Agar Para Peternak Tertolong Pada Moment Tertentu, Begini Saran drh. Cantik Ini

drh. Laila Genita Feralin

Visioner Berita Kota Bima-Peristiwa kematian tiga ekor sapi betina milik Sahrir warga asal Lingkungan Tolotongga Kelurahan Ule Kecamatan Asakota Kota Bima karena diduga diracun oleh pencuri, praktis saja mengundang keprihatinan berbagai pihak. Akibat lain yang ditimbulkan oleh peristiwa itu, juga membuat pemiliknya mengalami kerugian sekitar Rp20 juta lebih. Untuk kedepannya, para peternak harus mengantisipasi agar tak terjadi kerugian pada moment-momentb tertentu.

Misalnya, ternak dicuri dan hal lainnya yang menimbulkan kerugian bagi para peternak khususnya di Kota Bima. Cara antisipasi paling ideal bagi para peternak tersebut, yakni sesegera mungkin membuat asuransi jiwa bagi ternaknya. Demikian dikemukakan oleh seorang dokter heran (drh) cantik pada Dinas Pertanian Kota Bima yang kesehariannya beraktivitas pada UPT Poskeswan Kecamatan Asakota, yakni drh. Laila Genita Feralin yang akrab disapa Fera. 

Di moment pengambilan sampel telinga pada bangkai ternak yang dibuang oleh pemiliknya di atas gunung itu, Fera juga ikut terlibat bersama petugas Poskeswan lainnya serta Babinkamtibmas Kelurahan Melayu, Brigadir Mulyadin. Pun pada momet tersebut, juga melibatkan Visioner.

“Sekarang saya ingin menjelaskan tentang Asuransi Untuk Ternak Sapi (AUTS) di JASINDO. Dan program ini bagus sekali dan sudah berjalan selama satu tahun. Jadi, program ini dikhususnya untuk para petani ternak yang punya sapi Rp40 per tahun. Untukn sapi betinanya, itu bisa mendapatkan asuransi kalau suatu waktu sapinya mati atau direkomendasikan dipotong pakas oleh dokter hewan karena penyakitnya tidak bisa sembuh-sembuh, dan ternaknya dicuri. Akibat peristiwa-peristiwa tersebut, para pemilik ternak sapi bisa mengklaimnya ke Asuransi JASINDO,” jelas drh. Fera juga yang terlihat ramah ini.  

Fera kembali menjelaskan, sebenarnya pembayaran asuransi bagi para peternak sapi tersebut adalah Rp200 ribu per tahun. Namun, Pemerintah telah mensubsidi sebesar Rp160 ribu per tahunnya sehingga para pernak hanya membayarkan Rp40 ribu per tahunnya. “Sekali lagi perlu kami jelaskan, para peternak cukup membayar Rp40 ribu per tahun untuk satu ekor sapinya. Untuk itu, asuransi ini sangat membantu bagi para para peternak itu sendiri,” terangnya.

Tandas Fera, bahwa asuransi jiwa bagi peternak tersebut sangat membantu diperolehnya melalui pengakuan para peternak yang sebelumnya dimana ternaknya dicuri maupuun dipotong paksa atas rekomendasi dokter karena sakitnya tidak kunjung sembuh.

“Salah satunya, Pak Sudirman di Kelurahan Rite Kota Bima. Beliau mendapatkan rekomendasi dari dokter hewan agar ternaknya dipotong paksa karena penyakitnya tidak bisa disembuhkan sehingga dia menjual ternak tersebut di tempat penjagalan namun hanya memperoleh keuntungan sedikit yakni sekitar Rp2,5 juta. Nah, sebenarnya untuk mengklaim asuransi terhadap satu ekor sapi milik pak Sudirman ini adalah Rp10 juta. Namun untuk klaim Rp7,5 juta bagi satu ekor sapi Pak Sudirman ini diganti oleh Asuransi JASINDO,” tandas Fera.

Contoh yang sudah dilakukan dalam kaitan itu (asuransi jiwa bagi ternak melalui JASINDO), diakuinya justeru memberikan keuntungan besar bagi para peternak. Hal tersebut, pun diakuinya sebagai cerminan bahwa negara membantu para peternak itu sendiri.

“Pentingnya asuransi jiwa bagi peternak ini, kami juga sudah melakukan sosialisasi pada moment-moment tertentu yang juga melibatkan para peternak dan pihak Poskeswan. Selanjutnya, kami juga sudah titipkan mandat kepada setiap Ketua Kelompok Ternak (Kopter). Hanya saja, mungkin masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang pentingnya asuransi jiwa bagi ternak tersebut,” ujar Fera.

Oleh karenanya, tahapan sosialisasinya kepada para peternak pelu dikembangkan lagi. Menjawab pertanyaan tentang porsentase tingkat kesadaran masyarakat untuk mengasuransikan peternaknya, Fera menyatakan bahwa masyarakat tentu saja sangat berminat ketika mengetahui hal penting ini.

“Kalau menurut saya, kalau masyarakat tahu soal itu tentu saja berminat. Sementaras porsentase tingkat kesadaran peternak yang ada di Kota Bima untuk itu tentu saja masih kurang. Oleh karenanya, langkah sosialisasi agar kesadaran masyarakat tumbuh terhadap hal itu masih harus dilakukan. Namun, akan lebih bagus juga jika rekan-rejkan Pers bisa mensosialisasikan hal ini melalui medianya masing-masing. Dan, cara itu juga sangat membantu masyarakat khususnya para peternak itu sendiri,” harap Fera. (Rizal/Wildan/Buyung/AL/Nana/Gilang)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.