dan Melayu Kecamatan Asakota.

“Sedangkan estimasi kerugian yang menimpa warga terdampak, sampai sejauh ini kami masih meminta data akurat dari OPD terkait. Antara lain, Dinas Pertanian tentang berapa jumah kerusakan lahan warga. Untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yakni soal kerusakan dunia pendidikan akibat bencana tersebut. Dan dampak dari luapan bencana tersebut, bukan saja merugian warga di 21 Kelurahan. Tetapi juga menimpa infrastuktur milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. Sekali lagi, kami berharap agar OPD terkait segera menyerahkan datanya,” imbuh Gufran.

Luapan air terparah yang menimpa dunia pendidikan di Kota Bima tersebut yakni di SDN 55, MTSN I Padolo, SDN 17, SDN 45, SMPN 13, SMPN 1 dan TK PAUD yang ada di wilayah Bagian Barat Kota Bima. Dampak kerusakan yang terjadidi sejumlah dunia pendidikan tersebut, antara lain sisa lumpur dari luapar air sungai Padolo rata-rata setinggi sekitar 30 CM.

“Upaya pembersihan didunia pendidikan dan di jalan raya dimulai Rabu pagi (5/4/2023). Upaya pembersihan tersebut juga melibatkan pihak TNI, Polri, BPBD Kota Bima, para relawan bencana di Kota Bima. Upaya pembersihan tersebut masih akan dilakukan hingga beberapa hari ke depan. Atas bencana tersebut, proses PKBM pada sejumlah dunia pendidikan tersebut lumpuh total. Tetapi yang dilakukan adalah upaya pembersihan,” terangnya.

Kerusakan yang terjadi pada infrastruktur Pemkot Bima akibat luapan air tersebut, diakuinya yakni terkait fasiitas seperti komputer dan lainya serta dokumen-dokumen penting. Hal tersebut tidak bisa diselamatkan karena bencana tersebut terjadi pada malam hari. Kerusakan yang sama juga terjadi di sejumlah dunia pendidikan dimaksud.

“Andai saja bencana tersebut terjadi pada siang hari, tentu saja fasilitas dan dokumen-dokumen penting tersebut bisa diselamatkan. Tetapi, peristiwa itu terjadi pada malam hari,” ulas Gufran.

Sejak terjadinya luapan air yang menimpa warga terdampak bencana tersebut, ditegaskanya bahwa Walikota Bima beserta Instansi tersebut dan Ketua DPRD Kota Bima tersebut, diakuinya tak tinggal diam. Pun demikian halnya dengan pihak dan Polri serta pihak Bazarnas. Tetapi upaya tersebut diakuinya berlangsung hingga Rabu pagi dini hari waktu setempat.

“Upaya evakuasi dilakukan, antara lain terhadap puluhan Santri yang ada di MTSN I Padolo-Kota Bima. Selain mengevakuasi para Santri tersebut ke lantai 2 MTSN Padolo, pada moment yang bersamaan kami juga mendrooping makanan untuk mereka. Sementara bantuan tanggap darurat kepada warga, juga telah kami lakukan. Sementara dapur umum, dipusatkan di BPBD Kota Bima. Dan pihak yang bekerja di Dapur umum tesrsebut bukan saja dari staf BPBD dan reawan bencana, tetapi juga dibantu oleh pihak Darmawanita,” papr Gufran.

Luapan air yang menimpa pemukiman warga di 21 Kelurahan se-Kota Bima tersebut, dijelaskanya bersumber dari beberapa sungai. Diantaranya di Nungga, Kendo, Dodu dan di Ntobo. Sementara kerusakan lahan warga akibat bencana dimaksud, diakuinya ada beberapa lahan pertanian warga yang terseret arus dan hasil pertanian warga berupa jagung yang diguyur hujan disaat dikeringkan.

“Sementara upaya-upaya penanganan pasca bencana ini, mulai Selasa malam (4/4/2023) kami menggelar Rapar Koordinasi (Rakor) yang dihadiri oleh BPNP Provinsi NTB. Pada moment tersebut juga melibatkan Walikota Bima. Sementara respon dari pihak BPNP, pada moment Rakor tersebut dijelaskan bahwa pihak BNPB RI tentang mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan hasil Rakor itu pula,” ujar Gufran.

Sedangkan untuk penanganan awal terkait bencana yang menimpa wargadi 21 Keluranan tersebut, dijelaskanya bisa menggunakan dana siap pakai atau dana Tak Terduga (TT). Dan hal tersebut, diakuinya pernah dilakukan disaat terjadinya kasus luar biasa di Kota Bima yakni terkait penanganan pasien Demam Berdarah (DBD) beberapa waktu lalu.

“Sementara untuk menjawab permintaan warga terdampak di 21 Kelurahan tersebut, tentu saja itu akan kami koordinasikan dengan pihak BNBP RI. Sebab, soal itu merupakan kewenangan dari pihak BNPB RI dan Pemerintah Pusat. Namun sebelumnya, kami akan mengkoordinasikanya terlebih dahulu dengan Walikota Bima. Pasalnya, hanya Kepala Daerah yang bisa berkoordiasi langsung dengan pihak BNPB RI maupun Pemerintah Pusat,” jelasnya.

Bencana yang menimpa warga Kota Bima di 21 Kelurahan tersebut maupun yang sebelumnya terjadi di Kota Bima bagian utara, ditegaskanya bukan saja dikarenakan oleh banjir kiriman dari Kecamatan Wawo, Wera dan Ambalawi. Tetapi juga dipicu oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kian sempit akibat pembangunan rumah warga di antaran sungai, tingkat sedimentasi DAS yang kian tinggi, dan DAS yang dipenuhi sampah yang bersumber dari masyarakat yang tak sadar soal kesehatan lingkungan serta dampak buruk lainya.

“Itu faktanya, bukan rekayasa. Buktinya, sampai dengan hari ini kita bisa menyaksikan sendiri tentang bangunan rumah warga yang kian mempersempit DAS, tumpukan sampah yang ada di DAS dan tingkat sedimentasi DAS yang semakin tinggi. Untuk itu, luapan air yang menghantam pemukiman warga di Kota Bima bukan saja karena banjir kiriman dari Wera, Ambalawi dan Wawo. Tetapi juga karena perilaku warga di bantaran sungai,” pungkas Gufran.

Hingga berita ini ditulis, warga di 21 Kelurahan di Kota Bima yang terdampak luapa air tersebut terantau masih terus melakuka upaya pembersihan di rumahnya masing-masing. Terpantau pula bahwa upaya pembersihan tersebut dilakukan secara bergotong-royong. Yang tak kalah memprihatinkan lagi, juga terpantau warga terdampak bencana yang berbuka puasa dan sahur di tengah di tengah lumpur dan sampah di rumahnya masing-masing. 

Pada moment bersamaan,terbesit banyaknya harapan. Antara lain semoga bencana yang sama tak lagi terjadi di kemudian hari. Dan warga diharapkan tetap tegar, tabah, ikhlas dan perilaku membuang sampah di DAS serta membangun rumah yang mempersempit DAS segera dihentikan. (TIM VISIONER) 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.