Rata-Rata Jutaan Rupiah Diperoleh Pedagang Pada Event Pacuan Kuda, Firdaus: Kalender Eventnya Harus Jelas

Dae Fedo dan Pengurus Pordasi Kota Bima Saat Makan Soto-Sate di Warung Vivi di Lapangan Pacuan Kuda Sambinae, Sabtu (25/11/2023)

Visioner Berita Kota Bima-Event semi final pacuan kuda di lapangan Sambinae-Kota Bima pada Sabtu (25/11/2023) terlihat sangat ramai. Puluhan ribu pecinta kuda yang berasal dari Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Sumbawa memadati lapangan pacuan kuda tersebut.

Dari keramaian tersebut, terpantau memberikan keuntungan besar bagi tukang parkir, para pedagang dan lainya. Pada moment semi final tersebut, pedagang soto-sate yakni Vivi Yanti mengaku mendapatkan uang sebesar Rp7 juta.

“Rata-rata jutaan rupiah yang saya dapatkan tiap hari di lapangan pacuan kuda Sambinae ini. Sementara pada moment semi final ini, Alhamdulillah hasil penjualan saya mencapai Rp7 juta,” terang Vivi kepada Media Online www.visionerbima.com.


Oleh sebab itu, Vivi menyatakan apresiasi dan terimakasih kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Bima yang telah menyelenggarakan event pacuan kuda tersebut. Diakuinya, keuntungan besar yang diperolehnya dafri hasil penjualan soto-sate tersebut hanya diperolehnya melalui event pacuan kuda.

“Untuk itu, kami berharap agar Pemkot Bima bisa menyelenggarakan event pacuan kuda minimal 3 kali dalam setahun. Sebab, hal tersebut sangat membantu ekonomi dan kesejahteraan bagi kami para pedagang. Hasil penjualan ini kami manfaatkan untuk menutupi kehidupan sehari-hari dan membantu biaya anak-anak yang sekolah,” terang Vivi.

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh pedagang soto-sate asal Kelurahan Rabadompu Timur Kecamatan Rasanae Timur-Kota Bima, Sulaiman. Rata-rata penghasilan yang diperolehnya sejak hari pertama hingga sebelum memasuki semi final pacuan kuda tersebut rata-rata jutaan rupiah. Sedangkan pada moment semi final pacuan kuda tersebut, Sulaiman mengaku mendapatkan penghasilan sebesar Rp4 juta.

Sulaiman Pedagang Soto-Sate di Lapangan Pacuan Kuda Sambinae (25/11/2023)

“Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga sebelum semi final pacuan kuda ini-Alhamdulillah hasil penjualan saya rata-rata Rp2 juta. Sedangkan di event semi final pacuan kuda ini, Alhamdulillah hasil penjualan soto-sate ini mencapai Rp4 juta. Namun hasil penjualan terbesar yang saya dapatkan ada di lapangan pacuan kuda Panda-Kabupaten Bima,” tandas Sulaiman.

Di balik perolehanya dalam kaitan itu, Sulaiman mengaku juga adanya pengeluaran. Yakni mulai dari sewa tanah, air bersih dan listrik. Untuk biaya listriknya, ia harus mengeluarkan uang sebesar Rp100 ribu selama event pacuan kuda berlangsung.

“Untuk air bersih, Alhamdulillah pada event pacuan kuda kali ini saya tidak mengeluarkan biaya. Sedangkan untuk sewa tanah selama event pacuan kuda ini, saya mengeluarkan uang sebesar Rp400 ribu,” ujar Sulaiman.

Ia mengaku berjualan soto-sate disaat event pacuan kuda, baik di Sambina’e mauoun di lapangan pacuan kuda di Panda. Karena event tersebut diakui sangat membantu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya, Sulaiman meminta agar Pemerintah baik Kota maupun Kabupaten Bima bisa menyelenggarakan event pacuan kuda minimal 3 kali dalam setahun.

“Event pacuan kuda harus dipertahankan dan wajib untuk dikembangkan sampai kapanpun. Sebab, pacuan kuda merupakan tradisi warisan leluhurnya orang Bima. Nama Bima dikenal di mana-mana, salah satunya karena event pacuan kuda. Banyak dampak positif dari pacuan kuda. Antara lain pedagang di untungkan, pun demikian halnya dengan pengangguran yang diperi ruang pekerjaan melalui perparkiran. Untuk itu, saya minta agar event pacuan kuda di Bima dilaksanakan minimal 3 kali dalam setahun,” harap Sulaiman.

