David Sami'un Mantan Tukang Parkir Miskin Yang Ditikam Hingga Tewas, Anaknya : Om Bapak Kami Sudah Pergi ke Mana ?

Jenazah David Saat Disemayamkan di Rumah Duka (Sebelum Dikuburkan).

Visioner Berita Kabupaten Bima-Senin tanggal 3 Maret 2021 sekitar pukul 19.30 Wita, sebuah tragedi mengenaskan terjadi di Dusun Bante Desa Tente Kecamatan Woha Kabupaten Bima. Seorang mantan tukang parkir yang diakui miskin, David Sami'un (47) tewas mengenaskan dalam perjalanan menuju RSUD Bima setelah dipukul menggunakan kayu balok dan ditikam menggunakan tombak oleh dua orang anak Janda bernama Dahlia-sebut saja Efendi dan Agus Salim.

Peristiwa miris mengusung duka dan air mata berkepanjangan bagi keluarga dan anaka-anak korban ini, disebut-sebut bermotifkan bahwa kedua pelaku menolak korban berhubungan (pacaran) dengan ibu kandungnya (Dahlia). Korban dihajar menggunakan balok dan ditikam dengan tombak hingga tersungkur di tanah-bersimbah darah (dalam kondisi tak berdaya), terjadi disaat duduk bersama warga setempat, dan Ratna yang merupakan saksi mata pada insiden itu mengatakan, bukan karena kepergok pacara dengan Dahlia sebagaimana pemberitaan yang berseliweran di pelatara Media Sosial (Medsos).

Benarkah tragaedi mengenaskan itu bermotifkan menolak korban berhubungan dengan Dahlia ?. Rabu (5/4/2021), Visioner mencoba menelusurinya. Secara umum, sejumlah orang mengaku masih sangat meragukan jika itu motifnya, tetapi diduga karena adanya “hal lain”.  

“Sebelum tewas, korban sudah menyatakan akan mundur dari Dahlia. Menurut korban, ia menyatakan mundur dari Dahlia karena adanya dugaan bahwa kedua pelaku pernah menganiaya ibu kandungnya itu (Dahlia),” duga sejumlah sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Menganiaya korban hingga tewas mengenaskan hanya karena alasan menolak hubungan dimaksud, sumber menegaskan bahwa tindakan itu adalah tidak tepat. Oleh sebab itu, sejumlah sumber tersebut menduga adanya “motif lain” dibalik peristiwa miris yang menimpa tukan parkir miskin yang disebut-sebut diputus kontraknya oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bima itu, padahal masa kontraknya disebut-sebut masih berlaku untuk tiga bulan ke depan.

Oleh sebab itu, sejumlah sumber berharap agar Polisi mampu mengungkap dugaan “motif lain” dibalik peristiwa terbunuhnya tukang parkir miskin, dan meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil-kecil ini.

Masih soal kematian tak wajar yang menimpa tukang parkir miskin ini, ketiga orang anaknya masih kecil yang ditinggalkanya hingga hari ini masih tidak percaya bahwa ayahnya telah pergi untuk selamanya. Hal itu terungkap bahwa hari ini (5/4/2021), anak-anaknya tersebut masih bertanya kepada ayahnya pergi.

Om, bapak kami sudah pergi ke mana?,” tanyanya. Pertanyaan singkat ini, hanya mampu dijawab oleh sejumlah orang dengan air mata duka. Dan yang pasti, tiga orang bocah kecil yang ditinggalkan oleh korban ini, kini berstatus sebagai Yatim-Piatu.

Ibu kandungnya, disebut-sebut meninggal dunia setelah mengalami sakit berat selama delapan tahun. Ibunya meninggal dunia beberapa tahun silam. Untuk itu, kondisi ini diharapkan dapat mengetuk hati nurani Pemerintah dan pihak-pihak lain agar bisa membantunya. Mulai dari soal rumahnya yang masih membutuhkan sentuhan kemanusiaan dari berbagai pihak hingga terkait pendidikan dan masa depan ketiga bocah Yatim-Piatu ini.   

Seperti apa sosok korban dan seperti apa pula kondisi kehidupanya?. Lagi-lagi Visioner memperoleh penjelasan akurat dari sejumlah warga setempat. Di masa hidupnya, korban disebut-sebut sebagai sosok yang tidak pernah bermusuhan dengan siapapun, sangat sayang terhadap anak-anak kecil di lingkungannya, dan disebut-sebut sempat menolak adanya dugaan ditawar sebagai kurir Narkoba dari oknum tertentu.

Masih menurut warga sekitar, kondisi kehidupan di bawah garis kemiskinan yang dialmi oleh korban beserta keluarganya bukan sekedar wacana. Tetapi itu nyata adanya. Fakta kemiskinan yang menerpa korban beserta keluarganya, terindikasi melalui rumahnya yang dibangun secara swadaya oleh warga sekitar.

“Ya, korban adalah warga miskin. Rumahnya dibangun secara swadaya oleh warga setempat. Setelah ayanhya tewas di tangan kedua pelaku, lengkap sudah status ketiga anaknya sebagai Yatim-Piatu. Tiga orang anak yang ditinggalkan oleh ayah dan ibunya tersebut masih kecil-kecil,” terang salahsatu warga yang tak ingin disebutkan namanya kepada Visioner, Rabu (5/4/2021).

