Karena Solidaritas dan Perjuangan, Hadirlah Sinar Pelita “Doro Nisa” Ditengah Teluk Bima
![]() |
Inilah Pulau Kambing "Nisa Mbe'e". |
Visioner Berita Kabupaten Bima-Bagi
mereka yang pernah datang ke Bima dan melewati jalan sepanjang teluk Bima pasti
dimanjakan dengan melihat keindahan sebuah pulau. Ya, sebuah pulau tanpa dihuni
satu orang manusia pun itu dikenal oleh warga setempat, Nama pulaunya ialah Doro
Nisa.
Sebuah
pulau yang berada di antara dua pelabuhan yang saling berseberangan, yakni
pelabuhan Kota Bima dengan dermaga Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima ini
juga dikenal luas Pulau Kambing (nisa mbe’e) oleh masyrakat Bima.
Jika mendengar
nama pulau kambing pasti terbayang dalam benak pikiran kita, jika di tempat itu
terdapat banyak kambing, sama seperti pulau Ular di Desa Pai Kecamatan Wera
Kabupaten Bima yang banyak ular tapi tidak berbisa.
Tetapi,
di pulau kambing tidak seperti namanya, karena tidak ada seekor kambing pun
yang hidup disana. Yang ada hanya ribuan monyet, burung-burung liar hingga
padang savana. Bisa dikatakan pulau ini disebut hutan belantara ditengah laut.
Sekitar
belasan tahun pulau ini tidak terawat. Banyak tumpukan sampah di sepanjang
pinggir pantai. Kondisi yang memprihatinkan ini membuat warga tidak tertarik
mengunjunginya. Selama ini, hanya dijadikan tempat persinggahan para nelayan
yang mencari ikan atau para pemancing yang menyalurkan hobinya memancing.
Sekitar
tahun 2000, pulau kambing merupakan destinasi andalan warga Bima. Bahkan ada
pihak swasta yang mengelola dengan mendirikan tempat peristirahatan pengunjung,
toilet, hingga dermaga yang ada di bagian timur pulau ini. Hanya saja sekarang
tinggal kenangan. Semua fasilitas yang dibangun kondisinya sudah rusak. Bangunannya
pun ditumbuhi pepohonan. Sedangkan dermaga telah hancur dan tinggal bekasnya
saja.
Ditengah
Indonesia dihantam pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020 lalu, yang
perlahan-lahan mematikan berbagai sektor, salahsatunya pariwisata. Namun di
pulau ini, justru awal nyalanya sebuah lampu (Pelita).
![]() |
InilahPotret Keindahan Pulau Nisa Usai Ditata Pemuda Peduli Wisata (PELITA) Doro Nisa dan Pengunjung Pulau Kambing "Nisa Mbe'e" Kian Ramai. |
Sinar
lampu itu dinyalakan oleh sejumlah orang dari berbagai kalangan seperti mahasiswa,
pemuda, pelajar dan sarjana yang tergabung dalam Pemuda Peduli Wisata (Pelita)
Doro Nisa.
Perjuangan
mereka membersihkan sampah-sampah yang menumpuk di sepanjang pantai hingga
terlihat pasir putih halus. Menata Doro Nisa dengan membuat gazebo dan
spot-spot untuk foto di beberapa titik.
“Alhamdulilah
atas ijin allah swt, usai ditata dengan baik, kini Doro Nisa banyak
pengunjungnya terutama setiap hari Sabtu dan Minggu,” ujar Koordinator Umum
Pelita Doro Nisa, Gunawan, Sabtu, (15/8/2020).
Menuju
pulau kambing pengunjung ada yang melalui dermaga Bajo maupun pelabuhan Kota
Bima dengan menggunakan boat. Tarif yang dikenakan untuk anak-anak sebesar
Rp2.000, sedangkan orang dewasa Rp5.000. “Untuk sampai di tempat ini cukup
memakan waktu 10 hingga 15 menit,” katanya.