Pedagang Asal Sambinae-Kota Bima di Lapangan Pacuan Kuda Setempat, Anggi (25/11/2023)

Permintaan dan harapan yang sama juga datang dari pedagang asal Kelurahan Sambinae-Kota Bima, Anggi. Kepada Media ini, Anggi memastikan banyaknya keuntungan yang diperolehnya dari hasil penjualanya selama event pacuan kuda di Sambina’e.

“Rata-rata hasil penjualan saya sejak hari pertama hingga sebelum semi final pacuan kuda ini sebesar Rp1 juta. Sedangkan pendapatan saya pada event semi final pacuan kuda ini, Alhamdulillah jauh lebih besar dari sebelumnya. Tetapi pendapatan tersebut belum saya hitung. Insya Allah bisa mencapai jutaa rupiah juga,” papar ibu satu anak ini.

Di lapangan pacuan kuda Sambinae itu, Anggi menjual ayam geprek, cilok, telur matang, kopi, rokok, makanan siap saji (mie instant), air mineral dan lainya. Anggi kemudian memastikan bahwa penghasilan terbesar yabng diperolehnya, yakni pada moment grand final pacuan kuda di Sambinae pada Minggu (26/11/2023).

“Sebab, jumlah pengunjung yang hadir pada moment grand final ini jauh lebih banyak dari sebelumnya. Event pacuan kuda ini tentu saja memberikan keuntungan terbesar buat kami selaku pedagang. Pun demikian halnya dengan tukang parkir. Olehnya demikian, kami minta agar pacuan kuda di Bima dilaksanakan minimal 3 kali dalam setahun,” pinta Anggi.

Pada Sabtu sore itu, Media ini juga sempat mewawancara seorang ibu yang jusianya sudah tua. Ibu bernama Aminah ini, terlihat memajang dagangan yang tidak terlalu banyak. Yakni kopi, mie instant dan air mineral. Kendati demikian, per hari hingga moment semi final pacuan kua itu ia mendapatkann hasil penjualan rata-rata Rp300 ribu.

“Selain itu, saya juga mendapatkan uang dari hasil sewa lapak dan sewa bilik yang ada di lapangan pacuan kuda Sambinae ini. Sebab, saya adalah pemilik tanah yang digunakan oleh Pemerintah untuk event pacuan kuda ini. Oleh sebab itu, saya meminta agat Pemkot Bima bisa menyelenggarakan event pacuan kuda ini minimal 3 kali dalam setahun. Sebab, hal tersebut sangat membantu peningkatan ekonomi dan kesejahteraan kami, para pedagang dan tukang parkir,” pintanya.

Foto Bersama Panitia Penyelenggara Event Pacuan Kuda Walikota Cup 2023 di Lapangan Pacuan Kuda Sambinae-Kota Bima, Sabtu (25/11/2023)

Secara terpisah, Bendahara Umum (Bendum) event pacuan kuda di Sambinae yakni Firdaus, ST, MM menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk tidak mempertahankan dan mengembangkan event pacuan kuda yang menampilkan joki cilik baik di Kota Bima maupun di Kabupaten Bima. Sebab, ada banyak dampak positif yang ditimbulkan melalui event pacuan kuda ini.

“Ribuan orang hadir sebagai pengunjung pada event pacuan kuda ini. Yang tak kalah dahsyatnya, jumlah pengunjung terlihat pada event semi final. Dan yang lebih dahsyat lagi, jumlah pengunjung akan terjadi pada event grand final yang berlangsung hari minggu (26/11/2023),” tegas sosok yang dikenal sangat baik yang juga Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima ini.   

Dari sangat ramainya para pengunjung tersebut, sosok Akademisi yang diakui telah menciptakan enterpreneur melalui Kampus STIE Bima ini mendesak Pemkot Bima agar memperjelas kalender event pacuan kuda melalui Dinas Pariwisata Pendidikan dan Oiah Raga (Disparpora) setempat. Sebab, pacuan kuda sudah tercatat sebagai salah satu Cabang Olah Raga (Cabor) di NTB yakni Pordasi.

