Matinya Narasi Kepemimpinan
![]() |
Penulis: Yasser Arafat, SH, MH
Pemimpin yang hebat
adalah mereka yang memiliki kemampuan membaca keadaan dan kebutuhan jamannya,
keadaan yang hidup disekitar, kebutuhan mendesak di sekelilingnya, pemimpin
yang hebat adalah mereka yang mampu merekam dan menulis keresahan yang ada
dalam bathin publik yang kian hari kian menggemuka kekhawatiran akan
ketidakpastian masa masa depan tak menentu.
Pemimpin yang hebat adalah mereka hadir di
tengah kehidupan merasakan dan menikmati bersama tekanan dan tantangan
kehidupan sosial, seperti tekanan ekonomi yang semakin sulit karena setiap
waktu harga kebutuhan terus mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada
menguatnya tantangan kehidupan sosial di segala lini akibat stagnasi inovasi
yang dilakukan pemimpin.
Di tengah kondisi karut-marut yang melanda
kehidupan sosial hari ini dibutuhkan kehadiran pemimpin yang mampu menggerakkan
dan mendobrak keadaan statis menjadi dinamis untuk menjawab persoalan
ketimpangan sosial, diskriminasi ekonomi, dikotomi pembangunan dan disharmoni
sosial akibat distribusi keadilan yang tidak merata.
Beragam isu sosial tersebut selalu mengemuka
dalam setiap diskusi pembangunan di forum-forum pemerintah, legislatif dan di
ruang-ruang percakapan publik karena isu pemberantasan kemiskinan, pengurangan
jumlah pengangguran dan pemerataan pembangunan tidak saja menarik dibicarakan
tetapi sangat seksi diperebutkan oleh banyak kalangan untuk dijadikan proyek
pembangunan negara, pemerintah dan swasta.
Di Indonesia angka kemiskinan berdasarkan
data BPS mengalami perbaikan angka secara administratif sebagai progres upaya
capaian pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan melalui pemberian bantuan
tunai dan bantuan lainnya tetapi secara faktual kasat mata kemiskinan di
indonesia masih menjadi momok menakutkan misalnya jumlah pengangguran yang
terus bertambah, ketimpangan yang sosial mengganga, pertumbuhan ekonomi secara
nasional di bawah angka 7 porsen, penguasaan aset tanah dan perumahan yang
timpang antara elite dan masyarakat, penegakkan hukum yang masih lemah, mutu
pendidikan belum bagus dan lain-lain yang masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR).
Jika diurai, ada tiga persoalan mendasar yang
dihadapi bangsa Indonesia. Pertama, masalah food (pangan). Kedua, Job
(pekerjaan) dan ketiga shelter (tempat tinggal). Ketiga persoalan ini apabila
tidak diatasi dengan baik akan menyerempet ke masalah lain seperti kerawanan
sosial, konflik, kriminalitas, ketimpangan sosial yang berdampak pada
melebarnya jurang kemiskinan antara elite dan jelata.
Membangun indonesia yang berkeadilan adalah
visi besar bangsa Indonesia sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945, yang
merupakan jiwa pembangunan raga pertiwi menuju negara adil makmur, cita-cita
tersebut merupakan ikatan suci bathin anak bangsa, bahwa indonesia adalah tanah
tumpah darah, rumah persatuan dalam keragaman "Bhineka Tunggal Ika".
Pancasila adalah cita nilai dalam mendorong
pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia raya berkelas dunia dan menjadi
pemimpin di kawasan Asean dan Macan di Asia Tenggara sebagaimana yang terus
digelorakan oleh Bung Karno dan diperkenalkan KH. Agus Salim tentang kehebatan
diplomasi kelas dunia dan banyak tokoh-tokoh lainnya.
Negara adil makmur bukan sekedar wacana sakti
diteks Pancasila saja, tetapi gagasan hidup di bumi pertiwi yang terus
didewakan anak negeri suatu saat nanti akan terwujud di bawah kepemimpinan yang
dirahmati oleh Allah SWT yaitu negeri "Baldatun thoybatun
Warabungafur".
Ciri Negeri Adil Makmur:
![]() |
ILUSTRASI dari OPINI |
2. Pembangunan Manusia Indonesia yang
berkeadilan adalah asas utama pembangunan masyarakat yang berbudaya dan berbudi
luhur, mengingat masyarakat Indonesia memiliki kekayaan budaya beraneka ragam
mulai dari sabang sampai merauke, kekuatan budaya merupakan modal utama untuk
mempersatukan bangsa Indonesia yang berkepulauan melalui implementasi
pendidikan budaya, bela negara, dan kemaritiman dengan pendekatan Hankamnas
agar anak bangsa memiliki perasaan senasib, sepenanggungan dan seperjuangan.
3. Pembangunan untuk menyatukan dan mempersatukan
anak bangsa adalah cita luhur dan gagasan agung yang terus didendangkan dalam
syair sumpah pemuda yang memuat akad dan ikatan batin emosional para pemuda-
pemudi nusantara yang beraneka ragam agama, kepercayaan, tradisi, budaya dan
ras, mereka bersatu karena dorongan semangat cinta tanah air bukan dorongan
warna kepentingan kelompok, golongan dan agama karena bumi pertiwi sudah
berikrar tidak boleh ada warna dominan kecuali warna "Merah Putih".
Sumber kekayaan alam yang melimpah dimiliki
adalah rahmat Allah SWT untuk mensejahterakan rakyatnya baik yang ada di darat,
di udara dan yang tersedia di laut adalah hak milik rakyat yang dikusai negara,
maka sumber-sumber kekayaan harus dikelola dan dikusai oleh negara untuk
kesejahteraan rakyat.
4. Memperkuat dan mengkonsolidasi kekuatan
rakyat adalah strategi membangun dan merawat keutuhan negara kepulauan yang
dihuni oleh banyak etnik, yang apabila dikelola dan diorganisir dengan baik
oleh negara akan menjadi kekuatan utama penyangga kestabilan negara dalam
menghadapi tekanan dan tantangan global. Di mana Bangsa yang besar membutuh
dukungan perjuangan rakyatnya apalagi jika rakyat yang dimiliki adalah memiliki
kemampuan intelektual yang tinggi akan sangat membantu kelangsungan dan
keberlanjutan kehidupan dalam menghadapi tantangan global.
5.Tujuan akhir dari cita perjuangan negara
sebagaimana yang tertulis dalam amanat sakral Pancasila adalah keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia, gagasan tentang keadilan sosial dalam kehidupan
negara demokrasi merupakan ide yang mendasar bagi tegak negara hukum demokrasi.
Keadilan merupakan percakapan pertama dan utama dalam dialektika kehidupan
negara sejak jaman Thales, Heraklaitos hingga era Plato dan Jhon Locke, kenapa
demikian? karena keadilan merupakan roh utama tegaknya ketertiban sosial dalam
teori keseimbangan kehidupan negara. HAM akan tegak apabila bersandar di bahu
keadilan.
#Kita butuh Pemimpin Pikiran-Bersambung.... (***)
Tulis Komentar Anda