Hari demi
hari pengunjung kian meningkat, tidak saja menguntungkan pemilik boat yang
mengantar jemput penumpang dengan tujuan ke pulau kambing. Namun juga
dimanfaatkan oleh sejumlah ibu rumah tangga (IRT) menjual aneka makanan dan
minuman di tempat tersebut. “Ekonomi lokal tumbuh. Sebagian pemuda yang tidak
memiliki pekerjaan dijadikan juru parkir di dermaga Bajo,” jelasnya.
Pelita Ada
karena Solidaritas “Bercerai kita runtuh, Bersatu kita Kuat” adalah slogan
penyemangat bagi Pelita selama menata Doro Nisa. Tidak mengenal tua-muda,
kaya-miskin, bodoh-pintar, yang ada hanya kerja bersama dan bergotong royong
tanpa membedakan latar belakang sosial.
![]() |
Pemuda Peduli Wisata (Pelita) Doro Nisa. |
“Pelita
ada karena solidaritas. Ketika sudah di Doro Nisa, sudah tidak ada lagi banyak
berbicara, yang ada banyak bekerja. Budaya ini yang selalu kami tanamkan,” ungkapnya.
Untuk
memperkuat kebersaamaan, Pelita tetap mengagendakan kemah keakraban seminggu
sekali. Selain meningkatkan solidaritas anggota, tujuannya kemah itu untuk
membahas rencana penataan dan pengembangan Doro Nisa selanjutnya. “Saling
berbagi pendapat dan ide menjadi kunci solidnya Pelita menata Doro Nisa,”
katanya.
Selama
menata Doro Nisa yang sudah berjalan selama dua tiga bulan, Pelita tidak
menuntut bantuan dari kalangan manapun, termasuk dari Pemerintah. Mereka
bekerja secara mandiri dan biaya kebutuhan operasional hasil patungan. “Beli
kayu atau cat untuk pembuatan gazebo kita patungan. Termasuk untuk kebutuhan
konsumsi,” bebernya.
Dalam
meningkatkan jumlah pengunjung di Doro Nisa, Pelita memanfaatkan memanfaatkan
social media, seperti facebook dan youtube untuk mempromosikan destinasi wisata
tersebut.
Doro Nisa, Destinasi Wisata Religi dan
Sejarah yang Terlupakan
Dalam
sejarahnya Doro Nisa pernah menjadi lokasi atau tempat pangkalan minyak
Pemerintah kolonial Belanda. Mengingat masih ada tersisa sejumlah tangki
minyak, yang kini sudah hilang dicuri. Tangki yang terbuat dari baja murni itu,
hilang tiada rimbanya.
“Bukti
sejarah hingga era 2000 tangki minyak peninggalan penjajahan masih ada. Namun
sekarang sudah hilang,” kata Sejarahwan Bima, Alan Malingi.
Dalam
sejarahnya, pulau ini pernah dibom oleh pesawat tempur Jepang sekitar tahun
1944 sebagai sebuah peringatan dari pemerintah Kolonial Jepang akan
menginjakkan kakinya di Bima, yang pada saat itu masih dalam penjajahan
kolonial Belanda.
“Di
tempat ini juga terdapat makam para mubaliq yang menyiarkan islam di tanah
Bima. Akan tetapi kondisi makam yang mengandung nilai sejarah itu kini tidak
terawatt dan terurus,” ujarnya.
Menurut
Alan, disebut pulau kambing, lantaran pada saat zaman kerajaan hingga
penjajahan masyarakat sekitar membiarkan hewan ternak salahsatunya kambing
diliarkan dipulau ini. Disamping banyak rumput yang tersedia, juga menghindari
upeti yang ditarik dan diambil oleh penguasa saat itu.
“Sampai
dengan hari ini namanya terkenal dengan pulau kambing karena dulu dijadikan
tempat untuk persembunyian hewan ternak milik warga yang diambil oleh
penguasa,” jelas Alan.
Ia
berharap Pemerintah serius menata pulau itu. Pasalnya selain banyak menyimpan
potensi wisata laut, dan pantai. Pulau oleh masyarakat sekitar mengenalnya
dengan sebutan Nisa menyimpan banyak potensi wisata sejarah dan Budaya.
“Apabila
dikembangkan dengan serius, pulau ini akan dijadikan primadona karena lokasinya
terletak di tengah teluk Bima,” tandasnya. (FAHRIZ)
Tulis Komentar Anda