“Lapangan pacuan kuda harus ditata kelola dengan baik. Tata kelola tersebut bukan saja soal pedagang, tetapi juga soal lapanganya. Dan dalam kaitan itu pula, Pemkot Bima dituntut untuk memiliki lapangan pacuan  kuda sendiri. Sedangkan lapangan pacuan kuda di Sambinae ini, kan masih sewa tanah milik warga Sambinae,” desak Firdaus.

Sabtu (25/11/2023) diakuinya sebagai hari ke-10 pacuan kuda di Sambinae. Setiap hari, diakuinya ribuan pengunjung hadir. Mereka diakuinya sebagai para pecinta kuda yang datang dari berbagai daerah di Pulau Sumbawa ini.

“Ketertarikan pengunjung bukan saja soal kuda. Tetapi juga soal penampilan joki cilik yang dikenal sangat berani menunggangi kuda pacuan dari berbagai kelasnya. Kita harus jujur, Joki cilik telah memberikan berbagai kontribusi positif melalui event pacuan kuda. Diantaranya mengharumkan nama Bima, memberikan kontribusi bagi pedagang, tukang parkir, PAD untuk Kota Bima dan Kabupaten bima serta mengharumkan nama Bima di kancah Nasional dan bahkan Internasional. Untuk itu, kita semua harus berterimakasih kepada para joki cilik,” tegas sosok sederhana tetapi cerdas dan pintar yang akrab disapa Dae Fedo ini.

Fedo kembali memastikan bahwa event pacuan kuda yang dilaksanakan di Sambinae ini dilandasi oleh adanya izin resmi dari pihak Polda NTB. Untuk itu, maka stigma eksploitasi soal joki cilik sebagai penunggang kuda tentu saja terkubur dengan sendirinya.

Inilah Penampilan Joki Cilik Pada Event Pacuan Kuda di Lapangan Sambinae Kota Bima, Sabtu (25/11/2023)

“Semuanya sudah dibahas tuntas. Selanjutnya izin pacuan kuda ini dikeluarkan secara resmi oleh pihak Polda NTB. Pacuan kuda yang menampilkan joki cilik merupakan ajang pelestarian budaya, peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi para pedagang, ada keuntungan besar yang diperoleh masyarakat yang semulanya nganggur melalui dunia perparkiran, joki cilik telah memberikan berbagai kontribusi besar bagi daerah dan keluarganya dan lainya. Olehnya demikian, tak ada alasan untuk tidak mempertahankan dan mengembangkan event pacuan kuda yang menampilkan joki cilik,” ulas Dae Fedo menegaskan.

Dae Fedo kembali menegaskan, jika kalender eventnya bisa diperjelas oleh Pemkot Bima dan Pemkab Bima maka setiap event akan bisa menghadirkan lebih dari 1000 ekor kuda pada setiap eventnya.Dae Fedo menandaskan, rata-rata event pacuan kuda yang dilaksanakan di Kota Bima dan Kabupaten Bima yakni sebelum musim tanam.

“Para pedagang dan tukang parkir itu ada juga yang berstatus sebagai petani. Namun sebelum musim tanam setiap tahunya, mereka bisa mendapatkan untuk mnelalui event pacuan kuda. Singkatnya, event pacuan kuda yang menampilkan joki cilik itu sungguh membantu banyak hal. Untuk itu, saya berharap agar Pemerintah bisa menyelenggarakan event pacuan kuda ini minimal dua kali dalam setahun,” papar Dae Fedo.

Dae Fedo menambahkan, dari sekitar 800 lebih ekor juga sebagai peserta pacuan di lapangan pacuan kuda Sambinae ini hanya 80 lebih ekor yang lolos sebagai peserta pada moment grand final yang berlangsung pada Minggu (26/11/2023). Puluhan ekor kuda tersebut, diakuinya bersumber dari berbagai kelas.

“Yakni mulai dari kelas TK, OA, OB, THA, THB, Tunas A, Tunas B, Tunas C, A Dewasa, B Dewasa, C Dewasa, E Dewasa dan F Dewasa. Namun yang mendominasi di berbagai kelas dan berhasil lolos ke ajang grand final tersebut adalah kuda dari Kota Bima dan Kabupaten Bima. Sedangkan untuk kelas E dan E Dewasa yang lolos ke ajang grand final adalah kuda-kuda dari Sumbawa,” pungkas Dae Fedo. (TIM VISIONER) 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.