Lanjutnya, warga juga membenarkan bahwa korban di masa hidupnya sangat sayang dengan anak-anak kecil, dan tidak pernah berselisih dengan siapapun. Berdasarkan informasi penting yang diterimanya, korban sebelum tewas mengenaskan pernah menjelaskan ingin mundur dari Dahlia setelah melihat Dahlia yang diduga oleh kedua anaknya itu (Efendi dan Afus Salim).

“Tak sedikit anak-anak kecil yang menangis histeris ketika mendengar dan menyaksikan di saat korban meninggal dalam kondisi bersimbah darah dari sejumlah luka karena di hajar menggunakan balok dan ditikam menggunakan tombak pada sejumlah bagian tubuhnya oleh kedua pelaku,” terang warga.

Warga setempat menegaskan bahwa korban merupakan sook yang sangat baik dan tidak pernah berselisih dengan siapapun di masa hidupnya adalah fakta tak terbantah serta masih dikenangi oleh warga Tente. Oleh sebab itu, warga Tente kaget, sedih dan menangis histeris ketika mendengar korban dihajar dengan balok dan ditikan dengan tombak hingga mati dalam perjalan menuju RSUD Bima.

Sementara dalam catatan penting lainnya, kedua pelaku “sangat berbeda” dari warga-warga lainya di wilayah setempat. Dari informasi yang diperolehnya pada sejumlah pihak, setiap ada masalah dan perkelahian kedua pelaku suka mengancam dengan parang. “Diduga saat ada masalah keduanya sering mengancam dengan parang,” kata warga yang tak ingin dipublikasikan namanya.

Pada Senin malam (3/4/2021), ada hal “berbeda” yang terjadi di RSUD Bima. Yakni diduga pihak RSUD Bima menolak mayat korban dipulangkan ke rumahnya di Tente karena alasan biaya administrasi penanganan medis terhadap korban senilai Jutaan Rupiah yang belum dibayarkan.

“Ya, pada malam itu pihak RSUD Bima enggan menyerahkan mayat korban untuk dibawa pulang ke rumahnya karena biaya penanganan medisnya belum dibayar oleh keluarga korban. Oleh sebab itu, kami harus mengumpulkan uang dan berhasil mendapatkan Rp3 juta untuk membayar biaya administrasi penanganan medis terhadap korban,” papar warga yang ikut korban ke RSUD Bima.

Uang yang dikumpulkan sebesar Rp3 juta tersebut telah diserahkan kepada pihak RSUD Bima. Namun demikian, pihak RSUD Bima belum juga mau menyerahkan jenazah korban untuk dipulangkan Tente.

“Ditengah ketegangan soal itu terjadi di RSUD Bima, akhirnya Kepala Dikes Kabupaten Bima yakni dr. H. Ganis bersuara keras. Kepada pihak RSUD Bima, dr. Ganis dengan tegas menyatakan menanggung semua risiko yang ditimbulkan dalam penanganan medis terhadap korban. Alhasil, pihak RSUD Bima pun melepaskan jenazah korban untuk dipulangkan ke Tente,” ucapnya.

Ia menambahkah, bukan saja dr. Ganis yang menanggung biaya administrasi bagi penanganan medis terhadap korban. Tetapi, juga bersumber dari uang pribadinya Kapolres Bima Kabupaten, AKBP Gunawa, S.IK, SH.

“Ya, Pak Gunawan mengaku mengeluarkan uang pribadinya untuk membayar biaya bagi penanganan medis terhadap korban. Terimakasih, apresiasi, bangga dan penghormatan yang setinggi-tingginya dari pihak keluarga korban kepada dr. Ganis dan Kapolres Bima Kabupaten, AKBP Gunawan, S.IK, SH,” tutur dia.

Lepas dari itu, terkait kasus yang menimpa korban-berbagai pihak mendesak Polisi agar mampu mengungkap dugaan “motif lain” dimaksud, dan kedua pelaku diminta dihukum seberat-beratnya. Tak hanya itu, berbagai pihak juga menduga adanya unsur perencanaan dibalik kasus penganiayaan terhadap korban hingga tewas mengenaskan.

Sementara kedua pelaku, sudah berhasil ditangkap dan kini mendekam dalam sel tahanan Polres Bima Kabupaten. Kabar terkini yang diperoleh Visioner mengungkap, kedua pelaku masih dilakukan pemeriksaan secara intensif oleh pihak Sat Reskrim Polres Bima Kabupaten.

Sedangan dari kondisi kehidupan tiga orang anak yang ditinggalkan oleh korban (Yatim-Piatu), berbagai pihak memohon hadirnya sentuhan kemanusiaan dari Pemerintah serta uluran tangan dari para pihak. Masih soal itu, Bupati-Wakil Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti-Drs. H. Dahlan diharapkan agar hadir di rumah guna melihat secara langsung tentang kondisi kehidupan sosial yang dialami oleh tiga orang anak yang berstatus Yatim-Piatu itu. (TIM VISIONER)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.