Guru Dianiaya, PGRI Beraksi dan Oknum Yang Ngaku Pakar Psikologi Pendidikan di Bima Bergelar Profesor Dicerca

Moment Para Guru Yang Bernaung Pada PGRI Menggelar Aksi Demonstrasi Terkait Kasus Penganiaan Sofiyan

Visioner Berita Kabupaten Bima-Kasus penganiayaan guru SMKN  Woha-Kabupaten Bima, Sofyan S.Pd oleh oknum siswa setempat berinisial MH beberapa waktu lalu, hingga kini diakui masih menjadi perbincangan hangat publik. Meski kasus ini telah berakhir dengan damai antara kedua belah pihak, namun reaksi masyarakat terutama kalangan dunia pendidikan hingga sekarang masih saja berlangsung.

Pertanyaan soal desakan publik agar MH segera dikembalikan kepada orang tuanya atas tindakanya yang dinilai menampar leras wajah dunia pendidikan tersebut, hingga kini belum diketahui. Namun pada pemberitaan sebelumnya, Kepala Sekolah (Kasek) setempat berjanji akan melakukan koordinasi dengan seluruh guru untuk mencapai kesepakatan guna mengembalikan MH kepada orang tuanya.

Kasus heboh yang satu ini, praktis saja memicu reaksi pihak Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota dan Kabupaten Bima. Reaksi tersebut ditandai dengan aksi demosnstrasi oleh pihak PGRI beberapa hari lalu. Pantauan langsung sejumlah Awak Media melaporkan, aksi demonstrasi berupa long march oleh pihak PGRI Kota Bima dan Kabupaten Bima tersebut , titik starnya berada di dua lokasi.

PGRI Kota Bima berkumpul di gedung Paruganae Convention Hall dan melakukan long march hingga bergabung dengan pihak PGRI Kabupaten Bima di depan kantor Kepala Cabang Dinas (KCD) Provinsi NTB di Panda. Tiba di depan KCD tersebut, mereka melakukan orasi secara bergantian.

Isi orasinya mendesak pihak SMKN Woha segera mengembalikan MH kepada orang tuanya. Tak hanya itu, mereka juga menghimbau kepada seluruh sekolah di NTB agar tidak menerima MH sebagai muridnya.

Masih dalam liputan sejumlah Awak Media, hampir ribuan guru yang tergabung dalam PGRI tersebut disambut oleh Kepala KCD NTB, St Maryatun, S.Pd, MM. Pada moment aksi demonstrasi tersebut, Maryatun menyatakan sangat menyesali tindakan MH kepada Sofiyan. Untuk itu, Maryatun mendesak agar pihak sekolah setempat agar segera mengambil keputusan tegas terhadap MH.

Berangkat dari kasus ini, Maryatun menghimbau kepada seluruh siswa dan siswi di NTB agar mematuhi ketentuan yang berlaku dalam dunia pendidikan. Merokok di dalam kelas, ditegaskanya mencerminkan sikap dan perilaku siswa yang tidak selaras dengan marwah dunia pendidikan.

Untuk itu, kasus yang satu ini ditegaskanya patut untuk dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi dunia pendidikan di NTB, khususnya di Kabupaten Bima. Dalam kasus ini pula, sosok wanita cantik yang dikenal cerdas dan sangat baik yang akrab disapa Atun ini mengapresiasi Sofiyan karena tidak melakukan perlawanan terhadap serangan MH. Tetapi  Namun, Atun mengecam keras sikap dan tindakan MH terhadap Sofiyan.

Atun kembali menegaskan, setelah diberlakukan kurikulum merdeka belajar dan sekolah penggerak bukan berarti bahwa siswa bisa melakukan hal-hal yang bersifat sewenang-wenang terhadap para guru. Tetapi kuri kulu merdeka belajar itu ditegaskanya harus dimanfaatkan oleh para siswa untuk membuktikan potensi SDM terbaiknya pada masing-masing sekolahnya.

Farzan Yang Ngaku Pakar Psikologi Pendidikan Bergelar Prof. DR. M.Pd. P.hd

Terlepas dari itu, kasus penganiayaan terhadap Sofiyan ini praktis saja memunculkan sesuatu yang ditegaskan sangat kontradiktif yang dinilai mencabik-cabik hati serta perasaan para guru di dunia. Yakni sosok yang konon katanya bergelar Profesor (Prof), DR, M.Pd. P.hd yang juga mengaku sebagai Pakar Piskologi Pendidikan Kabupaten Bima bernama Farzan Khalif.

Kemarahan para guru dalam kaitan itu dipicu oleh postingan farzan di beranda Medsos. Pada postingan tersebut, Farzan menyatakan bahwa Guru jangan mendramatisir keadaan maklum anak sekolah harus dipelajari psikologinya, jangan menegur kendatipun dia merokok.

Tak hanya itu, Farzan juga mengatakan bahwa guru banyak yang mendramatisir seakan-akan mereka terzolimi oleh siswa. Masih menurutnya, kebanyakan guru banyak yang “berselisih” dengan siswa seakan-akan 100 porsen siswa yang salah.

Tak hanya itu, Farzan juga menyatakan kemungkinan teguran guru tersebut terlalu kasar, siswa tidak mungkin memukul guru jika ditegur dengan bahasa yang halus. Ini kenyataanya jika siswa yang salah, justeru guru yang sangat emosi, guru harus sabar ketika ada siswa yang berbuat baik atau berbuat buruk.

Pantauan langsung Media Online www.visionerbima.com di beranda Medsos melaporkan, para nitizen yang rata-rata berprofesi sebagai guru di Bima menuliskan narasi dalam bentuk berbaga kecaman  yang diarahkan kepada Farzan. Antara lain, Farzan dituding telah mencabik-cabik hati dan perasaan guru di dunia.

Kendati menuai kecaman keras dari para guru, postingan Farzan tersebut terpantau “sangat” viral. Dan dalam kaitan itu, Farzan disebut-sebut oleh para nitizen sebagai bentuk pelecehan terhadap marwah guru di dunia.

“Luar biasa narasimu pak prof. Kata2 mu melukai semua hati seorang guru di seluruh dunia. Jadilah 1 hari saja sebagai seorang guru baru kamu tau bagaimana proses seorang guru membina dan melatih para siswanya sehingga mereka bisa meraih dan memperoleh jati diri yang sesungguhnya,” kecam salah seorang nitizen.

Tak hanya itu, ada pula nitizen yang mempertanyakan soal seabrek gelar Prof. DR. M.Pd. P.hd yang menempel pada diri. Dan ada pula nitizen yang menyebutkan bahwa apa yang dilakukan oleh Farzan dalam kaitan itu sebagai upaya mencari viewers sebanyak-banyaknya guna untuk menaikan ratting akun Medsosnya hingga dimonetisasi.

Selain itu, melalui beranda Medsos para guru juga mempertanyakan tentang kebenaran dari kapasitas Farjan sebagai Pakar Piskologi Pendidikan di Kabupaten Bima. Masih berdasarkan pantauan langsung Media ini di beranda Medsos melaporkan, karena dinilai derasnya kecaman dari para guru tersebut-postingan Farzan tersebut kini tak terlihat lagi.

Atas postinganya yang dituding sangat kontroversial itu, saat itu para guru di Bima berencana akan melaporkan Farzan melalui jalur hukum. Hanya saja, sampai saat ini rencana tersebut belum dilakukan oleh para guru maupun lembaga yang menaungi profesi guru di Bima. (TIM VISIONER) 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.